Ciri-Ciri dan Jenis-Jenis Karya Tulis Ilmiah
Yohanes
Sehandi
Dosen Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia,Universitas Flores, Jln. Sam
Ratulangi, Ende, Hp 081339004021, Email: Yohanessehandi@gmail.com
ABSTRACT
Writing
scientific papers at this time is a necessity of academic lecturers in colleges
and teachers in secondary schools and primary schools. In addition, as a
condition care of academic positions and promotions/class, as well as to
develop the scientific field. Unfortunately there are still many lecturers and
teachers who do not know the characteristics and types of scientific papers
will be written so that many of those who failed to write scientific papers in
accordance with applicable regulations. This is the background to undertake
this work. There are two purposes of this study, which is to determine the
characteristics of scientific papers, and to identify the types of scientific
papers based on the characteristics of scientific papers. This type of research
is the study of literature, by examining the various opinions of expert
scientific fields and areas of scientific writing. Based on the results of the
study, the authors managed to identify five key characteristic of a scientific
paper, the paper discussed the different disciplines, the paper it uses
systematic writing standards, the paper it uses citations expert opinion,
writing that uses facts and data, and writing it using a variety of scientific
language. Based on the five hallmark of a scientific paper, the authors managed
to identify six types of scientific papers, is scientific papers, scientific
articles, research proposals, research reports, scientific books, and
paper/thesis/dissertation.
Keywords: Scientific work, the characteristics of scientific work, the types of scientific work.
Keywords: Scientific work, the characteristics of scientific work, the types of scientific work.
ABSTRAK
Menulis
karya ilmiah pada saat ini merupakan keharusan akademik para dosen di perguruan
tinggi dan para guru di sekolah menengah dan sekolah dasar. Di samping sebagai
syarat mengurus jabatan akademik dan kenaikan pangkat/golongan, juga untuk
mengembangkan bidang keilmuannya. Sayangnya masih banyak dosen dan guru yang
belum mengetahui ciri-ciri dan jenis-jenis karya tulis ilmiah yang akan
ditulisnya sehingga banyak di antara mereka yang gagal menulis karya ilmiah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Inilah latar belakang penulis melakukan
penelitian ini. Ada dua tujuan penelitian ini, yakni untuk menentukan ciri-ciri
karya tulis ilmiah, dan untuk mengidentifikasi jenis-jenis karya tulis ilmiah
berdasarkan ciri-ciri karya tulis ilmiah. Jenis penelitian adalah penelitian
kepustakaan, dengan mengkaji berbagai pendapat para ahli bidang keilmuan dan
bidang penulisan karya ilmiah. Berdasarkan hasil penelitian, penulis berhasil
menentukan lima ciri khas sebuah karya tulis ilmiah, yakni karya tulis itu
membahas bidang ilmu tertentu, karya tulis itu menggunakan sistematika
penulisan yang standar, karya tulis itu menggunakan kutipan pendapat ahli,
karya tulis itu menggunakan fakta dan data, dan karya tulis itu menggunakan
ragam bahasa ilmiah. Berdasarkan lima ciri khas karya tulis ilmiah, penulis
berhasil mengidentifikasikan enam jenis karya tulis ilmiah, yakni makalah
ilmiah, artikel ilmiah, proposal penelitian, laporan hasil penelitian, buku
ilmiah, dan skripsi/tesis/disertasi.
Kata Kunci: Karya ilmiah, ciri-ciri karya
ilmiah, jenis-jenis karya ilmiah.
PENDAHULUAN
Seperti kita ketahui bahwa karya
tulis ilmiah merupakan karya puncak seorang
ilmuwan atau kaum terpelajar dalam membina dan mengembangkan keilmuannya. Menyusun
karya tulis ilmiah dilakukan seseorang setelah melewati proses berpikir ilmiah
dan penelitian ilmiah. Berpikir ilmiah, penelitian ilmiah, dan penulisan karya
ilmiah merupakan tiga komponen yang berkaitan dan bergantung satu sama lain.
Karya tulis ilmiah disusun setelah melewati proses penelitian ilmiah,
penelitian ilmiah dilakukan setelah melewati proses berpikir ilmiah. Jadi,
hasil dari proses berpikir ilmiah akan memicu kegiatan penelitian ilmiah, dan
hasil kegiatan penelitian ilmiah akan memicu penulisan karya ilmiah (Sudjana,
1991: 11).
Pada saat ini, kalangan dunia
pendidikan, baik di tingkat perguruan tinggi (para dosen) maupun di tingkat
sekolah menengah dan sekolah dasar (para guru SMA/MA/SMK, SMP/MTs, dan guru SD/TK), menyusun karya
tulis ilmiah merupakan suatu keharusan akademik dan profesi. Bagi para dosen,
menyusun karya tulis ilmiah sebagai pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan
untuk mengurus jabatan akademik, mulai dari asisten ahli, lektor, lektor
kepala, sampai profesor atau guru besar. Sedangkan bagi para guru, mulai dari guru
SD/TK, SMP/MTs, sampai SMA/MA/SMK, menyusun karya tulis ilmiah merupakan
keharusan akademik, juga sebagai syarat mengurus kenaikan pangkat dan golongan.
Dalam kenyataannya, masih banyak dosen
dan guru yang belum bisa membedakan mana karya tulis ilmiah mana yang bukan
karya ilmiah. Karena tidak bisa membedakan karya tulis ilmiah dari karya yang
bukan ilmiah, maka pada waktu menyusun karya tulis ilmiah, misalnya waktu
menyusun makalah ilmiah atau artikel ilmiah, banyak di antara mereka yang tidak
bisa menyusun karya ilmiah. Ada yang menyusun karya ilmiah seperti menyusun
artikel opini di surat kabar, ada pula yang menyusun karya ilmiah seperti naskah
pidato, dan banyak sekali yang tidak bisa menyusun karya tulis ilmiah. Artinya,
masih banyak orang yang belum mengetahui ciri-ciri karya tulis ilmiah. Karena
tidak tahu ciri-ciri karya tulis ilmiah, maka masih banyak pula orang yang
tidak atau belum tahu apa saja jenis-jenis karya tulis ilmiah itu.
Bertolak dari kenyataan di atas,
penulis mencoba melakukan penelitian kepustakaan atau penelitian normatif untuk
menjawab permasalahan ini. Kalau dirumuskan, permasalahan penelitian ini adalah
(1) Apa saja ciri-ciri karya tulis ilmiah yang membedakannya dengan karya yang
bukan ilmiah, (2) Apa saja jenis-jenis karya tulis yang dapat digolongkan
sebagai karya tulis ilmiah. Tujuan akhir penelitian ini adalah (1) Merumuskan
ciri-ciri karya tulis ilmiah, (2) Mengidentifikasi jenis-jenis karya tulis yang
digolongkan sebagai karya tulis ilmiah. