Media Sosial, Medan Perang Pemasaran Produk di Era Digital
Pendahuluan
Kemajuan teknologi digital pada saat ini telah membawa perubahan yang sangat pesat dalam berbagai aspek kehidupan. Pekerjaan dan cara kita bekerja berubah. Banyak lapangan pekerjaan lama yang menjadi idola, kini perlahan hilang bahkan ada yang langsung hilang. Dalam waktu yang bersamaan, berbagai jenis pekerjaan baru bermunculan. Perubahan ekonomi, sosial, politik, dan budaya juga terjadi dengan kecepatan tinggi dengan berbagai kejutan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Orang yang tidak mau berubah atau susah berubah, cepat atau lambat, akan tersingkir. Sikap yang tepat adalah mengubah diri dan cara pandang lama, dan secepatnya menyesuaikan diri dengan kekuatan perubahan besar yang dibawa teknologi digital.
Teknologi digital yang berbasis pada internet dengan berbagai jenis media baru, berhasil mengubah pola komunikasi dan pencarian informasi menjadi faktor yang berpengaruh besar dalam perubahan gaya hidup masyarakat. Semenjak booming internet pada awal milenium ketiga, kita bisa dengan mudah mendapat dan memberi informasi tentang apapun. Hal ini membuat pola komunikasi jarak jauh memiliki nuansa interaktif kuat. Sifat interaktif dalam komunikasi internet inilah yang membedakan media dalam jaringan (daring) dengan sarana media lama lainnya, seperti media cetak dan media elektronik.
Selain itu, perkembangan perangkat komputer dan telepon genggam juga semakin akomodatif. Telepon genggam yang sebelumnya hanya berfungsi melakukan panggilan jarak jauh, kini berkembang menjadi perangkat komputer mini (smartphone). Komputer personal (PC) pun bertransformasi menjadi laptop yang juga memiliki fitur dan fungsi yang mendukung aktivitas keseharian penggunanya. Smartphone dan laptop juga memiliki fitur akses internet yang memungkinkan orang saling berkomunikasi interaktif tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. Ini dimungkinkan karena sifat dari perangkat laptop dan smartphone yang mobile dan portable sehingga orang nyaman menggunakannya.
Tidak terlalu mengherankan jika praktik hidup keseharian kita pada masa kini menjadi serba mudah karena difasilitasi gelombang internet lewat perangkat gadget. Sarana komunikasi jarak jauh ini jamak digunakan untuk berbagai keperluan. Jika kita kemudian menengok kepada konteks budaya kerja, kondisi tersebut juga mengimbas kepada pola relasi kerja. Hari ini orang tidak lagi melulu bergantung pada komunikasi tatap muka dengan rekan kerja atau mitra kerja untuk menyelesaikan pekerjaan. Internet telah memungkinkan komunikasi dan koordinasi jarak jauh tanpa harus bertemu secara langsung. Sebuah pekerjaan bisa dikerjakan tanpa harus berada di kantor atau rumah dengan bertemu secara langsung.
Pemaknaan entitas kantor juga mulai bergeser dari yang sebelumnya berupa kantor fisik, tempat di mana para pekerja perusahaan bekerja bersama, menjadi kantor virtual di mana pengaturan operasional dan fungsional kantor dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer seperti PC, laptop, ponsel dengan akses internet. Sistem tersebut memungkinkan orang-orang untuk bekerja di mana saja dan kapan saja. Rumah makan, kafe, taman hiburan, dan berbagai tempat umum yang lain di berbagai kota, dimanfaatkan sebagai tempat kerja. Para pengguna tempat-tempat tersebut didominasi orang-orang muda atau generasi milenial.
Kita juga mengenal entitas tempat yang disebut dengan coworking space, sebuah ruang publik yang didesain dengan fasilitas layaknya sebuah kantor, memiliki layanan konsumsi makan-minum, serta tentu saja koneksi internet super cepat. Tempat ini kini marak digunakan sebagai tempat bekerja di kota-kota besar oleh orang-orang yang mengerjakan pekerjaaan yang berbeda-beda dan tidak hanya berasal dari satu kantor. Tempat seperti coworking space muncul sebagai respon atas semakin maraknya gaya bekerja secara virtual. Selain tempat publik seperti itu, tidak sedikit juga orang memasang fasilitas internet di rumahnya untuk mendukung pekerjaannya. Maraknya gaya kerja virtual ini bahkan telah memunculkan sebuah sebutan baru kini, yakni perantau digital (digital nomad).
