Ciri-Ciri Artikel Ilmiah
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Flores, Jln. Sam Ratulangi, Ende, Flores, Hp/WA 081339004021, Blog www.yohanessehandi.blogspot.com
Karya tulis ilmiah merupakan karya puncak seorang ilmuwan atau seorang terpelajar dalam membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai tanggung jawab moral keilmuannya. Penyusunan karya tulis ilmiah dilakukan seseorang setelah melewati proses berpikir ilmiah dan penelitian ilmiah. Ketiga komponen ini berkaitan dan bergantung satu sama lain.
Karya tulis ilmiah baru bisa disusun seseorang setelah melewati proses penelitian ilmiah, penelitian ilmiah baru bisa dilakukan setelah melalui proses berpikir ilmiah. Dengan kata lain, hasil dari proses berpikir ilmiah akan memicu kegiatan penelitian ilmiah, dan hasil penelitian ilmiah akan memicu penyusunan karya tulis ilmiah (Sudjana, 1991: 11).
Karya tulis ilmiah diartikan sebagai jenis karya tulis yang bersifat ilmu atau berisi ilmu pengetahuan yang disusun secara lengkap, objektif, dan sistematis berdasarkan hasil berpikir ilmiah dan penelitian ilmiah. Setiap karya tulis ilmiah disusun seseorang setelah melalui proses berpikir ilmiah dan penelitian ilmiah.
The Liang Gie (1992: 27) membagi karya tulis ilmiah menjadi dua rumpun. Pertama, rumpun pendidikan, yakni karya tulis yang berkaitan dengan fungsi pendidikan dan dikenal luas dalam dunia pendidikan. Karya tulis ilmiah jenis ini berkaitan erat dengan fungsi pendidikan dan pengajaran, seperti (1) Berfungsi sebagai prasyarat kelulusan dalam suatu program studi; (2) Berfungsi sebagai pedoman dalam proses belajar-mengajar dalam perkuliahan; (3) Berfungsi sebagai sumber referensi keilmuan atau ilmu pengetahuan. Kedua, rumpun penelitian, yakni karya tulis yang berkaitan dengan fungsi penelitian ilmiah yang menjadi sumber pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karya tulis ilmiah rumpun pendidikan dibagi lagi menjadi tiga jenis, yakni (1) Karya tulis ilmiah kesarjanaan yang meliputi makalah, skripsi, tesis, dan disertasi; (2) Karya tulis ilmiah pengajaran (didaktik) yang meliputi bahan kuliah, diktat kuliah, buku teks atau buku pelajaran; (3) Karya tulis ilmiah acuan (referensi) yang meliputi kamus, ensiklopedi, dan bibliografi.
Karya tulis ilmiah rumpun penelitian dibagi lagi menjadi tiga jenis, yakni (1) Karya tulis ilmiah untuk dipublikasikan lewat majalah ilmiah atau jurnal ilmiah, yang disebut artikel ilmiah; (2) Karya tulis ilmiah untuk dipresentasikan (dipaparkan) dalam forum seminar atau diskusi ilmiah, yang disebut makalah ilmiah; (3) Karya tulis ilmiah sebagai laporan hasil penelitian, baik penelitian kepustakaan (normatif) maupun penelitian lapangan (empiris), yang disebut laporan penelitian.
Apa yang membedakan karya tulis ilmiah dengan karya tulis lain yang tidak ilmiah? Berikut ini dikemukakan ciri-ciri karya tulis ilmiah berdasarkan pendapat para ahli di bidang penelitian dan bidang penulisan. Para ahli itu, antara lain Paul W. Jones, Ida Bagus Mantra, dan Mukayat D. Brotowijoyo.
Sudah dijelaskan di atas bahwa karya tulis ilmiah itu terdiri atas beberapa jenis, baik yang masuk dalam rumpun pendidikan maupun dalam rumpun penelitian. Jenis-jenis karya tulis ilmiah yang dikenal luas dalam dunia keilmuan dan dalam dunia tulis-menulis, antara lain: artikel ilmiah, makalah ilmiah, paper, prasaran, referat, kertas kerja, naskah penelitian, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis, disertasi, eksemplar bahan kuliah, diktat kuliah, buku teks, buku ilmiah, dan buku ilmu pengetahuan (bdk. The Liang Gie, 1992: 27; Brotowijoyo, 1985: 10).
Dalam tulisan ini, jenis karya tulis ilmiah yang menjadi fokus pembahasan penulis adalah artikel ilmiah dengan menguraikan ciri-ciri atau syarat-syarat artikel ilmiah. Menguraikan ciri-ciri artikel ilmiah ini merupakan sesuatu yang urgen dan menarik perhatian penulis dengan sejumlah pertimbangan.
Adapun sejumlah pertimbangan itu sebagai berikut. (1) Artikel ilmiah adalah jenis karya tulis ilmiah yang paling banyak ditulis orang pada akhir-akhir ini sehingga paling populer di kalangan ilmuwan atau kaum terpelajar di Indonesia; (2) Berkala ilmiah di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, baik jurnal ilmiah maupun majalah ilmiah, sebagian besar berisi atau memuat artikel-artikel ilmiah; (3) Di kalangan perguruan tinggi, menulis artikel ilmiah pada berkala ilmiah, baik yang memiliki ISSN maupun yang terakreditasi, adalah suatu keharusan akademik, di samping sebagai upaya pengembangan bidang keilmuannya, juga sebagai syarat mengurus jabatan akademik; (4) Berkala ilmiah yang diterbitkan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia baru bisa diproses akreditasinya oleh Dirjen Pendidikan Tinggi apabila karya tulis yang dimuat dalam berkala ilmiah itu adalah artikel-artikel ilmiah (lihat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 68 Tahun 2009 tentang Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah). Dengan demikian, artikel ilmiah menjadi sarana yang tepat dan efektif dalam pembinaan dan pengembangan bidang keilmuan seseorang terutama di perguruan tinggi.
Apa yang membedakan artikel ilmiah dengan jenis-jenis karya tulis lain yang tidak ilmiah? Berikut ini dikemukakan ciri-ciri atau syarat-syarat artikel ilmiah. Ciri-ciri atau syarat-syarat ini disarikan dari pendapat sejumlah ahli, berbagai buku referensi, kemudian dibandingkan dengan contoh-contoh artikel ilmiah yang dimuat dalam beberapa berkala ilmiah dari beberapa perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang sudah terakreditasi, baik terakreditasi oleh Dirjen Pendidikan Tinggi maupun oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Adapun sejumlah berkala ilmiah yang penulis gunakan sebagai bahan banding adalah (1) Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik (Program Magister Administrasi Publik, UGM, Yogyakarta); (2) Jurnal Teknologi dan Manajemen Informatika (Fakultas Teknologi Informasi Universitas Merdeka, Malang); (3) Majalah Ilmiah Kertha Wicaksana (Fakultas Hukum, Universitas Warmadewa, Denpasar); (4) Jurnal Ekonomi dan Bisnis (Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga); (5) Jurnal Penelitian Teknik Sipil (Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta); (6) Wicaksana, Jurnal Lingkungan dan Pembangunan (Pusat Penelitian Universitas Warmadewa, Denpasar); dan (7) Jurnal Litbangda NTT (Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi NTT).
Untuk mengarahkan agar penulisan artikel mengikuti metode penulisan yang benar dan baku, biasanya setiap berkala ilmiah pada bagian akhir (halaman akhir) berkala dicantumkan Pedoman Penulisan Artikel agar menjadi perhatian para calon penulis. Dalam pelaksanaannya, setiap berkala ilmiah secara ketat dan konsisten memberlakukan pedoman penulisan tersebut sebagai standar dalam mengambil keputusan, apakah sebuah artikel yang diterima layak dimuat atau ditolak.
PENGGUNAAN FAKTA DAN DATA
Ciri kedua artikel ilmiah terletak pada penggunaan fakta dan data. Yang dimaksudkan dengan fakta dalam konteks ini adalah segala sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi, sedangkan data adalah bukti nyata tentang adanya fakta (Brotowijoyo, 1985; Sehandi, 1993). Fakta dan data diperlukan dalam penulisan artikel ilmiah guna menunjang atau memperkuat kebenaran pernyataan, pendirian, sikap, dan argumentasi yang dikemukakan penulis.
