Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tata Cara Menyusun Daftar Pustaka


Oleh Yohanes Sehandi
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Flores, Ende                  

Pengertian Daftar Pustaka

Daftar pustaka atau bibliografi merupakan bagian karya tulis yang diletakkan pada halaman belakang sebuah karya ilmiah. Seandainya karya ilmiah itu dilengkapi dengan indeks atau lampiran, maka daftar pustaka bukanlah bagian yang terakhir. Daftar pustaka harus diletakkan atau ditempatkan sebelum indeks atau lampiran.

Daftar pustaka adalah daftar berisi nama-nama penulis, tahun terbit/cetak buku, judul-judul buku, nama kota tempat penerbit, dan nama penerbit. Daftar pustaka disusun secara alfabetis (sesuai urutan abjad) nama penulis. Daftar pustaka harus berisi judul buku-buku, majalah, jurnal, surat kabar, dan bahan penerbitan lainnya, yang dikutip atau mempunyai pertalian dengan teks sebuah karangan atau sebagian dari karangan .... “ (Keraf, 1997: 213).

Menurut Pateda dan Pulubuhu (1993: 128-129) ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan atas sebuah buku atau bahan pustaka yang perlu dijadikan referensi yang kemudian harus dicantumkan dalam daftar pustaka. Kriteria-kriteria itu adalah (1) berhubungan dengan masalah atau pokok materi yang dibahas dalam karangan; (2) penulis yang bukunya dikutip mempunyai otoritas dan kewenangan keilmuan; (3) buku itu mutakhir atau terbaru; dan (4) buku itu merupakan sumber pertama. Keempat kriteria tersebut dijelaskan secara singkat berikut ini.

Pertama, kalau kita membahas soal ekonomi, maka kita berusaha agar buku yang berhubungan dengan soal ekonomi yang ditampilkan sebagai sumber kutipan dalam tulisan kita. Kita boleh saja menggunakan acuan buku yang bukan buku ekonomi, tetapi sejauh yang ada hubungannya dengan persoalan ekonomi.

Kedua, penulis buku yang dianggap berwenang dalam disiplin ilmu tertentu biasanya profesor atau guru besar dalam bidang ilmu tertentu. Namun, dalam prakteknya, yang dinilai berwenang dalam suatu disiplin ilmu adalah penulis yang telah menerbitkan buku atau telah menulis ilmiah dan sudah dikenal secara luas, seperti cendekiawan, budayawan, dan pakar-pakar lain.

Ketiga, istilah mutakhir atas buku sebagaimana yang dimaksudkan di atas adalah bahan pustaka yang diacu itu adalah bahan pustaka yang belum terlalu lama terbit pada saat karya tulis disusun. Pada umumnya, kemutakhiran sebuah bahan pustaka ditandai oleh tahun terbitnya bahan pustaka tersebut, misalnya 5 tahun terakhir saat karya ilmiah disusun. Kalau kita menulis pada 2021, maka bahan pustaka adalah bahan pustaka yang terbit setelah 2016. Kemutakhiran bahan pustaka perlu juga diperhatikan sebagai tanda bahwa kita terus mengikuti perkembangan ilmu yang kita geluti serta akibat dari perkembangan ilmu itu sendiri. Kita harus berusaha agar tulisan kita itu tidak ketinggalan atau kedaluwarsa. Diusahakan agar jangan sampai pendapat kita atau pendapat yang kita kutip adalah pendapat lama yang sudah ditinggalkan orang.

Keempat, kita berusaha pula agar buku acuan (bahan pustaka) yang kita acu adalah sumber asli atau sumber pertama (penulis asli), bukan dikutip dari sumber kedua. Sumber lain berupa terjemahan atau saduran dapat kita gunakan sejauh sumber aslinya  sukar diperoleh.

Daftar Pustaka Harus Relevansi dengan Isi          

Bahan pustaka yang didaftarkan dalam daftar pustaka ini harus benar-benar yang ada hubungannya dengan uraian atau isi karya tulis. Artinya, bahan-bahan pustaka yang didaftarkan itu benar-benar disebutkan atau dikutip dalam uraian atau tubuh karya tulis, baik dikutip secara langsung maupun dikutip secara tidak langsung, baik dengan teknik pengutipan yang diintegrasikan dengan teks maupun yang dicantumkan dalam catatan kaki.

Dengan demikian, bahan pustaka yang tidak ada hubungannya dengan isi uraian dalam bab-bab karya tulis, tidak perlu didaftarkan dalam daftar pustaka. Perlu disadari oleh setiap penulis bahwa daftar pustaka bukan untuk gagah-gagahan.

