Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Buku Kepada Pedang dan Nyala Api

Judul               : Kepada Pedang dan Nyala Api
Editor              : Julia Daniel Kotan
Pengantar       : Yohanes Sehandi
Genre              : Buku Puisi
Penerbit          : Kosa Kata Kita, Jakarta
Cetakan 1        : 2020
Tebal                : viii + 333 halaman
ISBN                : 978-623-7430-08-7

Gambaran Isi Buku

Buku antologi puisi Kepada Pedang dan Nyala Api ini merupakan Seri Antologi Puisi Pesan Perdamaian dari Bumi Flobamora untuk Nusantara. Buku ini merupakan Seri 2. Buku Seri 1 terbit pada 2018 dengan judul Bulan Peredam Prahara. Kedua seri buku antologi puisi ini diterbitkan Komunitas Rumah Sastra Kita (RSK) NTT bekerja sama dengan Penerbit Kosa Kata Kita, Jakarta.

Mengapa mengambil tema dan amanat pesan perdamaian? Karena tahun 2018 dan 2019 adalah tahun politik nasional menuju Pemilu dan Pilpres 17 April 2019. Dalam tahun politik ini dinamika sosial politik Indonesia sangat fluktuatif, terutama karena muncul wacana provokatif yang menjadikan pesta demokrasi lima tahunan ini sebagai perang, perang antara para pendukung.

Menurut para penyair NTT yang karyanya terhimpun dalam buku antologi ini, rumah tangga bangsa Indonesia kini mulai retak, terasa kurang akur lagi antara sesama warganya yang berpotensi besar memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Sumber potensi perpecahan itu, antara lain karena perbedaan pilihan politik pada waktu Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 17 April 2019 lalu, juga pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Juga pada akhir-akhir ini potensi perpecahan itu justru bersumber dari manipulasi terhadap ajaran agama oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan politik pribadi dan kelompoknya.

Buku antologi puisi Kepada Pedang dan Nyala Api ini memuat 203 judul puisi karya 73 penyair NTT. Kalau dicermati, mutu puisi yang termuat dalam buku ini bervariasi, ada yang bagus, ada yang belum, ada yang sudah matang, ada yang belum. Terasa wajarlah untuk sebuah buku antologi yang berisi puisi dari berbagai kalangan yang luas. Memang tidak bisa mengharapkan agar semua puisi yang dimuat dalam satu buku antologi harus bermutu. Bermutu atau tidaknya sebuah puisi sangat ditentukan oleh pengalaman dan kematangan ekspresi estetika seorang penyair.

Dari 73 penyair itu, ada penyair yang sudah dikenal luas, ada yang baru dikenal. Meskipun ada yang baru dikenal, namun puisinya ada yang sudah cukup matang. Sebaliknya, meskipun ada penyair yang sudah malang melintang dalam jagat sastra puisi, tidak semua puisinya bermutu. Memang pengertian puisi “bermutu” itu sendiri terbuka untuk diperdebatkan. Misalnya, bermutu menurut saya, belum tentu bermutu menurut penyair Julia Daniel Kotan.

Menurut teori persepsi yang dikembangkan Wilhelm Wundt dan teori resepsi yang dikembangkan Hans Robert Jauss yang kedua teori ini berinduk pada pendekatan pragmatik versi M.H. Abrams, mutu sebuah puisi hanya ditentukan oleh persepsi dan resepsi pembaca. Sepuluh orang pembaca atas sebuah puisi, akan menghasilkan sepuluh hasil penilaiaan atas puisi tersebut.

Ulasan ini lebih fokus pada isi puisi yang sesuai dengan tema dan amanat perdamaian dari Bumi Flobamora untuk Nusantara. Pedang dan nyala api yang tercantum dalam judul buku Kepada Pedang dan Nyala Api adalah simbol. Pedang adalah simbol alat yang dipakai untuk bertikai, untuk berperang, untuk membunuh, juga untuk membela diri. Nyala api adalah simbol malapetaka, puncak kerusuhan besar yang memakan korban jiwa dan harta benda.

Berikut ditampilkan puisi “Kepada Pedang dan Nyala Api” karya Astryanti Korebyma yang oleh para kurator dijadikan sebagai judul buku antologi ini.

Kepada Pedang dan Nyala Api
(Astryanti Korebyma)

Membakar tubuh lusuh letih lunglai
Membunuh seisi rumah ayah 
Tak peduli tua muda
Lantaran kisah silam nenek moyang
Tiada tutur pada anak cucu
Lantas kau curi semua kepunyaanku
Yang dengan sepihak kau jual begitu saja
Kepada rakyat jelata  
Tuk penuhi harapan keluarga; anak istrimu
Tega!

Untuk semua salah dan dosa
Kepada Tuhan kupinta ampun
Merendah sejenak pada altar kudus-Nya
Merunduk menatap lama salib-Nya
Melalui jalan-Nya-lah kita kembali
Kembali pada Dia
Sang Empunya hidup

(Larantuka, 11 Maret 2019)

(Yohanes Sehandi)

 

2 comments for "Buku Kepada Pedang dan Nyala Api"

  1. Saya memberi apresiasi atas puisi Kepada Pedang dan Nyala Api. 2019 itu pileg dan pilpres, pilkada." Kita salah memilih ". Sampai saat ini pedang dan busur selalu dilesakkan untuk anak negeri flobamorata. Dimana mana terasa tak amsn apalagi tenang untukmu tanah flobamorata.

    ReplyDelete