Paul W. Jones yang dikutip Brotowijoyo (1985: 3) membagi fakta dan data menjadi dua jenis, yakni fakta dan data yang bersifat umum (resmi) dan fakta dan data yang bersifat pribadi (fiktif). Fakta dan data yang bersifat umum adalah hal-hal, peristiwa, dan fenomena yang dapat diuji dan dibuktikan kebenarannya, dan kebenaran itu dapat diterima akal sehat, karena kebenaran itu bersifat objektif. Fakta dan data jenis ini diperoleh melalui penelitian, baik penelitian normatif maupun penelitian empiris, pemikiran yang matang dan serius sebelumnya, disertai dengan pengujian yang saksama sesudahnya (Brotowijoyo, 1985: 5).
Sebaliknya, fakta dan data yang bersifat pribadi atau fiktif adalah hal-hal, peristiwa, dan fenomena yang seolah-olah ada dan terjadi. Fakta dan data jenis ini hanya ada dalam diri, pikiran, dan perasaan seseorang saja sehingga bersifat subjektif. Karena bersifat subjektif, maka fakta dan data jenis ini sukar atau sulit untuk diuji atau dibuktikan kebenarannya.
Dalam artikel ilmiah, fakta dan data yang digunakan adalah fakta dan data yang bersifat umum (resmi). Fakta dan data itu dapat dibuktikan kebenarannya, diterima akal sehat, dan bersifat objektif. Oleh karena itu, dalam artikel ilmiah dijumpai ada banyak kutipan-kutipan data dan pendapat atau pernyataan para pakar yang ahli dalam bidangnya. Dalam artikel ilmiah juga ditemui deretan angka-angka, kolom-kolom, tabel, grafik, kurva, gambar, peta, dan sebagainya. Semua hal itu digunakan untuk membuktikan atau memperkuat pernyataan, pendapat, pendirian, sikap, dan argumentasi penulis.
Pengutipan data, pendapat atau pernyataan itu disertai pula dengan sumber pengambilannya, apakah melalui wawancara lisan/tertulis, diambil dari buku, majalah, surat kabar, atau bahan pustaka yang lain. Kalau diperoleh lewat wawancara, kapan dan di mana wawancara itu dilakukan. Kalau berasal dari buku, majalah, dan surat kabar, siapa penulisnya, apa judul buku, majalah, dan surat kabar itu, tahun berapa diterbitkan, apa nama penerbitnya, dan halaman berapa kutipan itu diambil.
Menurut Ida Bagus Mantra sebagaimana dikutip The Liang Gie (1992: 91), konvensi di dalam dunia ilmiah mengharuskan orang untuk menyebutkan dengan jelas sumber data dan pendapat yang digunakan dalam tulisan itu. Dengan jujur dan tegas harus dikemukakan dan dibedakan mana pendapat atau penemuan penulis sendiri dan mana pendapat atau penemuan orang lain.
Ciri ketiga artikel ilmiah terletak pada penggunaan bahasa. Kalau diperhatikan, ada dua jenis ragam bahasa dalam penulisan, yakni ragam bahasa resmi (baku) dan ragam bahasa tidak resmi (tidak baku). Pembagian secara hitam putih ini sekadar untuk memudahkan pemahaman dalam membedakan.
Bahasa beragam resmi dicirikan oleh pematuhan aturan-aturan atau kaidah-kaidah tata bahasa yang telah dibakukan atau distandarkan. Menurut Ida Bagus Mantra (dalam The Liang Gie, 1992: 91), ciri-ciri artikel ilmiah ditandai dengan penggunaan bahasa yang jelas, tegas, singkat, sederhana, dan teliti. Unsur-unsur bahasa, seperti ejaan, kata, istilah, frasa, kalimat, ungkapan, dan lain-lain yang digunakan adalah unsur-unsur bahasa yang baku atau standar. Unsur-unsur bahasa yang digunakan itu bermakna lugas, logis, denotatif, dan efektif.
Bahasa lugas maksudnya, bahasa yang digunakan itu bermakna seperti apa adanya, tidak berlebih-lebihan. Bahasa yang lugas mengandung arti yang logis, yakni mengikuti aturan cara berpikir yang dapat diterima akal sehat. Bahasa lugas juga bersifat denotatif, yakni bahasa yang tidak menimbulkan penafsiran ganda atau penafsiran yang lain. Sedangkan bahasa yang efektif adalah bahasa yang tepat sasaran, sesuai dengan apa yang dimaksudkan penulis. Bahasa yang digunakan itu dikatakan efektif apabila pemahaman para pembaca sama persis seperti yang dimaksudkan penulisnya (bdk. Keraf, 1997: 34; Sehandi, 2010: 62).