Pada dasarnya, daftar pustaka mempunyai fungsi yang mirip dengan kutipan yang dilakukan dalam bab-bab karya tulis, baik yang diintegrasikan dengan teks maupun yang dicantumkan dalam catatan kaki. Kalau referensi yang terdapat dalam bab-bab karya tulis berfungsi utama untuk menunjukkan dengan tepat kepada pembaca di mana dan pada halaman beberapa keterangan, informasi, fakta, dan data yang dikutip itu ditemukan, maka daftar pustaka berfungsi untuk menunjukkan  kepada para pembaca hal-hal penting tentang buku, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedi, dan bahan-bahan lain yang bertalian dengan kelengkapan sebuah publikasi.

Daftar pustaka bisa juga dianggap sebagai pelengkap data-data kutipan. Bila seorang pembaca ingin mengetahui secara lebih lanjut tentang referensi yang terdapat dalam kutipan atau catatan kaki, ia dapat mencarinya lebih jauh dalam daftar pustaka atau bibliografi.

Unsur-Unsur Penting Daftar Pustaka

Unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah daftar pustaka sebagai berikut. Pertama, nama penulis, baik sebagai penulis asli (tunggal atau bersama) maupun sebagai editor atau penyunting). Kedua, tahun terbit/cetak bahan pustaka. Ketiga, judul bahan pustaka (buku, jurnal, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedi, dan bahan pustaka lainnya). Keempat, kota tempat penerbit. Kelima, nama penerbit. Hal-hal penting yang harus diperhatikan pada waktu menyusun daftar pustaka dapat dibaca dalam Keraf (1997: 214 – 221) atau dalam  Pateda dan Pulubuhu (1993: 129-130).

Pertama, daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabetis dari nama para penulis, baik secara horisontal maupun secara vertikal. Penyusunan secara horisontal menyangkut urutan nama para penulis yang diurutkan mulai dari A sampai Z. Misalnya, ada penulis yang dimulai dengan huruf A, yang satunya bernama Abdullah, yang satunya Abraham. Dalam penyusunan daftar pustaka, nama Abdullah didahulukan. Penyusunan vertikal menyangkut urutan nama para penulis yang diurutkan mulai dari A sampai Z  ke bawah. Misalnya, ada penulis yang dimulai dengan huruf A, yang satunya huruf R, dan yang satunya lagi huruf H.

Dalam penyusunan daftar pustaka, pencantuman nama-nama penulis secara berurutan ke bawah akan dimulai dengan nama penulis yang namanya dimulai dengan huruf A, lalu penulis yang berhuruf awal H, dan yang terakhir penulis yang namanya berhuruf awal R. Untuk maksud tersebut di atas, nama para penulis dibalik susunannya: nama/kata terakhir ditulis lebih dahulu, baru diikuti dengan nama/kata yang lain, sedangkan semua jenis gelar yang lain tidak dicantumkan. Kalau nama itu terdiri atas tiga kata atau lebih, biasanya kata yang terakhir yang dibalikkan susunannya.

Kedua, jarak antara pokok daftar pustaka yang satu dengan daftar pustaka lainnya dua spasi, sedangkan jarak antara baris dengan baris dalam satu pokok daftar pustaka satu spasi.

Ketiga, tiap pokok daftar pustaka disusun sejajar secara vertikal dimulai dari pinggir atau margin kiri, sedangkan baris kedua, ketiga, dan seterusnya dari setiap pokok dimasukkan ke dalam sekitar 3 - 4 ketikan (seperti paragraf).           

Keempat, kalau ada dua atau lebih bahan pustaka yang disusun oleh seorang penulis, pengulangan penulisan nama untuk yang kedua dan seterusnya dapat ditiadakan, diganti dengan sebuah garis sepanjang 5-7 ketikan yang disusul dengan tanda titik-titik.

Contoh Daftar Pustaka

Bila  Hanya Seorang Penulis

Soekanto, Soerjono. 1987. Tata Cara Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Hukum. Jakarta:  Ghalia Indonesia.

