Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nilai Dunia Tulis-Menulis

Pada era digital sekarang ini, kegiatan tulis-menulis di media massa, mempunyai kaitan dengan kegiatan harian seseorang, baik sebagai hobi maupun sebagai profesi. Tentang hobi dan profesi ini, The Liang Gie dalam bukunya Pengantar Dunia Karang-Mengarang (1992, halaman 7) menyatakan: Setiap orang untuk kegairahan hidupnya perlu mempunyai suatu hobi atau kegemaran, sedangkan untuk kelangsungan hidupnya harus miliki suatu profesi atau bidang kerja. Hobi yang digeluti dengan penuh kegembiraan, membuat hidup ini menarik hati, dan profesi yang dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab, membuat hidup ini mengandung arti!

Aktivitas menulis bisa dikelompokkan sebagai hobi yang menggairahkan hidup, bisa pula sebagai profesi yang menjadi sumber penghidupan. Berkat kemajuan peralatan teknologi internet dewasa ini, yang cukup banyak menggantikan tenaga manusia dengan tenaga elektronik, menyebabkan banyak waktu menjadi longgar. Waktu yang longgar itu dapat diisi dengan kegiatan produktif, dalam hal ini tulis-menulis. Aktivitas menulis merupakan sebuah solusi atau alternatif mengisi waktu luang. Tulisan yang kita hasilkan sangat bermanfaat, mengandung nilai, dan menyenangkan bagi pembaca.

Semua orang bisa menjadi penulis: pelajar, mahasiswa, dosen,  guru, PNS, pegawai swasta, pejabat, ibu rumah tangga, penganggur, pedagang, pensiunan, dan lain-lain. Orang yang sudah pensiun, yang tentu sudah punyai tumpukan bekal pengetahuan dan pengalaman berharga, tinggal dibagi-bagikan kepada pelbagai pihak lewat tulisan. Betapa indahnya hidup ini apabila bisa berbagi. Demikianlah salah satu ungkapan bijak dari Kahlil Gibran, seorang penyair kaliber dari Timur Tengah.     

Menulis sebagai hobi tujuan utamanya untuk memperoleh kesenangan diri dan membuat kehidupan sehari-hari kita senantiasa menarik dan menggairahkan. Melakukan sesuatu dengan serius dan penuh keterlibatan diri akan menimbulkan katarsis (chatarsis), yakni suatu proses kejiwaan sebagai pelepasan segala beban pikiran dan perasaan yang menimbulkan kelegahan batin. Kelegahan batin inilah  yang mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani seseorang.

Menulis sebagai profesi, semakin dibutuhkan berbagai pihak, tidak saja pada dewasa ini dan masa-masa mendatang. Meskipun penerbitan media cetak semakin tergerus digantikan oleh media online, namun kebutuhan akan tulis-tulisan bermutu tetap dan terus dibutuhkan. Kegiatan menulis tetap mendapat tempat terhormat dalam masyarakat sampai kapan pun.

Kegiatan tulis-menulis serta hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan itu, sadar atau tidak, mendatangkan berbagai nilai. Nilai dunia tulis-menulis berikut ini diambil dari saya berjudul Dunia Tulis-Menulis. Buku ini diterbitkan Penerbit Kosa Kata Kita, Jakarta, 2021. Minimal ada enam nilai tulis-menulis yang dijelaskan secara singkat berikut ini.

Pertama, nilai kecerdasan. Seseorang yang sudah terbiasa menulis, sadar atau tidak, akan terbina dan berkembang daya kritis dan kreatifnya, akan terbiasa berpikir kritis, sistematis, dan logis. Kebiasaan-kebiasaan yang demikianlah menyebabkan kecerdasan atau daya intelektual seorang penulis terbina dan berkembang dengan baik. Seorang penulis yang baik, otomatis juga seorang pembaca yang baik. Semakin sering seseorang membaca dan menulis akan semakin cerdas daya berpikir dan daya analisis orang tersebut. Itulah yang disebut sebagai nilai kecerdasan dalam kegiatan tulis-menulis.

Kedua, nilai kependidikan. Seseorang yang terbiasa menulis, dengan sendirinya akan terbiasa dan terlatih dalam bekerja dengan mengandalkan kemampuan diri-sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Menulis termasuk salah satu jenis kegiatan yang keberhasilannya ditentukan oleh keuletan dan ketekunan diri-sendiri. Lekak-liku, jatuh-bangun, dan suka-duka perjuangan seorang penulis, mulai dari awal sampai menjadi seorang penulis kawakan, tidak lain dan tidak bukan, melalui proses belajar yang tekun dan terus-menerus. Proses belajar yang tekun dan terus-menerus itulah  yang melahirkan nilai kependidikan dalam kegiatan tulis-menulis.

Ketiga, nilai kejiwaan. Tulisan yang berhasil dipublikasikan seseorang tentu dibaca banyak orang. Keberhasilan yang diperoleh itu, akan dengan sendirinya memunculkan kepuasan batin, kegembiraan kalbu, kebanggaan pribadi, dan kepercayaan diri. Ini tentu tidak bisa diukur dengan uang. Perasaan puas, gembira, dan bangga itulah yang menimbulkan nilai kejiwaan dalam kegiatan tulis-menulis.

Keempat, nilai kemasyarakatan. Nilai kemasyarakatan diperoleh berkat tulisan-tulisan dibaca masyarakat banyak. Tulisan yang bermutu tentu mendapat pujian para pembaca, meskipun ada juga tulisan yang dikritik pembaca. Tentu saja tidak sedikit pembaca yang senang membaca tulisan-tulisan seorang penulis jempolan, di media manapun dia menulis. Masyarakat pembaca merasa terbantu dengan membaca tulisan seorang penulis. Di sinilah munculnya nilai kemasyarakatan dari kegiatan tulis-menulis.

Kelima, nilai keuangan. Tulisan yang dihasilkan seseorang, tentu mendapatkan imbalan yang sesuai dan pantas. Jumlah honor yang diperoleh seorang penulis sangat ditentukan oleh besar-kecilnya media yang memuat tulisannya. Imbalan yang diperoleh dari hasil kegiatan menulis inilah yang memunculkan nilai keuangan dari kegiatan tulis-menulis.

Keenam, nilai kefilsafatan. Tulisan merupakan sarana ampuh dalam mengabadikan buah pikiran manusia untuk diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Buah pikiran yang diwariskan turun-temurun itulah yang mendatangkan nilai kefilsafatan. Nilai kefilsafatan tulis-menulis ini menjadi nyata pada era digital sekarang ini karena tulisan-tulisan kita diabadaikan oleh teknologi digital yang dapat dibaca orang kapan dan di mana pun. *

Oleh Yohanes Sehandi 
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Flores, Ende
 
(Telah dimuat majalah Warta Flobamora, terbitan Surabaya, Edisi 90, Tahun ke-9, 2021, halaman 49)

 

 

Post a Comment for "Nilai Dunia Tulis-Menulis"