Dalam artikel ilmiah, ragam bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa resmi atau baku. Karena menggunakan bahasa beragam resmi yang bercirikan lugas, logis, denotatif, dan efektif, menyebabkan bahasa artikel ilmiah terasa padat, berat, kaku, dan monoton. Seorang pembaca yang tidak terlatih dan tidak terbiasa, akan mudah merasa bosan, jenuh, dan letih pada waktu membaca artikel ilmiah. Memang seperti itulah ciri bahasa artikel ilmiah.
Artikel-artikel ilmiah yang dimuat dalam majalah bulanan Prisma dan Basis, misalnya, serta berbagai berkala ilmiah yang terbit di berbagai perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian dan pengkajian, terasa sekali penggunaan bahasa yang padat, berat, kaku, dan monoton itu. Pembaca yang sudah terbiasa atau terlatih membaca artikel ilmiah, seperti akademisi, ilmuwan, cendekiawan, kaum terpelajar tidak mengalami kesulitan dalam membaca artikel ilmiah bahkan dapat menikmatinya sebagai sumber vitamin dan protein ilmu pengetahuan. Memang perlu ada disposisi batin yang kuat dalam menghadapi karya-karya tulis ilmiah.
Seorang ilmuwan kaliber (guru besar) di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, kelahiran Nusa Tenggara Timur, yakni Herman Johannes, menaruh perhatian besar dalam usaha pembinaan dan pengembangan bahasa keilmuan di Indonesia. Dalam karyanya yang berjudul Gaya Bahasa Keilmuan (1979) sebagaimana dikutip The Liang Gie (1992: 92), mengemukakan ciri-ciri gaya bahasa keilmuan atau ragam bahasa ilmiah.
Adapun ciri-ciri ragam bahasa ilmiah menurut Herman Johannes adalah: (1) Titik pandang harus taat asas dalam hal ragam dan modus maupun mengenai kata diri dan kata ganti diri; (2) Karangan ilmiah berbeda dari susastra dalam hal penggunaan istilah-istilah khusus yang ditafsirkan khusus sehingga perkataan yang sama dalam bahasa keilmuan dan dalam bahasa umum dapat berbeda artinya; (3) Tingkat bahasa yang dipakai dalam karangan ilmiah ialah tingkat bahasa resmi dan bukan tingkat bahasa harian; (4) Dalam karangan ilmiah dihindari bahasa usang, kolot, dan basi; (5) Dalam karangan ilmiah dihindari ungkapan-ungkapan ekstrim, berlebihan, dan haru; (6) Dalam karangan ilmiah dihindari kata-kata yang mubazir; (7) Bahasa keilmuan tenang dan moderat; (8) Bahasa keilmuan lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada perasaan; (9) Kalimat dan alinea dalam karangan ilmiah panjangnya sedang; (10) Pemakaian kiasan dalam karangan ilmiah terbatas.
The Liang Gie dalam buku Pengantar Dunia Karang-Mengarang (1992: 21-22) mengemukakan enam asas penggunaan bahasa yang harus diperhatikan dalam penulisan karangan ilmiah atau karya tulis ilmiah, yakni asas kejelasan (clearness), keringkasan (conciseness), ketepatan (correctness), kepaduan (unity), pertautan (coherence), dan pengharkatan (emphasis). Karangan ilmiah atau karya tulis ilmiah yang dimaksudkan The Liang Gie di sini termasuk di dalamnya adalah artikel ilmiah.
Asas kejelasan, maksudnya bahasa yang digunakan dalam artikel itu jelas, tidak samar-samar, gampang dimengerti para pembaca. Isi gagasan atau ide yang terkandung dalam kata, kelompok kata, kalimat, ungkapan, dan unsur bahasa yang lain dalam artikel tersebut mudah dipahami, jalan pikiran runtun, objektif, dan tidak disalahtafsirkan.
Asas keringkasan, maksudnya bahasa artikel disajikan secara ringkas, padat, efektif, dan proporsional. Makna unsur bahasa yang digunakan langsung pada maksudnya, tidak berlebih-lebihan, tidak diulang-ulang, dan tidak berputar-putar dalam mengemukakan gagasan sehingga efektif dan efisien.