Catatan :
Pertama, nama terakhir atau kata terakhir dari nama penulis ditulis lebih dahulu (dibalik), baru nama atau kata yang lain. Kedua, jika buku itu disusun oleh sebuah komisi atau lembaga (tanpa mencantumkan nama penulis), nama komisi atau lembaga itu yang dipakai untuk menggantikan nama penulis. Ketiga, jika tidak ada nama penulis, juga tidak ada nama komisi atau lembaga, maka dimulai dengan judul bahan pustaka tersebut. Keempat, judul buku harus dicetak miring, kalau ditulis tangan diberi garis bawah kata per kata. Kelima, urutkan pencantuman data publikasi: tahun terbit/cetak, nama kota tempat penerbit, dan nama penerbit. Keenam, tanda titik (.) digunakan sesudah menulis nama penulis, tahun terbit, judul buku, dan tahun terbit buku. Ketujuh, tanda titik dua (:) digunakan antara nama kota tempat penerbit dengan nama penerbit.

Bila Dua atau Tiga Penulis

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 1986. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:  Rajawali.

Catatan:
Pertama, nama penulis pertama saja yang dibalik, sedangkan nama penulis kedua (juga ketiga atau keempat kalau ada) tidak dibalik. Kedua, penulisan nama penulis harus cermat dan benar-benar sesuai dengan apa yang tercantum dalam halaman judul buku tersebut, tidak boleh ditambah atau dikurang (gelar kasarjanan atau gelar yang lain, tidak perlu dicantumkan). Ketiga, hal-hal lain sama ketentuannya dengan ketentuan butir 1 di atas.

Bila Empat atau Lebih Penulis

Troeboes, dkk. 1987. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Komodo. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Catatan:
Pertama, ada lima orang nama penulis buku ini, yakni Troeboes, Sandi Maryanto, Abraham Gampar, Porat Antonius, dan Alfons Hana. Kedua, hanya nama penulis yang pertama saja yang dicantumkan, dan disusun terbalik, nama-nama yang lain tidak dicantumkan. Ketiga, nama-nama penulis yang lain diganti dengan singkatan dkk. (dan kawan-kawan).

Bila Buku Mengalami Perubahan Edisi atau Cetak Ulang

Pateda,  Mansoer. 1997. Semantik Leksikal.  Edisi II.  Ende: Nusa Indah.
Widyamartaya, A. 1993. Seni Menuangkan Gagasan. Cetakan ke-3. Yogyakarta: Kanisius.

Catatan:
Pertama, keterangan tentang perubahan edisi, misalnya edisi II, dicantumkan di belakang judul buku. Keterangan tentang cetak ulang juga dicantumkan di belakang judul buku. Kedua, keterangan mengenai perubahan edisi dan keterangan tentang cetak ulang, dipisahkan dengan tanda titik. Ketiga, tahun terbit yang dicantumkan adalah tahun cetakan dari buku yang kita pakai (miliki), yang dapat dilihat pada halaman Hak Cipta (Copyright) dari buku tersebut yang terdapat pada halaman belakang judul dalam buku.

Bila Buku Terdiri atas Dua Jilid atau Lebih

Wursanto, Ig. 1991. Kearsipan. Jilid II. Yogyakarta: Kanisius.

Catatan:
Pertama, keterangan jilid ditempatkan di belakang judul buku dan dipisahkan dengan tanda titik. Kedua, angka jilid menggunakan angka romawi.
 

Bila Artike dalam Buku  Antologi (Bunga  Rampai)

Kridalaksana, Harimurti. Ed. 1986. Pengembangan Ilmu Bahasa dan Pembinaan Bangsa. Ende: Nusa  Indah.
Sumardi, Muljanto. 1986. “Pendekatan Bukan Barat dalam Pengkajian Bahasa Indonesia,“ dalam Harimurti Kridalaksana. Ed. Pengembangan Ilmu Bahasa dan Pembinaan Bangsa. Ende: Nusa Indah, 1986.

Catatan:
Pertama, singkatan Ed. ditempatkan sebagai pengganti penulis buku, dipisahkan tanda titik. Kedua, judul artikel harus diapit dengan tanda petik dua, sedangkan judul buku bunga rampai (antologi) dicetak dengan huruf miring. Ketiga, bila yang ditekankan adalah editor/penyunting, maka nama editor yang dicantumkan lebih dahulu, seperti cara (1) di atas, tetapi kalau yang ditekankan adalah penulis artikel atau artikel itu sendiri, maka nama penulis artikel didahulukan, seperti cara (2) di atas. Keempat, bila nama penulis artikel yang didahulukan, maka diikuti oleh judul artikel yang diapit dengan tanda petik dua, baru menyusul nama editornya, lalu diikuti oleh singkatan Ed.

Bila Buku Terjemahan

Sterntz, Herbert. 1993. Reporter dan Sumber Berita. Terj. Truly Wangsalegawa. Jakarta: Gramedia.

