Penghargaan untuk Gerson Poyk
Pada Sabtu, 29 Desember 2012, Forum Academia NTT (FAN)
mengumumkan empat tokoh NTT yang berjasa
besar dalam bidang pengabdiannya sebagai pemenang NTT Academia Award 2012. Salah satu tokoh itu adalah Gerson Poyk,
perintis sastra NTT yang lewat karya-karyanya mengharumkan nama NTT dalam
panggung sastra Indonesia modern.
FAN adalah sebuah
forum intelektual yang anggotanya terdiri atas intelektual-intelektual NTT yang
tersebar dan bertempat tinggal di berbagai penjuru dunia. Para intelektual ini dipersatukan dalam visi bersama membangun NTT
yang lebih maju dan beradab. Mereka bertemu dan berdiskusi setiap saat lewat internet.
FAN dibentuk
tahun 2007 dengan salah satu agendanya memberikan NTT Academia Award kepada tokoh-tokoh NTT yang berjasa besar dalam
bidang pengabdiannya. Meskipun saya anggota FAN yang pasif, namun saya setia
mengikuti diskusi-diskusi para intelektual NTT ini melalui Mailing List NTT Academia di internet.
Pengumuman
keempat pemenang ini disampaikan Ketua Dewan Juri NTT Academia Award 2012, Romo Leo Mali, Pr dalam jumpa pers pada
Sabtu, 29 Desember 2012, pukul 10.00 di Aula Fakultas Filsafat Agama,
Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang.
Pertama, Dr. Aloysius
Benedictus Mboi, M.Ph, pemenang kategori “Pengabdian Seumur Hidup” (Life Time Achievement). Mantan
Gubernur NTT dua periode (1978-1988) yang dikenal luas dengan nama Ben Mboi, sangat berjasa membangun NTT,
terutama menghijaukan berbagai wilayah tandus di NTT. Pada masa
kepemimpinannya, gerakan penghijauan dilakukan melalui program Operasi Nusa Hijau (ONH). Pada
hampir semua wilayah kepulauan NTT meninggalkan bukti-bukti otentik keberhasilan
program penghijauan ini. Sampai kini pun Ben Mboi tetap memberikan kontribusi pemikirannya
yang orisinal untuk pembangunan NTT.
Kedua, Dr. I Wayan Mudita, pemenang kategori “Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Perekayasaan” (Science and Engineering). Dosen Faperta
Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang ini dinilai sangat berjasa dalam
penelitian yang berkaitan dengan bio-security
dan hama penyakit tanaman jeruk citrus di pegunungan, merintis penelitian
konservasi dan pengembangan lontar, dan penelitian terkait manajemen kekeringan
di pulau Timor. Selama 26 tahun ini Dr. Wayan sangat
konsern terhadap jenis-jenis penelitian di atas dan telah mempublikasikan
hasil-hasilnya.
Ketiga, Maria Mediatrix Mali, pemenang kategori “Kebijakan dan Kewirausahaan
Masyarakat” (Social and Policy
Entrepreneur). Perempuan pekerja
keras dan cerdas yang biasa dipanggil Trix ini dinilai berjasa besar dalam
pemberantasan penyakit malaria di Kabupaten Sikka, Flores. Dengan jaringan yang
luas Trix melakukan advokasi dan penguatan kelompok masyarakat dalam
memberantas malaria. Trix bersama Yaspen menggandeng Dinkes Kabupaten Sikka berhasil melakukan 72.000 pemeriksaan
slide darah malaria di enam kecamatan endemik malaria dan berhasil mengobati 1.227
orang yang terkena malaria pada saat bersamaan. Obsesinya agar Kabupaten Sikka menjadi Pusat Cross-checker Malaria untuk daratan Flores.
Keempat, Gerson Poyk, pemenang kategori
“Sastra dan Humaniora” (Literature
and Humaniora). Gerson Poyk adalah sastrawan Indonesia kelahiran NTT dikenal sebagai
perintis sastra NTT. Beliau berjasa besar dalam mengangkat nama NTT dalam
panggung sastra Indonesia modern dengan mengangkat lokalitas NTT dalam
karya-karya sastranya, baik novel maupun cerita pendek (cerpen). Dalam khazanah
sastra Indonesia, nama Gerson dengan mudah dikaitkan dengan NTT karena
karya-karyanya yang khas dan unik tentang NTT.
Menurut FAN, meskipun Gerson dikenal luas di tingkat Nasional, namun di
tanah kelahirannya NTT, namanya kurang dikenal apalagi membaca karya-karyanya. Agar
para pembaca Flores Pos dan
masyarakat NTT pada umumnya mengenal siapa itu Gerson Poyk, berikut ini saya perkenalkan
tokoh legendaris sastra NTT ini yang sampai kini telah menerbitkan 27 judul
buku sastra.