Perantau digital adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan menggunakan teknologi digital, dan dapat bekerja di mana saja dan kapan saja. Mereka berhubungan melalui internet dengan rekan kerja atau perusahaan penyewa jasa mereka. Di Indonesia sendiri, gejala ini sudah mulai muncul dengan banyaknya orang yang terlibat sebagai freelancer dalam berbagai proyek pekerjaan, seperti penelitian, konsultansi, perdagangan, penulisan, dan sebagainya.
Di samping telah terjadi berbagai perubahan perilaku sebagaimana disebutkan di atas, perubahan besar dan dahsyat yang lain dari kemajuan teknologi digital adalah kehadiran media sosial (social media) dengan akronim medsos, yang merasuki jantung kehudupan pribadi dan kehidupan sosial kita pada masa kini. Media sosial sangat kuat mempengaruhi perilaku dan cara berkomunikasi kita dengan orang lain. Media sosial mengepung hidup dan kehidupan kita. Seolah-olah eksistensi (keberadaan) kita pada masa kini terikat dan dikendalikan media sosial. Media sosial telah memasuki sekat-sekat ruang fisik dan psikis kita dalam cara berkomunikasi kita dengan orang lain. Pola dan gaya bekerja manusia yang tadinya kental dengan nuansa pertemuan langsung kini berubah menjadi pertemuan tidak langsung melalui perangkat digital. Pola perilaku dan cara berkomunikasi kita bergantung pada apa maunya teknologi digital yang terepresentasi berbagai akun media sosial.
Terkepung Media Sosial
Seorang pakar media sosial, Rulli Nasrullah, memulai pembahasan bukunya yang berjudul Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi (2015: ix), dengan sebuah pertanyaan: “Siapakah yang tidak memiliki akun media sosial?” Media sosial yang dimaksudkannya adalah “medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual” (Nasrullah, 2015: 13). Adapun jenis media sosial yang dikenal luas pada saat ini, menurut Wikipedia (https://id.wikipedia.org/Media-sosial), antara lain Facebook, Youtube, WhatsApp, Facebook Messenger, WeChat, QQ, Instagram, Qzone, Tumblr, Twitter, Sina Weibo, Baidu Tieba, Skype, Viber, Snapchat, Reddit, LINE, dan Pinterest.
Pada saat ini, sepertinya susah ditemukan orang yang tidak memiliki akun media sosial, misalnya Facebook atau WhatsApp atau Twitter. Kondisi ini sepertinya sudah menjadi suaru kelaziman. Jika dahulu perkenalan dengan orang lain biasa diakhiri dengan bertukar kartu nama, pada era sekarang, bertemu dengan orang baru cerderung bertukar alamat akun media sosial atau pertemanan di media sosial. Dunia seolah tidak ada lagi batasan dan tidak ada lagi kerahasiaan yang bisa ditutupi. Kita dengan sangat gampang mengetahui aktivitas orang lain lewat media sosial, sementara kita tidak kenal dan tidak pernah bertemu muka dengan orang tersebut.
Pada era ini media sosial sosial kini sudah menjadi senjata baru bagi banyak bidang kehidupan. Kampanye politik dari tingkat pemilihan kepala desa, pemilihan bupati/walikota, pemilihan gubernur, sampai pemilihan DPRD/DPR/DPD, dan pemilihan presiden, melibatkan peran media sosial. Banyak perusahaan juga, mulai dari perusahaan kecil, menengah, sampai perusahaan besar dan multinasional, memanfaatkan peran media sosial untuk mengembangkan usaha dan memasarkan produk-produk yang dihasilkannya. Mereka membangun relasi dengan mitra dagang dan pelanggan secara online lewat media sosial. Fungsi iklan berubah dari cara tradisional yang diproduksi oleh perusahaan dengan biaya yang besar, kini berubah menjadi partisipasi khalayak di media sosial dengan biaya murah, bahkan tanpa biaya. Hal tersebut merupakan sebuah tantangan sekaligus peluang yang harus dihadapi. Kehadiran media sosial dan semakin berkembangnya jumlah pengguna media sosial dari hari ke hari, menunjukkan fakta menarik betapa kekuatan media sosial telah mengepung kehidupan pribadi dan sosial kita.
