Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Literasi Sebagai Gerakan Nasional

Apa itu literasi? Literasi berasal dari bahasa Inggris literate, yang berarti melek huruf atau orang yang terpelajar (Echols dan Shadily, dalam Kamus Inggris Indonesia, 1996, halaman 361). Literate bahasa Inggris ini berasal dari bahasa Latin literatus, yang berarti orang yang belajar. Orang yang melek huruf, yang suka membaca adalah orang yang suka belajar. Orang yang suka belajar adalah orang terpelajar.  Orang yang terpelajar adalah orang gemar membaca dan menulis.

 

Berdasarkan asal-usul dan pengertian literasi tersebut, maka pengertian literasi adalah “kemampuan membaca dan menulis.” Orang yang memiliki kemampuan membaca dan menulis adalah orang yang terpelajar atau kaum terpelajar. Kalau mau disebut sebagai orang terpelajar maka harus memiliki kemampuan membaca dan menulis. Jadikan kegiatan membaca dan menulis sebagai kegiatan rutin atau aktivitas harian, bukan sekadar sebagai hobi.

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (KBBI online) kata literasi memiliki tiga makna. Pertama, literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua, literasi bermakna pengetahuan atau keterampilan dalam bidang tertentu atau aktivitas tertentu. Ketiga, kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.

 

Dari makna literasi tersebut literasi ternyata tidak hanya terkait dengan membaca dan menulis saja. Hal ini terlihat pada penjelasan UNESCO (salah satu organ PBB) yang mengartikan literasi sebagai seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Menurut UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nilai-nilai budaya serta pengalaman orang tersebut.

 

Dalam perkembangannya literasi menjadi kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Menurut UNIESCO kemampuan literasi baca tulis merupakan “titik pusat” kemajuan dalam berbagai kegiatan sosial, kultural, politik, ekonomi, dan budaya pada era modern atau era digital sekarang ini.

 

Literasi Sebagai Gerakan Nasional

 

Kegiatan literasi di Indonesia menjadi sebuah gerakan disebut sebagai Gerakan Literasi Nasional (GLN). Berdasarkan Peraturan Menteri P dan K Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, GLN merupakan salah satu program prioritas dalam rangka mendukung arah dan kebijakan pembangunan pendidikan dan kebudayaan.

 

Dengan merujuk pada perundang-undangan yang berlaku, GLN dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan daya saing bangsa melalui penguatan ekosistem pendidikan.

 

Dalam pelaksanaannya GLN dilaksanakan dalam tiga ranah. Hal ini sejalan dengan visi Kementerian P dan K yakni untuk membentuk insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan dilandasi semangat gotong-royong. Ketiga ranah GLN itu adalah:

 

Pertama, Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS merupakan gerakan literasi yang aktivitasnya banyak dilakukan di sekolah dengan melibatkan para pelajar, para pendidik, dan tenaga kependidikan, serta orang tua. GLS dilakukan dengan menampilkan kebiasaan-kebiasaan praktik yang baik tentang kegiatan baca-tulis dan menjadikannya sebagai budaya literasi di sekolah dan lingkungan sekolah.

 

Kedua, Gerakan Literasi Keluarga (GLK). GLK merupakan gerakan literasi yang aktivitasnya banyak dilakukan dalam lingkungan keluarga dengan melibatkan orang tua, anak-anak, dan anggota dalam keluarga. GLK dilakukan dengan menampilkan kebiasaan membaca dan menulis dalam lingkungan keluarga yang lama-kelamaan akan terbentuk budaya literasi dalam keluarga.

 

Ketiga, Gerakan Literasi Masyarakat (GLM). GLM merupakan gerakan literasi yang dilakukan dalam lingkungan masyarakat tanpa memandang usia. Sebagai proses pendidikan sepanjang hanya (pendidikan seumur hidup) grogram GLM bertujuan untuk menjaga agar kegiatan pembangunan pengetahuan dan belajar bersama dalam masyarakat terus berdenyut dan berkelanjutan sehingga terbentuk masyarakat yang berbudaya literasi.

 

Jenis-Jenis Literasi Dasar

 

Secara garis besar, ada enam jenis literasi dasar, yakni literasi baca dan tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital, dan literasi budaya.

Pertama, literasi baca dan tulis (membaca dan menulis huruf). Literasi baca tulis adalah pengetahuan dan kecakapan membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

Kedua, literasi numerasi (membaca dan menulis angka dan simbol matematika). Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (1) bisa memperoleh, menginterpretasikan, menggunakan, dan mengomunikasikan berbagai macam angka dan simbol matematika untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari; (2) bisa menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dan lain-lain) untuk mengambil keputusan.

Ketiga, literasi sains (membaca dan menulis ilmu pengetahuan dan teknologi). Literasi sains  adalah pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, serta mengambil kesimpulan berdasarkan fakta, memahami karakteristik sains, membangun kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam, intelektual dan budaya, serta meningkatkan kemauan untuk terlibat dan peduli dalam isu-isu terkait sains.

Keempat, literasi digital (kemampuan menggunakan media digital). Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan menggunakan media digital, alat-alat komunikasi atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Kelima, literasi finansial (kemampuan mendayagunakan bidang keuangan). Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan (1) pemahaman tentang konsep dan risiko finansial; (2) keterampilan finansial; dan (3) motivasi dan pemahaman agar dapat membuat keputusan untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan berpartisipasi dalam masyarakat.

Keenam, literasi budaya (kemampuan memahami budaya dan sosial masyarakat). Literasi budaya adalah pengetahuan dan kecakapan membaca guna memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah pengetahuan dan kecakapan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat.

Manfaat Literasi

 

Setelah melihat penjelasan singkat literasi di atas, seseorang yang aktif dalam bidang literasi akan mendapatkan berbagai manfaat. Adapun beberapa manfaat literasi sebagai berikut: 

 

(1) Menambah perbendaharaan kata atau kosa kata seseorang, (2) Mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan untuk membaca dan menulis, (3) Mendapat berbagai informasi dan wawasan pengetahuan baru, (4) Kemampuan interpersonal dengan orang lain akan semakin baik, (5) Kemampuan memahami makna suatu informasi akan meningkat, (6)    Meningkat-kan kemampuan verbal (kelisanan) seseorang, (7) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analisis seseorang, (8) Membantu meningkatkan konsentrasi dan daya fokus seseorang, (9) Meningkatkan kemampuan menulis seseorang.

 

Dalam perkembangannya, pengertian literasi terus berevolusi sesuai dengan perkembnagan zaman dan merambah berbagai bidang lain. Maka muncul bidang baru, misalnya, antara lain literasi sastra, literasi sastra Indonesia, literasi politik, literasi media, literasi sekolah, dan lain-lain.

 

Literasi sastra adalah kemampuan membaca dan menulis di bidang sastra. Literasi politik adalah kemampuan membaca dan menulis dalam bidang politik. *



Oleh Yohanes Sehandi
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Flores, Ende

 

 

 

Post a Comment for "Literasi Sebagai Gerakan Nasional"