Gerson Poyk lahir pada 16 Juni 1931 di
Namodale, Kabupaten Rote Ndao, NTT. Beliau putera pasangan Johanes
Laurens Poyk dan Juliana Manu. Sejak kecil terbiasa pindah tempat tinggai dan sekolah. Menghabiskan
sebagian besar masa kecilnya di Flores, khususnya di Ruteng, Kabupaten Manggarai. Ia cukup mahir
berbahasa Manggarai. Masuk SD di Bajawa, Kabupaten Ngada, pindah ke Ruteng dan
menamatkan SD di Ruteng, terus pindah ke Maumere, Kabupaten Sikka
Ketika ayahnya bertugas di Kalabahi, Kabupaten
Alor, Gerson ikut ke Alor dan masuk OVO di Kalabahi. Dari Alor ia melanjutkan
studi di Sekolah Guru Bawah (SGB) di Soe, Kabupaten TTS di Timor. Setelah tamat
SGB di Soe ia masuk Sekolah Guru Atas (SGA) Kristen di Surabaya (1955). Selesai
SGA Kristen di Surabaya (1955), Gerson Poyk menjadi guru di SMP Negeri dan SGA
Negeri di Ternate, Maluku Utara (1956). Dari Ternate pindah ke Bima, NTB. Ia menjadi guru di Bima selama 7 tahun
(1956-1963).
Tahun 1963 Gerson berhenti dari guru dan
menjadi wartawan harian Sinar Harapan. Tahun 1969 Gerson Poyk berhenti dari wartawan dan menjadi penulis lepas (free lancer) dan
penulis kolom (kolomnis) di berbagai media cetak di Indonesia. Tahun
1970-1971 beliau mengikuti International Writing Program yang
diselenggarakan oleh The University of Iowa, Amerika Serikat. Akhir tahun 1982 menghadiri Seminar
Sastra di India.
Gerson Poyk pernah memenangkan Adinegoro Award bidang jurnalistik
(1985, 1986), South East Asia Write Award (1989), memenangkan Sea Write Award (1989), Lifetime Achivement Award dari harian Kompas (1997), dan Anugerah
Kebudayaan Tahun 2011 dari
Presiden SBY atas jasa-jasanya di bidang sastra dan budaya. Karya-karya
sastra Gerson tersebar di berbagai media cetak di Indonesia.
Karya-karya sastra Gerson Poyk sebagian besar
telah dibukukan, judul-judulnya sebagai berikut. (1) Hari-Hari Pertama (1968); (2)
Matias Akankari (1972); (3) Sang Guru
(novel, 1971); (4) Oleng-Kemoleng
& Surat-Surat Cinta Aleksander Rajagukguk (cerpen, Nusa Indah, Ende,
1974); (5) Nostalgia Nusa Tenggara (cerpen,
Nusa Indah, Ende, 1975); (6) Jerat (cerpen, Nusa Indah, Ende, 1978); (7) Cumbuan Sabana (novel, Nusa Indah, Ende,
1979); (8) Petualangan Dino (novel
anak-anak, Nusa Indah, Ende, 1979); (9)
Giring-Giring (1982); (10) Di Bawah
Matahari Bali (1982); (11) Seutas
Benang Cinta (1982); (12) Requem
untuk Seorang Perempuan (1983); (13)
La Tirka Tar (1983); (14) Mutiara di
Tengah Sawah (cerpen, 1985); (15) Anak Karang (1985); (16) Puber Kedua di Sebuah Teluk (1985); (17) Doa
Perkabungan (1987); (18) Impian Nyoman Sulastri
dan Hanibal (1988); (19) Poti Wolo
(1988); (20) Enu
Molas di Kaki Lingko (Yayasan Trimedia, Jakarta, 2005); (21) Tarian Ombak (Kakilangit Kencana,
Jakarta, 2009); (22) Sang Sutradara dan
Wartawati Burung (Kakilangit Kencana, Jakarta, 2009); (23) Meredam Dendam (Kakilangit Kencana,
Jakarta, 2009); (24) Seruling Tulang
(Kakilangit Kencana, Jakarta, 2009); (25)
Keliling Indonesia dari Era Bung Karno Sampai SBY (Libri, Jakarta, 2010);
(26) Nyoman Sulastri (Libri, Jakarta,
2012); dan (27) Seribu Malam Sunyi
(Libri, Jakarta, 2012). *
Oleh
Yohanes Sehandi
Penulis Buku Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT, HP: 081339004021, Blog: www.yohanessehandi.blogspot.com
Penulis Buku Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT, HP: 081339004021, Blog: www.yohanessehandi.blogspot.com
(Telah dimuat harian Flores Pos, terbitan Ende, pada 9 Januari 2013)
Post a Comment for "Penghargaan untuk Gerson Poyk"