Pesatnya perkembangan media sosial masa kini disebabkan semua orang merasa seperti bisa memiliki media sendiri. Seseorang dengan mudah mengakses media sosial dengan fasilitas jaringan internet tanpa biaya besar, tanpa alat mahal, dan dilakukan sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain. Pengguna media sosial dengan bebas mengedit, menambahkan, mengurangi, dan memodifikasi tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model konten lainnya.
Media sosial memudahkan kita untuk saling membagi ide atau pendapat, untuk bekerja sama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berpikir, berdebat, menemukan teman yang baik, menemukan pasangan hidup, dan membangun sebuah komunitas. Singkatnya, media sosial menjadikan seseorang sebagai dirinya sendiri. Selain menjadi diri sendiri, media sosial juga berperan untuk aktualisasi diri dan kebutuhan untuk personal branding.
Perkembangan media sosial sungguh pesat, bisa dilihat dari banyaknya jumlah anggota yang dimiliki masing-masing situs jejaring sosial. Pada tahun 2017, Wikipedia mencatat jumlah pengguna dari masing-masing situs media sosial, sebagai berikut: (1) Facebook (2.047.000.000), (2) Youtube (1.500.000.000), (3) WhatsApp (1.200.000.000), (4) Facebook Messenger (1.200.000.000), (5) WeChat (938.000.000), (6) QQ (861.000.000), (7) Instagram (700.000.000), (8) Qzone (638.000.000), (9) Tumblr (357.000.000), (10) Twitter (328.000.000), (11) Sina Weibo (313.000.000), (12) Baidu Tieba (300.000.000), (13) Skype (300.000.000), (14) Viber (260.000.000), (15) Snapchat (255.000.000), (16) Reddit (250.000.000), (17) LINE (214.000.000), (18) Pinterest (175.000.000) (https://id.wikipedia.org/Media-sosial). Pada tahun 2020 ini tentu jumlah pengguna masing-masing media sosial sudah jauh bertambah, bahkan bisa berlipat ganda.
Salah satu dampak keberadaan media sosial adalah ketergantungan masyarakat pada teknologi digital ini. Pada awalnya kita merasa sebagai makhluk sosial, namun dengan adanya teknologi digital pada saat ini, nilai-nilai budaya masyarakat mulai memudar. Inilah dampak media sosial yang membuat makhluk manusia menjadi makhluk anti-sosial. Di lingkungan masyarakat, hampir semua kalangan sudah menggunakan media sosial untuk berkomunikasi dengan pihak lain, tanpa tatap muka, bahkan dengan tetangga sebelah rumah.
Dampak lain adalah munculnya budaya berbagi dan pengungkapan diri berlebihan di media sosial. Budaya ini muncul karena siapa saja bisa mengunggah (upload) apa saja, bisa pula mengunduh (download) apa saja di media sosial. Sebuah status di Facebook, misalnya, bisa saja bercerita tentang kondisi yang dialami oleh si pemilik akun, tetapi kepada siapa status itu disampaikan, pun tidak dapat dijelaskan. Sebab, siapa pun bisa membaca status tersebut, termasuk yang tidak masuk dalam jaringan pemilik akun, dapat membaca dan mengomentarinya.
