Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penyair NTT dalam Tiga Buku Antologi

DALAM catatan saya, sampai dengan tahun 2016 ini, sebanyak 62 judul buku puisi dalam sastra NTT yang telah diterbitkan. Orang NTT pertama yang menulis puisi dan mempublikasikannya untuk masyarakat umum adalah Dami N. Toda. Beliau pulalah orang NTT pertama yang menerbitkan buku kumpulan puisi. Dami Toda patut disebut sebagai penyair perintis dalam sastra NTT. Dami Toda lahir di Cewang, Todo-Pongkor, Manggarai pada 29 September 1942, meninggal dunia di Hamburg, Jerman, pada 10 November 2006.

Dami Toda menulis puisi pertama kali pada tahun 1969 dengan judul “Sesando Negeri Savana” dimuat  dalam majalah Sastra (edisi Juli, Nomor 7, tahun 1969). Puisi yang kedua pada tahun 1973 berjudul “Epitaph Buat Daisia Kecil” dimuat dalam majalah sastra Horison (edisi Desember, Nomor 12, Tahun VIII, 1973). Puisi Dami yang ketiga pada 1977 berjudul “Pidato Kuburan Seorang Pembunuh (Tragedi Pendendam Tua di Adonara) dimuat Majalah Dian (Nomor 1, Tahun V, 24 Oktober 1977) yang pada bagian akhir puisi tertulis, Mei 1967 (artinya puisi ini diciptakan tahun 1967). Dilihat dari segi tahun penciptaannya, puisi yang dimuat Majalah Dian (terbitan Ende, Flores), adalah puisi pertama Dami (Mei 1967), namun dilihat dari tahun publikasinya, puisi yang dimuat majalah Sastra (1969) adalah puisi pertama. 

Buku kumpulan puisi Dami Toda pertama terbit 1976 dalam bentuk antologi bersama penyair Indonesia yang lain berjudul Penyair Muda di Depan Forum (Dewan Kesenian Jakarta, 1976). Puisi-puisinya yang lain terdapat dalam antologi puisi Tonggak: Antologi Puisi Indonesia Modern III (Gramedia, Jakarta, 1987) editor Linus Suryadi AG. Tahun 2005 terbit buku kumpulan puisi pribadi Dami berjudul Buru Abadi (Indonesia Tera, Magelang, 2005). Di bidang penulisan puisi, mutu puisi Dami tidak terlalu menonjol. Dalam perjalanan kariernya, Dami Toda lebih menonjol dan dikenal luas sebagai kritikus sastra.

Bila dihitung sejak Dami Toda menerbitkan buku puisi Penyair Muda di Depan Forum pada tahun 1976, maka pada tahun 2016 ini kegiatan penerbitan buku puisi dalam sastra NTT sudah berusia 40 tahun. Dalam usia 40 tahun ini, sebanyak 62 judul buku puisi yang telah diterbitkan. Tentu saja jumlahnya bisa lebih dari itu mengingat terbatasnya kemampuan saya melacak dan mendapatkan buku-buku puisi itu, terutama terbitan terbaru.

Dari 62 judul buku puisi dalam sastra NTT yang telah diterbitkan, ada tiga buku antologi puisi yang menghimpun paling banyak puisi karya para penyair NTT. Dilihat dari segi banyaknya penyair NTT dan banyaknya puisi yang terhimpun dalam tiga buku antologi tersebut, ketiga buku antologi tersebut bisa dinilai sebagai representasi para penyair NTT yang berkiprah di panggung sastra. Ketiga buku antologi itu adalah (1) Senja di Kota Kupang: Antologi Puisi Sastrawan NTT (2013), (2) Ratapan Laut Sawu: Antologi Puisi Penyair NTT (2014), dan (3) Nyanyian Sasando: Antologi Puisi Sastrawan NTT (2015). Buku antologi pertama dan ketiga diterbitkan Kantor Bahasa NTT, sedangkan buku yang kedua diterbitkan Penerbit Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan Editor Yoseph Yapi Taum.

Terlepas adanya kekurangan di sana-sini, secara pribadi saya merasa bangga dan puas membaca ketiga buku antologi tersebut. Ketiga buku ini bisa menjadi sumber berlimpah untuk bahan kajian puisi oleh kaum akademisi, para pengamat dan kritikus sastra. Dalam tiga buku antologi itu, terhimpun 518 judul puisi karya 79 orang penyair NTT. Sebanyak 70 orang penyair pria dan 9 orang penyair perempuan. Beragam usia para penyair, dari yang tua sampai dengan yang paling muda. Ada penyair yang sudah dikenal luas, ada yang sudah mulai dikenal, ada pula yang belum dikenal karena baru muncul di panggung sastra. Terlihat sejumlah nama penyair NTT yang dikenal luas, seperti Umbu Landu Paranggi, Dami N. Toda, John Dami Mukese, Yoseph Yapi Taum, Fanny J. Poyk, Mezra E. Pellondou, Maria Matildis Banda, Buang Sine, Usman D. Ganggang, Bara Pattyradja, Mario F. Lawi, dan lain-lain. Oleh editor dan penanggung jawab penerbitan ketiga buku, mereka semua diberi gelar sebagai penyair NTT atau sastrawan NTT. Hal itu tersirat jelas dalam judul ketiga buku antologi ini.

