Terkepung Media Sosial
Seorang pakar media sosial, Rulli Nasrullah, memulai pembahasan bukunya berjudul Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi (2015, halaman ix), dengan sebuah pertanyaan: Siapakah yang tidak memiliki akun media sosial? Pada saat ini, katanya, sepertinya susah ditemukan orang yang tidak memiliki akun media sosial, misalnya Facebook atau WhatsApp atau Twitter. Perkembangan media sosial sungguh pesat, bisa dilihat dari banyaknya jumlah anggota yang dimiliki masing-masing situs jejaring sosial.
Jika dahulu perkenalan dengan orang lain biasa diakhiri dengan bertukar kartu nama, pada era sekarang, bertemu dengan orang baru dengan bertukar alamat akun media sosial atau pertemanan di media sosial. Dunia seolah tidak ada lagi batasan dan kerahasiaan yang bisa ditutupi. Kita dengan sangat gampang mengetahui aktivitas orang lain lewat media sosial, sementara kita tidak kenal dan tidak pernah bertemu muka dengan orang tersebut.
Pada era ini media sosial sudah menjadi senjata baru bagi banyak orang dalam berbagai aktivitas kehidupan. Kampanye politik dari tingkat pemilihan kepala desa, pemilihan bupati atau walikota, pemilihan gubernur, sampai pemilihan DPRD/DPR/DPD, dan pemilihan presiden, melibatkan peran media sosial.
Banyak juga perusahaan, mulai dari perusahaan kecil, menengah, sampai perusahaan besar dan multinasional, memanfaatkan peran media sosial untuk mengembangkan usaha dan memasarkan produk-produk yang dihasilkannya. Mereka membangun relasi dengan mitra dagang dan pelanggan secara online lewat media sosial.
Fungsi iklan kini berubah dari cara tradisional yang diproduksi perusahaan dengan biaya besar, kini berubah menjadi partisipasi khalayak di media sosial dengan biaya murah, bahkan tanpa biaya. Hal tersebut merupakan sebuah tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi. Kehadiran media sosial dan semakin berkembangnya jumlah pengguna media sosial dari hari ke hari, menunjukkan fakta menarik betapa kekuatan media sosial telah mengepung kehidupan pribadi dan sosial kita, dan mengatur arah hidup kita.
Pesatnya perkembangan media sosial disebabkan semua orang merasa seperti bisa memiliki media sendiri. Seseorang dengan mudah mengakses media sosial dengan fasilitas jaringan internet tanpa biaya besar, tanpa alat mahal, dan dilakukan sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain. Pengguna media sosial dengan bebas mengedit, menambahkan, mengurangi, dan memodifikasi tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model konten lainnya.
Media sosial memudahkan kita untuk saling membagi ide atau pendapat, untuk bekerja sama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berpikir, berdebat, menemukan teman yang baik, menemukan pasangan hidup, dan membangun sebuah komunitas. Singkatnya, media sosial menjadikan seseorang sebagai dirinya sendiri. Selain menjadi diri sendiri, media sosial juga berperan untuk aktualisasi diri dan kebutuhan untuk personal branding.
Salah satu dampak keberadaan media sosial adalah ketergantungan masyarakat pada teknologi digital ini. Pada awalnya kita merasa sebagai makhluk sosial, namun dengan adanya media sosial, nilai-nilai budaya masyarakat mulai memudar. Inilah dampak media sosial yang membuat makhluk manusia menjadi makhluk anti-sosial. Di lingkungan masyarakat, hampir semua kalangan sudah menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan pihak lain, tanpa tatap muka, bahkan dengan tetangga sebelah rumah.
Dampak lain adalah munculnya budaya berbagi dan pengungkapan diri berlebihan di media sosial. Budaya ini muncul karena siapa saja bisa mengunggah (upload) apa saja, bisa pula mengunduh (download) apa saja di media sosial. Sebuah status di Facebook, misalnya, bisa saja bercerita tentang kondisi yang dialami si pemilik akun, tetapi kepada siapa status itu disampaikan, pun tidak dapat dijelaskan. Sebab, siapa pun bisa membaca status tersebut, termasuk yang tidak masuk dalam jaringan pemilik akun, dapat membaca dan mengomentarinya.
Media sosial tidak lagi hanya untuk membuka jaringan pergaulan di dunia maya yang juga bisa berlanjut di dunia nyata, melainkan juga memberi dampak cukup besar di berbagai bidang kehidupan umum, seperti bidang hubungan kemasyarakatan, bidang jurnalisme, bidang politik, bidang ekonomi, dan bidang pemasaran produk perusahaan.
Media sosial kini telah berkembang menjadi medan perang dalam memasarkan produk perusahaan. Perusahaan atau siapa saja, dapat dengan mudah menjual produk, manawarkan komoditi yang dihasilkannya. Media sosial menjelma menjadi arena jual-beli produk dan mengiklankan produk. Di sini terlihat, di balik media sosial terdapat kekuatan besar yang dimainkan, tidak hanya oleh produser media sosial, tetapi juga oleh publik yang memiliki akun media sosial. Tinggal kini bagaimana kita mendayagunakannya secara maksimal untuk berbagai kepentingan yang lebih besar, sambil menaati etika berkomunikasi lewat media sosial. *
Oleh Yohanes Sehandi
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Flores, Ende
(Telah
dimuat majalah Warta Flobamora, terbitan
Surabaya, Edisi 92, Tahun ke-9, 2021, halaman 48)
Mantap Pak
ReplyDeleteTerima kasih Pak Guru Thomas Krispianus Swalar. Salam ke Lembata.
ReplyDelete