Media sosial jadinya tidak lagi hanya untuk membuka jaringan pergaulan di dunia maya yang juga bisa berlanjut di dunia nyata, melainkan juga memberi dampak cukup besar di berbagai bidang kehidupan umum, seperti bidang hubungan kemasyarakatan, bidang jurnalisme, dan bidang pemasaran produk perusahaan. Artinya, media sosial kini telah berkembang menjadi medan pertarungan atau medan perang dalam memasarkan produk perusahaan. Perusahaan atau siapa saja, dapat dengan mudah menjual produk, manawarkan komoditi yang dihasilkan. Media sosial menjelma menjadi arena jual beli produk dan mengiklankan produk. Di sini terlihat, di balik media sosial itu terdapat kekuatan besar yang dimainkan, tidak hanya oleh produser media sosial, tetapi juga oleh publik yang memiliki akun di berbagai media sosial tersebut.
Medan Perang Pemasaran Produk
Pemilik perusahaan atau pelaku usaha apa saja dan di mana saja, termasuk koperasi kredit, sudah menjadi keharusan kini untuk memanfaatkan kecanggihan media sosial sebagai strategi marketing atau memasarkan produk. Bahkan kini, media sosial menjadi cara paling ampuh dalam hal mempromosikan produk yang ada. Potensi bisnis yang sangat besar di media sosial tentunya mendorong pelaku usaha untuk semakin meningkatkan kualitas dalam memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan produk dan jasanya untuk menarik konsumen yang akhirnya mendapat pelanggan untuk membeli produk. Mempromosikan bisnis di media sosial tentunya membutuhkan strategi komunikasi yang matang agar pasar di media sosial tergarap secara efektif dan efisien. Kesiapan sumber daya manusia (SDM) kaum milenial sangat dibutuhkan karena generasi milenia inilah yang lebih gampang menguasai perangkat digital.
Selain perusahaan memiliki akun media sosial yang mempromosikan produk bisnis yang diproduksi, perusahaan juga harus melibatkan orang-orang yang berpengaruh (inflluencer) untuk memasarkannya di media sosial mereka. Influencer biasanya memiliki banyak pengikut (followers) yang percaya dengan apa yang dipromosikan tokoh yang menjadi idolanya. Strategi ini bisa sangat ampuh jika perusahaan memiliki kualitas yang terbaik. Tentu konsumen akan lebih banyak percaya dengan produk yang diproduksi dan dipasarkan lewat para influencer.
Fungsi media sosial untuk bisnis, antara lain (1) memperluas jaringan bisnis dan peluang untuk melakukan ekspansi bisnis, (2) meningkatkan popularitas produk maupun brand bisnis, (3) mendapatkan pelanggan baru dengan market yang lebih luas, (4) memberikan respons dan feedback secara tepat dan cepat, (5) meningkatkan jumlah pengunjung website dan peringkat di mesin pencarian, (6) menjaga hubungan baik dan kepuasan pelanggan dengan terus-menerus membangun komunikasi secara terbuka dan humanis (https://id.wikipedia.org/Media-sosial).
Berkaitan dengan pemasaran (marketing) produk melalui media sosial, seorang pakar marketing digital, Ryan Kristo Muljono, menulis buku bagus berujudul Digital Marketing Concept (2018) yang diterbitkan Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Muljono merumuskan pengertian marketing sebagai kegiatan, serangkaian lembaga, dan proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, menyampaikan, dan bertukar penawaran yang ma dalam marketing, yakni menciptakan, mengomunikasikan, memublikasikan, dan bertukar penawaran. Menurut Muljono (2018:13-14), ada tiga elemen penting dalam digital marketing concept, yakni traffic (pengunjung), corversion (pengguna), dan engagement (pembeli). Traffic adalah pengunjung website atau pengunjung properti kita, dalam hal ini akun media sosial yang kita (perusahaan) miliki. Corversion adalah pengguna produk yang terhubung dengan bisnis kita lewat media sosial. Engagement adalah pembeli yang sudah terhubung dengan kita lewat media sosial.