Sebanyak 56 penyair NTT yang namanya muncul satu kali dalam salah satu buku antologi, sebanyak 19 penyair yang namanya muncul dalam dua buku antologi, dan 4 penyair yang namanya muncul pada ketiga buku antologi. Keempat penyair NTT itu adalah Mezra E. Pellondou, Suster Wilda CIJ, Mario F. Lawi, dan Berto Tukan.

Buku antologi pertama Senja di Kota Kupang (2013) diterbitkan Kantor Bahasa NTT, tebal buku 219 halaman. Buku ini menghimpun 104 judul puisi karya 33 penyair NTT. Tidak ada nama editor dalam buku ini. Sebagaimana lazimnya sebuah buku antologi harus ada editor sebagai penanggung jawab penerbitan. Memang ada Kata Pengantar dari M. Luthfi Baihaqi, tetapi bukan sebagai editor, tetapi sebagai Kepala Kantor Bahasa NTT. Rupanya proses penerbitan buku antologi pertama ini terburu-buru, belum ditangani secara profesional. Buku ini diluncurkan pada Temu 1 Sastrawan NTT yang berlangsung di Taman Budaya Kupang pada 30-31 Agustus 2013. Sebagian besar penyair yang namanya ada dalam buku ini hadir pada Temu 1 Sastrawan NTT tersebut.

Buku antologi kedua Ratapan Laut Sawu (2014) diterbitkan Penerbit Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dengan Editor Yoseph Yapi Taum, tebal buku 308 halaman. Buku ini memuat 261 judul pusi karya 43 penyair NTT. Di samping menyusun Kata Pengantar, Yoseph Yapi Taum juga menyusun Prolog buku. Yang menyusun Epilog buku adalah Paul Budi Kleden, seorang filsuf dari STFK Ledalero yang memiliki kepedulian untuk pengembangan sastra di daerah ini. Buku diakhiri dengan endorsmen penyair Indonesia, Dhenok Kristianti. Dalam Kata Pengantar, Yoseph Yapi Taum membeberkan latar belakang dan tujuan penerbitan serta pertanggungjawaban mengapa karya seorang penyair dipilih dan dimasukkan dalam buku antologi ini.

Buku antologi ketiga Nyanyian Sasando (2015) diterbitkan Kantor Bahasa NTT, tebal buku 207 halaman. Buku ini memuat 153 judul puisi karya 32 penyair NTT. Buku ini disusun dalam rangka Temu 2 Sastrawan NTT di Universitas Flores, Ende, pada 8-10 Oktober 2015, dan diluncurkan dalam pertemuan tersebut. Editor buku adalah Yoseph Yapi Taum dan Maria Matildis Banda, yang juga menjadi kurator untuk menyeleksi puisi-puisi yang diterbitkan dalam antologi ini. Yoseph Yapi Taum menulis Prolog buku, Maria Matildis Banda menulis Epilog buku. Kedua editor ini menganalisis dan mempertanggungjawabkan pemilihan puisi-puisi para penyair NTT yang dimasukkan dalam buku antologi ini.   

Yang menarik dalam ketiga buku antologi puisi ini, editor atau penanggung jawab penerbitkan buku, dengan berani menyebut para penulis yang karyanya terhimpun dalam ketiga buku antologi ini dengan sebutan “penyair NTT” atau “sastrawan NTT,” sebuah sebutan atau pengertian yang pada awalnya dipersoalkan bahkan kontroversial. Di samping pengertian sastrawan NTT, pengertian “sastra NTT” saja masih dalam status krontroversial. Meskipun demikian, kini banyak orang NTT tidak canggung lagi, bahkan sudah terbiasa dan dengan gampang menggunakan istilah sastra NTT dan sastrawan NTT.


Oleh: Yohanes Sehandi
Pengamat Sastra dari Universitas Flores, Ende

(Telah dimuat harian Pos Kupang, terbitan Kupang, pada edisi Senin, 21 November 2016)



Post a Comment for "Penyair NTT dalam Tiga Buku Antologi"