Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Modal Dasar Seorang Penulis

Untuk menjadi penulis, seseorang perlu memiliki modal dasar. Sama halnya dengan seseorang yang ingin membuka warung makan, kios, tempat fotokopi, ternak ayam, perlu memiliki modal dasar. Tanpa modal dasar, cita-cita menjadi apapun, tinggallah cita-cita. Kalau berbagai jenis usaha lain memerlukan modal dasar berupa uang atau dana, modal dasar menjadi penulis tidak harus uang. Modalnya sederhana dan semua orang bisa memilikinya.

Dalam buku Pengantar Dunia Karang-Mengarang (1992, halaman 1), The Liang Gie menyatakan, setiap orang yang ingin belajar dan bercita-cita menjadi seorang penulis atau pengarang, harus memiliki hasrat dan dorongan batin yang kuat agar cita-citanya berhasil. Menulis atau mengarang bukanlah usaha yang mudah, bukan kegiatan sederhana, dan bukan pula kerja sambilan. Usaha menjadi penulis adalah usaha besar yang harus dilakukan serius. Sejumlah modal dasar yang perlu dimiliki seorang calon penulis, antara lain sebagai berikut.

 

Pertama, mempunyai minat baca tinggi. Membaca adalah kakak kandung dari menulis. Setelah membaca baru menulis. Penulis yang baik otomatis menjadi pembaca yang baik, bukan sebaliknya. Semakin tinggi minat baca, semakin tinggi pula minat menulisnya. Membaca surat kabar, tabloid, majalah, buku dan membaca media online (media sosial) membantu seseorang dalam mengembangkan pengetahuan dan wawasannya. Sesering mungkin juga mendengar ceramah, seminar, pelatiha, pidato, kuliah, ikut diskusi, dan lain-lain. Dengan membaca banyak maka dengan sendirinya seseorang memiliki wawasan dan pengetahuan luas. Orang yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas menjadikan seseorang terdorong untuk mengekspresikan kepada orang lain apa yang diketahuinya. Kegiatan menulis pada dasarnya adalah aktivitas melampiaskan apa yang diketahuinya kepada orang lain lewat tulisan.  

 

Kedua, bercita-cita menjadi penulis. Menjadi penulis adalah cita-cita yang luhur yang harus dibina dan dikembangkan karena mengandung berbagai jenis nilai yang belum tentu dimiliki profesi yang lain. Menjadi penulis tentu saja tidak hanya sebagai hobi atau kegemaran, tetapi juga sebagai bidang kerja atau profesi. Oleh karena itu, tidak sedikit orang  bercita-cita menjadi seorang penulis hebat. Dengan demikian seseorang akan terus-menerus berusaha dengan berbagai upaya untuk mencapai cita-cita yang luhur itu. Tanamkan cita-cita di dalam hati dan raih cita-cita itu dengan berbagai cara dan upaya. Orang yang berusaha menjadi penulis akan belajar dan berlatih secara terus-menerus, jatuh-bangun, sampai pada waktunya merasa puas karena tulisannya dimuat di berbagai media massa.

 

Ketiga, berpikir kritis dan kreatif. Seseorang yang bercita-cita menjadi penulis harus bisa berpikir kritis dan kreatif. Kritis artinya selalu mempertanyakan sesuatu, apakah sesuatu itu benar atau salah, baik atau buruk, logis atau tidak. Sedangkan kreatif, selalu mencari dan menciptakan sesuatu yang baru, yang unik, yang lain dari yang lain, tidak puas dengan apa yang sudah ada. Orang yang kritis dan kreatif biasanya mudah gelisah, tidak pernah puas dengan hasil karya yang ada. Dia akan terus mencari dan menciptakan sesuatu yang baru. Berpikir kritis dan kreatif adalah modal besar untuk menjadi penulis hebat. Orang seperti ini memiliki ide atau gagasan yang melimpah ruah  yang setiap saat dapat dituangkan dalam tulisan atau karangan.

 

Keempat, memiliki sarana menulis. Sarana menulis maksudnya peralatan yang dipakai untuk menghasilkan tulisan. Pada era internet sekarang ini, sarana menulis tidak sulit dicari. Sarana menulis tidak lain dan tidak bukan adalah komputer atau laptop atau handphone android, dengan kelengkapannya berupa flashdisk. Kalaupun sarana itu tidak dimiliki, yang penting bisa mengoperasikan komputer di berbagai warung internet (warnet) yang ada dengan modal flashdisk di saku. Tulisan diketik langsung di komputer, terus dikirim ke media massa lewat e-mail, sampailah tulisan Anda di media massa dalam hitungan detik.