Catatan:
Pertama, nama penulis asli yang ditempatkan di depan dan dibalik susunannya. Kedua, keterangan tentang penerjemah ditempatkan di belakang judul buku dan dipisahkan dengan tanda titik. Ketiga, keterangan tentang terjemahan disingkat menjadi Terj.

Bila Artikel dalam Jurnal atau Opini dalam Majalah

Suprapto, Riga Adiwoso. 1989. “Perubahan Sosial dan Perkembangan Bahasa.” Prisma, Nomor 1, Tahun  XVIII, 1989.
Sehandi, Yohanes. 2021. “Jejak Novel dalam Sastra NTT.” Warta Flobamora, Nomor 84, Tahun IX, 2021.

Catatan:
Pertama, judul artikel atau opini diapit dengan tanda petik dua dan dipisahkan dengan tanda titik. Kedua, nama jurnal atau majalah dicetak dengan huruf miring. Ketiga, nama kota tempat penerbit dan nama penerbit majalah tidak perlu dicantumkan, diganti dengan hari, tanggal, bulan, tahun, nomor, dan tahun berapa jurnal atau majalah tersebut diterbitkan. Keterangan ini diletakkan di belakang nama majalah.

Bila Opini atau Berita dalam Surat Kabar

Banawiratma, J.B. 1996. “Kekerasan dan Kambing Hitam.”  Kompas,  Jumat, 1 Nov. 1996.
Sehandi, Yohanes. 2020. “Seruan Perdamaian Penyair NTT.” Pos Kupang, Selasa, 15 Desember 2020.
“Seks pun Bisa Dinikmati Pasca-Bedah Jantung.”  Kompas, Kamis, 1 Oktober 1996.

Catatan:
Pertama, judul opini atau berita diapit dengan tanda petik dua dan dipisahkan dengan tanda titik. Kedua, nama surat kabar dicetak dengan huruf miring. Ketiga, nama kota tempat penerbit dan nama penerbit surat kabar tidak perlu dicantumkan, diganti dengan hari, tanggal, bulan, tahun, nomor, dan tahun berapa surat kabar tersebut diterbitkan. Keterangan ini diletakkan di belakang nama surat kabar.

Bila Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Molaskoe, Helena. 1997. “Tinjauan terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Hukum Masyarakat Kota Bajawa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.” Skripsi Sarjana, Fakultas Hukum, Universitas Flores, Ende.

Catatan:
Pertama, judul skripsi, tesis, dan disertasi diapit dengan tanda petik, bukan dicetak miring, sama penulisannya seperti penulisan artikel, opini, dan berita dalam jurnal, majalah, dan surat kabar. Kedua, walaupun tidak ada nama penerbit (karena memang belum diterbitkan) tetapi harus dicantumkan data publikasnya berupa:  nama jenis karangan ilmiah tersebut (skripsi, tesis, disertasi), nama fakultas dan universitas, tempat/kota, dan tahun pengesahan karya ilmiah tersebut.

Bila Makalah dalam Suatu Seminar atau Pertemuan

Budiman, Arief. 1984. “Sastra yang Berpublik.” Makalah pada Sarasehan Kesenian di Solo, pada 28-29  Oktober 1984.

Daftar Pustaka

Akhadiah MK, dkk. 1986. Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia (Modul Universitas Terbuka, Modul 1-3). Cetakan ke-3. Jakarta: Karunika.
Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Bahasa.
Brotowidjoyo, Mukayat D. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo.
Eneste, Pamusuk. 2005. Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Edisi II. Jakarta: Gramedia.
Keraf, Gorys. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa. Ende, Flores: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi. Cetakan ke-11. Ende, Flores: Nusa Indah.
Marahimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.
Pateda, Mansoer dan Yennie P. Pulubuhu. 1993. Bahasa Indonesia Sebagai Mata Kuliah Dasar Umum. Ende-Flores: Nusa Indah.
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia    (KBBI). Edisi III, Cetakan ke-1. Jakarta: Balai Pustaka.
Sehandi, Yohanes. 2014. Bahasa Indonesia dalam Penulisan di Perguruan Tinggi. Cetakan ke-2. Salatiga: Widya Sari.
Sudjana, Nana. 1991. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah: Makalah. Skripsi, Tesis, Disertasi. Cetakan ke-2. Bandung: Sinar Baru.
Widyamartaya, A. 1993. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius.
 

Universitas Flores, Ende, 17 Januari 2023

Post a Comment for "Tata Cara Menyusun Daftar Pustaka"