Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal dan Menulis Ficer

Ficer atau berita kisah adalah berita yang ditulis dalam bentuk kisah (cerita) yang menarik perhatian. Ficer mirip dengan berita, yakni mengandung unsur 5W+1H, namun kehadiran unsur 5W+1H dalam ficer tidak menjadi keharusan. Unsur 5W+1H dalam ficer sangat longgar bergantung pada situasi. Ficer juga tidak tergandung unsur aktualitas (waktu), tetapi pada unsur peristiwa yang diceritakan secara menarik.

Cerita dalam ficer mirip cerita dalam cerita pendek (karya sastra), yakni mengandung tema (isi cerita), jalan cerita (alur), tempat dan waktu terjadinya cerita (seting), dan penokohan. Bedanya, cerita pendek (karya sastra) bersifat fiktif, yakni sesuatu yang sebetulnya tidak ada, namun seolah-olah ada dan terjadi hasil imajinasi penulis cerpen.

Sedangkan ficer, peristiwa atau kejadian yang diceritakan harus bersifat nyata (factual), yakni sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi. Boleh dikatakan bahwa ficer adalah bentuk karya jurnalistik yang berada di antara berita dan cerpen. Ficer mirip dengan berita karena ficer mengandung fakta (unsur 5W+H), dan mirip dengan cerpen karena ficer mengandung unsur kisah (cerita).

Salah satu contoh ficer adalah kisah perjalanan wisata (darma wisata) bersama kawan-kawan Anda dalam satu angkatan ke Danau Kelimutu. Kabupaten Ende. Rombongan Anda berangkat dari Kota Ende, dilepas oleh Ketua Program Studi di depan Audirorium H.J. Gadi Djou, Universitas Flores. Menggunakan 10 bis kayu menuju Kelimutu. Ada yang bergantungan di bis, ada pusing-pusing, ada yang nyanyi-nyanyi, ada pula yang diam-diam berpacaran dalam bis kayu. Rombongan dengan sangat antusias menikmati Danau Tiga Warna Kelimutu yang keindahannya tidak ada duanya di dunia ini. Sore hari pulang dari Kelimutu dan tiba dengan selamat di Kota Ende dengan perasaan gembira, puas, namun ada juga yang tidak puas pusing dan muntah-muntah  sepanjang perjalanan.           

Ficer juga Anda bisa tulis pada waktu pulang kampung Liburan Natal. Mengunjungi kakek nenek di kampung, mengunjungi keluarga besar, bertemu teman kelas waktu SD, SMP, SMA/SMK. Setelah puas liburan kembali kampus Uniflor dengan senang hati karena membawa serta uang cukup dari kampung. Anda bisa ceritakan semua hal yang menarik sewaktu Liburan Natal di kampung. Karya jurnalistik yang Anda tulis itulah yang dicebut ficer atau berita kisah.

Ficer ditulis dengan struktur bebas, tidak sepenuhnya terikat seperti berita langsung dan berita ringan. Sama seperti berita, ficer juga memperhatikan syarat 5W+1H,  hanya saja tidak semua unsurnya harus lengkap. Pembeberan fakta yang terdiri atas 5W+1H dilakukan dengan cara naratif atau analitik, dilakukan secara kronologis atau secara klimaks, juga antiklimaks.

Ficer merupakan  bentuk tulisan menarik dan enak untuk dibaca atau disimak. Kisahnya itu memaparkan peristiwa secara objektif, sehingga bisa membangkitkan bayangan-bayangan kejadian yang sesungguhnya kepada pembaca. Ficer bukan karya fiksi, tetapi karya jusnalistik. Karenanya, ficer harus memiliki satu makna, satu arti, tidak seperti karya sastra yang mengandung banyak tafsiran makna.

Terkadang ficer disebut sebagai “karya sastra jurnalistik” karena bertumpu pada kekuatan deskripsi, yakni penggambaran situasi dan suasana secara rinci, hidup, berkeringat (basah), beraroma, membuka pintu akal, membetot perhatian, meremas perasaan, sehingga imajinasi pembaca terbawa ke suasana peristiwa. Buku karya sastrawan Gerson Poyk berjudul Keliling Indonesia: dari Era Bung Karno Sampai SBY (2010) adalah contoh karya sastra jurnalistik ditulis dalam bentuk berita kisah.

Jika dalam penulisan berita langsung yang diutamakan adalah pengaturan fakta-fakta dan data-data, dalam penulisan ficer yang diutamakan adalah kisah sebuah cerita. Itulah kunci perbedaan antara berita langsung (stragiht news) dengan berita kisah (feature news). Penulis ficer pada hakikatnya adalah seorang yang sedang berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata, menghidupkan imajinasi pembaca/pendengar, ia menarik orang agar masuk melebur ke dalam alur cerita itu dengan mengidentifikasikan dirinya seperti tokoh utama yang dikisahkan.

Penulis ficer untuk sebagian besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tetapi bila ada aturan yang mengurangi kelincahannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia bisa menerobos aturan itu.

Secara garis besar fungsi ficer adalah (1) Sebagai pelengkap sekaligus variasi penyajian berita langsung yang biasanya kaku; (2) Sebagai pelengkap informasi tentang situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi; (3) Sebagai sarana mengendorkan pikiran dengan kisah yang dapat mengembangkan imajinasi dan menyenangkan; (4) Sebagai wahana pemberian nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa; (5) Sebagai sarana ekspresi yang paling efektif dalam mempengaruhi emosi publik media massa.

Yang perlu diperhatikan dalam penulisan ficer adalah (1) Mengandung unsur kreativitas, yakni unsur baru yang unik yang menarik perhatian yang bertolak dari pengamatan jeli penulis terhadap fakta-fakta yang ada; (2) Ada unsur subjektif, yakni sudut pandang berdasarkan pertimbangan subjektif penulis ficer; (3) Informatif, yakni berita kisah itu memberikan informasi baru, ringan, dan menarik; (4) Menghibur, yakni ficer mengandung banyak nuansa, warna-warni terhadap berita-berita rutin yang kadang kaku, misalnya kisah tentang kasus pembunuhan, perselingkuhan, bencana alam, dan lain-lain sehingga pembaca ikut larut;  (5) Tidak dibatasi oleh waktu, yakni kisah itu selalu menarik, tidak dibatasi unsur waktu kapan dan di mana saja.

Jika ditanyakan, manakah yang paling sulit, menulis karya fiksi atau non-fiksi? Jawabannya, tulisan fiksilah yang lebih sulit. Mengapa? Karena yang pertama itu memerlukan kemampuan kreasi, fantasi, abstraksi yang luar biasa. Membentuk sesuatu yang tidak ada yang disebut ide ke dalam bentuk karya fiksi, seperti cerita pendek, tidaklah mudah. Di sanalah unsur kreativitas berperan amat penting. Di sana pula kata “mengarang” mendapatkan tempat dan makna yang sesungguhnya, yakni membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada, sesuatu yang tidak ada tetapi seolah-olah ada.

Berbeda dengan menulis karya fiksi, menulis karya non-fiksi, termasuk ficer, bisa distrategikan. Bisa pula dibuat kerangka (outline) yang jelas dan dapat diikuti. Jadi, untuk menulis ficer tidak mesti ada unsur ilham atau inspirasi. Kapan saja orang bisa menulis karya non-fiksi, termasuk ficer. Kerangka tulisan tinggal diberi isi di sana-sini, baik dengan ide orisinal maupun dengan mengutip pendapat orang lain atau melalui pendalaman materi.

Cara mendapatkan bahan untuk ficer pada hakikatnya sama saja dengan cara mendapatkan  bahan untuk berita langsung atau berita ringan. Penulis ficer harus lebih dahulu menetapkan objek apa yang akan ditulis, di mana bisa diperoleh objek tentang itu, bagaimana caranya mendalami objek tesebut, mendapatkan gambar yang menarik dan relevan, dan kalau dirasa sangat perlu dapat mendalami objek tersebut dengan referensi yang relevan. Untuk itu, penulis ficer perlu sesekali melakukan wawancara, membuka kamus, leksikon, ensiklopedi, kliping, dan refensi lain yang relevan. Pengalaman menunjukkan, hampir tidak ada ficer menarik dan mencekam murni hasil pencarian sang penulis di lapangan, tetapi berdasarkan referensi yang dikutip dari sumber lain.

Setelah bahan dan referensi telah diperoleh, penulis ficer baru membuka laptop, artinya ia mulai menulis. Ia bisa mulai menulis ficer sesuai dengan gayanya sendiri. Ketika ilham datang, saat itu juga kita harus membuka laptop. Catatlah dengan segera ide-ide pokok yang datang tiba-tiba itu. Waktu ada mood seperti itu rasakan bahwa ada kekuatan tertentu yang menggerakkan pikiran dan emosi kita untuk menulis. Tulis saja apa yang sedang ada dalam pikiran dan perasaan Anda, jangan sampai terlewatkan. Abaikan dahulu tata bahasa dan ejaan. Kesampingkan dahulu teori-teori menulis ficer. Setelah selesai, baru lihat kembali, apakah ada yang kurang. Setelah itu barulah kita mengeditnya dalam suasana batin yang tenang dan menyenangkan. 

Menuangkan ide dalam tulisan ficer ibarat menuangkan teh dari teko ke dalam gelas. Tuangkan saja semuanya ke dalam tulisan. Jangan sampai terhenti. Kalau ide kita mengalir deras, jangan dihambat, tumpahkan semuanya dalam tulisan kita, namun tetap proposional. Artinya, tidak lantas  liar, tidak sistematis, apalagi berantakan. Kalau kepanjangan, jadikan dua atau lebih ficer.

Ende, Flores, 12 Maret 2022

Oleh Yohanes Sehandi
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Flores, Ende

 

 

1 comment for "Mengenal dan Menulis Ficer"

  1. Sangat bermanfaat.
    Saya sangat suka menulis dan membaca ficer.
    Trimakasih ulasannya

    ReplyDelete