 

Kelima, memiliki bahan pustaka. Bahan pustaka di sini adalah buku-buku bacaan yang dijadikan sebagai referensi. Misalnya, buku bidang keilmuan, kamus, ensiklopedi, buku pedoman ejaan, pedoman menulis, dan buku-buku panduan menulis yang lain. Sebaiknya perlu berlangganan sejumlah majalah dan surat kabar, termasuk berlangganan media online. Pada era digital sekarang ini buku-buku bacaan berlimpah ruah di internet, berupa e-book atau dalam bentuk buku PDF. Sesekali juga berkunjung ke perpustakaan umum, perpustakaan daerah, atau perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi. Seseorang yang memiliki minat baca yang tinggi akan dengan sendirinya berusaha untuk mencari dan berusaha memiliki berbagai bahan pustaka yang menjadi inspirasi untuk menulis karangan.

 

Keenam, menulis dan terus menulis. Cita-cita menjadi penulis tidak akan tercapai kalau modal atau langkah terakhir ini tidak dilaksanakan. Baru disebut penulis, kalau dia menulis. Orang yang tidak menulis, apakah layak disebut penulis? Tentu saja tidak, bukan? Menulis dan terus menulis adalah langkah pamungkas seorang penulis yang bergelut dalam dunia tulis-menulis. Meskipun pada awalnya jatuh bangun, terseok-seok, namun lama-kelamaan akan terbiasa. Kata orang, ala bisa karena biasa. Maksudnya, sesuatu yang pada awalnya mungkin susah, namun karena terus-menerus dilakukan, maka lama-kelamaan menjadi gampang. Pada waktu sudah merasa gampang, maka jangan pernah kendor lagi. Gas terus, gigi satu, gigi dua, gigi tiga, dan seterusnya. Kalau tidak dilakukan terus-menerus, maka untuk memulainya lagi nanti menjadi sulit. Seperti mesin sepeda motor, kalau terus dihidupkan akan menjadi lancar karena olinya mencair, tidak beku. Tetapi kalau sepeda motor hanya sesekali dipakai, maka olinya bisa beku, busi bisa karat, dan onderdir yang lain juga kurang berfungsi.

 

Kesuksesan seorang penulis diraih pada saat tulisannya dimuat di media massa atau bukunya diterbitkan penerbit. Media massa yang siap memuat tulisan kita pada era sekarang banyak sekali. Itulah pencapaian tertinggi bagi seorang penulis. Ada media cetak, seperti surat kabar harian (harian), surat kabar mingguan (SKM), majalah, dan lain-lain. Ada media online ada pula media sosial. Jenis media online dan media sosial inilah yang melimpah ruah pada era sekarang ini. Semuanya siap menerima tulisan-tulisan kita, apapun jenisnya. Ingat, jangan pernah puas dengan satu dua tulisan yang sudah dimuat media massa. Tulisan yang telah dimuat adalah daya dorong untuk terus menulis lagi, dan lagi, tiada hentinya. Buat target, dalam satu minggu, misalnya ada 3-4 tulisan atau karangan yang muncul di media massa. *


Oleh Yohanes Sehandi
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Flores, Ende 

(Materi kuliah Dasar-Dasar Menulis pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Flores, Ende, Mei 2021)  

 

5 comments for "Modal Dasar Seorang Penulis"

  1. Terima kasih Bapak. Tulisan ini membangkitkan kembali gairahku yang sempat redup. Terima kasih.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih untuk artikel ini Pak Yan.

    ReplyDelete
  3. Trma ksih Senior...jgn lupa Penulis hebat adalah motivator utk generasinya. Snang mmbaca tulisan ini...mnyadarkanku kalo slma ini kurnang aktif mnulis krna fokus ksibukan trkait profesi...ttp sehat n smngat brkarya utk kta smua

    ReplyDelete
  4. Seorang Penulis harus konsisten, mengembangkan bakat dari hari ke hari.
    Makasih ilmunya Pak, salam santun

    ReplyDelete
  5. Terlihat sangat sederhana sebenarnya, namun sangat susah jika dasarnya memang tidak ada minat di sana.

    ReplyDelete