Dalam dunia digital, traffic merupakan bagian terpenting dalam marketing. Tanpa traffic (pengunjung) tidak akan ada pembeli. Semakin banyak pengunjung, semakin besar kemungkinan orang mengenal produk kita, kemungkinan besar pula tertarik untuk membelinya. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa mereka, pengunjung dan pembeli itu adalah raja. Dalam marketing digital kita dapat mengukur jumlah pengunjung yang masuk ke website kita setiap hari secara lebih akurat. Yang lebih manarik lagi, alat yang digunakan untuk melakukan hal ini tersedia dalam versi berbayar dan gratis. Perangkat analisis yang saat ini paling populer adalah Google Analytics dari perusahaan raksasa Google. Google memberikan alat ini secara Cuma-Cuma alias gratis untuk setiap pemilik website. Melalui alat ini kita bisa melihat bahwa semakin banyak pengunjung website, semakin besar pula bisnisnya.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana cara mendatangkan pengunjung lebih banyak di akun kita dari sebelumnya? Ini adalah pertanyaan terbesar dalam marketing digital. Menurut Ryan Kristo Muljono dalam Digital Marketing Concept (2018: 18-20), ada dua hal penting yang harus dikuasai pemilik akun media sosial. Setelah menguasai dua hal tersebut, maka kita dapat menjalankan semua strategi yang ada dalam dunia marketing digital dengan lebih mudah. Kedua hal tersebut adalah konten dan advertising.
Pertama, konten. Internet itu terbentuk karena konten. Apapun yang kita akses secara online adalah konten yang biasa berupa teks, gambar, audio, atau video. Konten yang kita buat akan dikonsumsi oleh pengunjung bisnis kita secara online dalam media sosial. Membuat konten secara kreatif dan menarik akan membuat lebih banyak orang yang tertarik dan membeli produk yang kita tawarkan lewat media sosial. Konten adalah kunci utama dalam pemasaran digital yang akan menentukan keberhasilan bisnis. Konten yang menarik dan bermutu akan mendatangkan lebih banyak pengunjung. Hampir semua strategi digital menggunakan konten tertentu.
Kedua, advertising. Advertising atau iklan adalah bagian kedua yang perlu kita ingat. Bila kita tidak ingin membuat konten secara kompleks, kita perlu beriklan. Artinya, kita perlu bayar untuk mendatangkan traffic ke website kita. Cara ini dinilai paling cepat mendatangkan pengunjung. Walaupun terdengar sederhana, kenyataannya banyak hal yang perlu diperhatikan untuk membuat iklan menjadi lebih efektif dan efisien. Apabila kita membuat konten secara kreatif dan menggunakan advertising, hasil yang didapat akan berlipat ganda dibandingkan dengan hanya menggunakan satu bagian. Sebagai seorang pemasar digital (digital marketer), mendatangkan traffic sebanyak-banyaknya adalah keahlian utama yang perlu dipelajari. Tanpa traffic, bisnis dalam website kita tidak akan terwujud. Perlu diingat, traffic yang sedikit tidak akan memberikan efek yang signifikan dalam memasarkan produk.
Setelah kita tahu bahwa konten adalah bagian paling penting dalam marketing digital, maka kita harus cerdas dan kreatif membuat konten sebagai daya tarik. Konten yang dibuat harus sesuai dengan bisnis yang digeluti sehingga akan menarik perhatian banyak orang sesuai dengan kebutuhannya. Jangan pernah merendahkan konten yang kita buat karena kontenlah yang menjadi inti pemasaran secara digital.
Ada empat jenis konten yang bisa dibuat secara digital, yakni teks, gambar, audio, dan video (Muljono, 2018: 22). Misalnya, gambar berbentuk kotak segi empat, bentuknya sama. Apanya yang beda antara perusahaan yang satu dengan yang lain? Yang beda adalah isi konten yang terdapat dalam kotak segi empat itu. Kotak itu diisi dengan konten yang menarik atau tidak. Konten itulah yang memberi dampak bisnis yang berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Kita sering menyaksikan ada perusahaan kecil yang iklannya dibagikan secara massif di internet dan beredar secara luas, dibaca banyak orang. Kita juga sempat kaget bahwa gambar yang kita buat tidak bisa beredar luas, bahkan hanya berakhir di grup kita sendiri. Apanya yang salah? Yang salah adalah isi konten yang kita buat tidak menarik. Di sinilah peran dan fungsi vital dari sebuah konten dalam marketing digital.
Penutupan
Kehadiran media sosial memberikan alternatif pilihan bagaimana praktik pemasaran produk perusahaan pada era digital ini. Kalau dalam pemasaran tradisional dibutuhkan biaya besar dalam memasarkan produk, dalam pemasaran digital pada era sekarang ini, biaya memasarkan produk sangat kecil bahkan tanpa bayar. Fasilitas di media sosial telah tersedia dengan sangat banyak tinggal bagaimana memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia itu. Di sini perlu kesipan sumber daya manusia (SDM) bagi perusahaan untuk memanfaat era digital ini.
Banyak riset yang menyebutkan bahwa media sosial dianggap atau dinilai sebagai sarana paling ampuh dan jitu untuk berbagi pikiran, pengalaman, pendapat, bahkan pandangan terhadap sebuah produk barang maupun jasa. Para pengguna media sosial itulah yang berpengaruh besar dalam pemasaran produk perusahaan, termasuk koperasi kredit. Koperasi kredit perlu segera berubah meninggalkan secara perlahan cara kerja dan gaya pemasaran tradisional yang lamban dan berbiaya besar, menjadi cara kerja dan gaya pemasaran modern mengandalkan digital. Dalam pemasaran digital, ada dua hal penting yang harus dikuasai pemilik akun media sosial dalam memasarkan produknya, yakni konten dan advertising.
Pertama, konten. Konten adalah isi postingan dalam media sosial. Konten terdiri atas empat bentuk, yakni teks, gambar, audio, dan video. Konten yang kita buat akan dikonsumsi oleh pengunjung bisnis kita secara online dalam media sosial. Yang tertarik pada konten produk kita, akan membeli produk yang kita tawarkan. Membuat konten secara kreatif dan menarik akan membuat lebih banyak orang yang tertarik dan membeli. Konten adalah kunci utama dalam pemasaran digital yang akan menentukan keberhasilan bisnis kita.
Kedua, advertising. Advertising atau iklan adalah bagian yang berperan penting selain konten. Bila kita tidak ingin membuat konten secara kompleks, kita perlu beriklan. Cara ini dinilai cara paling cepat mendatangkan pengunjung. Apabila kita membuat konten secara kreatif dan menggunakan advertising, hasil yang didapat akan berlipat ganda. Sebagai seorang digital marketer, mendatangkan traffic sebanyak-banyaknya adalah keahlian utama yang perlu dipelajari. Bagaimana mengisi konten dan membuat iklan adalah kemampuan mutlak yang harus dikuasai pemasar produk lewat media sosial. Media sosial kini berubah menjadi medan perang dalam pemasaran produk. Siapa yang mengusai medan perang, dialah yang menang peperangan.
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Mouratidis, Georgious. 2018. Digital Nomadism: Travel, Remote Work and Alternative Lifestyle. Swedia: Lund University Publication.
Muljono, Ryan Kristo. 2018. Digital Marketing Concept. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Yogyakarta: Simbiosa Rekatama Media.
https://id.wikipedia.org/Media-sosial) diakses pada Rabu, 24 Juni 2020.
Yohanes Sehandi
Lahir di Dalong, Labuan Bajo, Flores, pada 12 Juli 1960. Tamat Sarjana (S-1) di IKIP Negeri Semarang (1985) dan Magister (S-2) di UMM Malang (2003). Pernah menjadi dosen di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga (1985-1989), Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa (Stipar) Ende (1990-1999), dan Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero (STFK Ledalero) Maumere (1994-1999). Pernah menjadi editor pada Penerbit Nusa Indah Ende (1989-1999). Pernah menjadi anggota DPRD Provinsi NTT selama dua periode (1999-2009). Sejak 2011 menjadi dosen di Universitas Flores. Telah menulis 8 judul buku dan 370-an artikel opini dan kritik sastra di berbagai surat kabar dan majalah yang tersebar secara nasional. *
(Artikel dalam buku Koperasi Kredit di Tengah Arus Digitalisasi, Editor Yohanes Sehandi, dkk, Serviam’s Publishing Group (SPG) Ende Kerja Sama dengan Penerbit Writing Revolution, Surabaya, 2020, halaman 48-63).
Mantap ulasan ini kak.
ReplyDelete