Asas ketepatan, maksudnya gagasan atau ide yang dikemukakan dalam artikel itu dimengerti para pembaca tepat seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya. Ketepatan tercermin dari penggunaan unsur-unsur bahasa tulis, seperti penggunaan ejaan, pemakaian kata, istilah, kalimat, ungkapan, dan unsur konvensi penulisan ragam bahasa tulis yang lain.
Asas kepaduan, maksudnya segala sesuatu yang diungkapkan dalam artikel tersebut berkisar (berkaitan) pada gagasan pokok atau pikiran utama artikel. Tidak boleh ada uraian yang menyimpang atau pikiran yang terlepas dari gagasan pokok atau pikiran utama artikel. Kalau ada penjelasan tambahan, baik dalam bentuk kalimat atau paragraf, kalimat atau paragraf itu tetap terjaga kepaduan atau hubungan terkait dengan gagasan pokok atau pikiran utama artikel. Jangan sampai penjelasan tambahan itu menyimpang dari gagasan pokok atau pikiran utama artikel.
Asas pertautan, maksudnya secara keseluruhan artikel itu bertautan atau berhubungan terkait antara unsur-unsur yang membentuknya. Terjaga hubungan terkait makna kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam paragraf, demikian pun hubungan antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain. Dengan demikian, akan terasa keruntunan jalan pikiran yang tercermin dalam keseluruahn artikel, dari bagian awal sampai bagian akhir.
Asas pengharkatan, maksudnya lewat penggunaan bahasa yang cermat, ada butir-butir gagasan yang penting dan urgen bagi para pembaca, perlu diberi penekanan atau penonjolan sehingga memberi kesan kuat kepada pembaca. Gagasan yang diberi penekanan karena memiliki derajat urgensi atau kepentingan yang lebih dibandingkan dengan gagasan-gagasan yang lain. Gagasan yang penting dalam artikel ilmiah biasanya tercermin dalam penggunaan kata atau istilah, kalimat utama, atau paragraf utama artikel.
Karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang bersifat ilmu atau berisi ilmu pengetahuan yang disusun secara lengkap, objektif, dan sistematis berdasarkan hasil berpikir ilmiah dan penelitian ilmiah. Artikel ilmiah adalah salah satu jenis karya tulis ilmiah yang disusun secara lengkap dan dimuat dalam berkala ilmiah, baik majalah ilmiah maupun jurnal ilmiah. Berkala ilmiah adalah media pemuatan (publikasi) artikel ilmiah, yang berbeda dengan artikel opini yang dimuat dalam surat kabar harian atau mingguan.
Berdasarkan pendapat sejumlah ahli, berbagai sumber acuan, dan berbagai contoh artikel ilmiah dari berbagai berkala ilmiah, ada tiga ciri atau syarat pembeda artikel ilmiah dengan artikel yang tidak ilmiah. Ketiga ciri atau syarat itu berdasarkan penggunaan metode penulisan, penggunaan fakta dan data, dan penggunaan bahasa.
Ciri kedua karya tulis ilmiah terletak pada penggunaan fakta dan data. Yang dimaksudkan dengan fakta dalam konteks ini adalah sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi, sedangkan data adalah bukti nyata tentang adanya fakta. Fakta dan data diperlukan dalam penulisan karya tulis ilmiah guna menunjang atau memperkuat kebenaran pernyataan, sikap, dan argumentasi yang dikemukakan penulis. Artikel ilmiah menggunakan fakta dan data yang resmi, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Ciri ketiga karya tulis ilmiah terletak pada penggunaan bahasa. Kalau diperhatikan, ada dua jenis ragam bahasa dalam penulisan, yakni ragam bahasa resmi (baku) dan ragam bahasa tidak resmi (tidak baku). Bahasa beragam resmi dicirikan oleh pematuhan aturan-aturan atau kaidah-kaidah tata bahasa yang telah dibakukan/distandarkan. Unsur-unsur bahasa yang digunakan itu bermakna lugas, logis, denotatif, dan efektif. Artikel ilmiah menggunakan bahasa beragam resmi atau standar.
selamat malam bapak,,mau tanya Bp. dmnanya saya bisa mendapatkan Buku Bp.The Liang Gie,,,,soalnya saya sangat membutuhkan bukuNya untuk penyusunan skripsi Saya Bp.
ReplyDeleteTerima kasih