One Api Pande Nggelok Marsel Robot
One Api Pande Nggelok
One api pande nggelok
(Dalam api penyucian)
Monggur wakar susa bail
(Penuh arwah teramat derita)
Landing ndekok pande lise
(Karena dosa mereka buat)
Weheng taungs le Mori Kraeng
(Dihukum habis Tuhan Allah)
(Buku Dere Serani, Nomor 201,
1998, halaman 169)
Artikel opini penyair dan pengamat budaya Marsel
Robot yang ditulis dalam gaya esai berjudul “Nyanyian One Api Pande Nggelok
di Jalan Bersekam” (Pos Kupang, Senin, 9 Juli 2018) sungguh menarik perhatian dan menggelitik kesadaran. Opini ini selain dibaca di harian Pos Kupang (tercetak), juga dibaca lewat Pos Kupang versi online (PosKupang.com). Sejak diunggah ke media sosial Facebook oleh Pemimpin Redaksi Pos Kupang Dion
DP Putra pada Senin, 9 Juli 2018 pukul 11.53 sampai dengan Selasa, 10 Juli 2018 pukul 12.00
(selama satu hari penuh)
puluhan orang memberi komentar dan jempol atas opini getir dan menikam kalbu.
Marsel Robot
Sebagaimana opini-opini Marsel Robot yang lain, baik yang
dimuat di media cetak maupun di media
sosial online, selalu menarik perhatian dan menggelitik kesadaran kita sebagai pembaca. Mengapa itu terjadi? Karena hampir semua opini Marsel Robot selalu mengusung dua dunia sekaligus kepada kita sebagai pembaca, yakni dunia fakta dan dunia fiksi.
Dunia fakta adalah suatu realitas
yang benar-benar ada dan terjadi,
bersifat faktual. Dunia fakta dapat dibuktikan kebenarannya dengan pancaindra sebagai kebenaran objektif. Sebaliknya, dunia fiksi adalah dunia rekaan,
dunia yang sebetulnya tidak ada,
tetapi seolah-olah ada dan terjadi dalam imajinasi penulis untuk menggedor kesadaran dan hati nurani pembaca. Kebenaran fiksi bukan kebenaran faktual, tetapi kebenaran keyakinan. Dunia fiksi dipakai Marsel Robot untuk menikam dunia nyata yang
benar-benar ada dan terjadi.
Dua dunia itulah yang ditampilkan Marsel Robot dengan mengusung lagu requem (lagu kematian) orang Manggarai, Flores berjudul “One Api Pande Nggelok” (Dalam Api Penyucian).
Kutipan pada awal tulisan ini adalah
bait pertama lagu One Api Pande Nggelok tersebut yang saya kutip dari buku nyanyian orang/bahasa Manggarai Dere Serani
(cetakan ke-10, tahun 1998 halaman 169). Lagu ini terdiri ata sempat
bait, masing-masing bait terdiri atas empat baris,
dengan refrain dua baris. Kalau empat bait itu dinyanyikan semuanya secara berurutan, maka dua baris refrain dinyanyikan empat kali pula. Inilah bunyi refrain lagu yang
menggedor sukma itu: /Yo Mori yo lembak koe/ Yo ampong koe
salad e/. Artinya: /Ya Tuhan kasihanilah/
Ya ampun semua dosa mereka/.
Lagu One Api Pande Nggelok merupakan lagu wajib upacara penguburan dan pengusungan jenazah, dari rumah duka ke gereja/kapela,
kemudian dari gereja/kapela ke tempat pekuburan. Suasana duka dan isak-tangis mengiringi lagu ini. Syair-syair lagu ini menghadirkan juga dua dunia sekaligus, dunia orang yang baru saja meninggal (yang badannya kini berubah menjadi mayat dan jiwanya berubah menjadi arwah) dan dunia orang hidup (anggota keluarga,
sanak familih, dan sahabat kenalan yang ditinggalkan, yang cepat atau lambat akan mati menuju ke liang lahat juga).
Lagu One Api Pande Nggelok dipakai penyair Marsel Robot yang
bergelar Doktor Ilmu Komunikasi dari Unpad
Bandung (2008) ini untuk mengusung peti jenazah “kematian hati nurani” Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, Flores, NTT.
Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur di mata anak tanah Marsel Robot yang telah menerbitkan buku antologi puisi berjudul “Nyanyian Pesisir” (2012) ini sudah mati dan tumpul hati nuraninya, karena gagal mengurus kepentingan vital masyarakat Manggarai Timur, jalan raya dan jembatan.
Jalan raya dan jembatan adalah urat nadi sekaligus ukuran harkat dan martabat masyarakat Manggarai Timur pada saat ini. Kebutuhan masyarakat akan jalan raya dan jembatan gagal diurus pemerintah. Pemerintah membiarkan masyarakatnya hidup dalam kemelaratan sebagai ata kesar, miskin dan terbelakang. Dunia fakta kemiskinan dan kemelaratan masyarakat pada saat ini dibawa ke dunia fiksi alam baka di liang lahat oleh Marsel Robot dalam nyanyian duka One Api Pande Nggelok.
Api Pande Nggelok adalah dunia fiksi yang diajarkan guru agama kita (Katolik dan Protestan) sejak SD. Posisi Api Pande Nggelok berada di antara Surga dan Neraka.
Umat manusia yang hidup baik dan rukun dengan sesama
di dunia ini diceritakan dapat masuk Surga yang pintu gerbangnya dijaga ketat oleh Santu Petrus dengan pedang menyala
di tangan. Sebaliknya, umat manusia berdosa besar yang selama hidupnya hanya merusak peradaban manusia, misalnya membunuh orang, menjadi teroris, korupsi, berdagang agama untuk kepentingan politik, langsung dilempar ke Nereka yang
digambarkan sebagai lobang api menyala yang membakar tubuh manusia berdosa itu untuk selama-lamanya. Api Pande Nggelok digambarkan sebagai tempat penyucian atas segala dosa yang telah diperbuatnya di dunia ini sebelum diangkat ke tempat abadi
di Surga. Lamanya arwah berada
di Api Pande Nggelok bergantung pada banyak sedikitnya doa orang yang hidup untuk arwah orang mati itu.
Masyarakat Manggarai Timur, menurut Marsel Robot, tengah berada di Api Pande Nggelok.
Mereka menderita, miskin, telantar,
dan terbelakang. Mereka tahu bahwa sebetulnya tidak ada dosa besar
yang mereka lakukan. Menurut mereka, yang berdosa
adalah Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, yang pada waktu musim Pilkada,
Paslon Bupati dan Wakil Bupatinya berjanji sungguh-sungguh
untuk meluruskan jalan yang bengkok, meratakan jalan berlobang-lobang di Manggarai Timur. Ternyata nilai
akhir merah. Kegagalan Bupati dan Wakil Bupati itulah yang menghempaskan mereka masuk Api Pande Nggelok. Maka, sangat pantas dan layaklah,
secara dramatis menggemakan lagu One Api Pande Nggelok pada waktu terjebak di di jalan dan jembatan yang rusak parah.
Tentu saja, lagu One Api Pande Nggelok ini tidak hanya untuk mengusung peti jenazah Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, tetapi juga mengusung peti jenazah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) karena sebagian jalan dan jembatan yang rusak di wilayah Manggarai Timur adalah jalan Provinsi
NTT. Kegagalan Pemerintah Provinsi NTT tidak hanya di Manggarai Timur,
tetapi juga di wilayah-wilayah lain di Flores, seperti di wilayah Manggarai dan Manggarai
Barat. Orang-orang Manggarai Timur di Kecamatan Elar harus melewati Kabupaten Ngada, kabupten
tetangga, untuk datang di
Borong ibukota kabupatennya.
Lagu requem One Api Pande Nggelok pada saat ini ditujukan langsung kepada “Paslon Aset” (Andreas Agas dan Stefanus Djahur) pemenang Pilbup Manggarai Timur, dan kepada “Paslon
Victory-Joss” (Victor B. Laiskodat dan Josef Nae Soi) pemenang Pilgub NTT
pada 27 Juni 2018 yang lalu. Semoga kedua Paslon ini mampu meredam lagu duka One Api Pande Nggelok yang selama puluhan tahun ini nyaringnya terus merobek langit dan menikam kalbu. *
Oleh Yohanes Sehandi
Penulis Buku Sastra
Indonesia di NTT dalam Kritik dan Esai (2017)
(Telah dimuat harian Pos Kupang, terbitan Kupang, pada Senin, 16 Juli
2018)
Post a Comment for "One Api Pande Nggelok Marsel Robot"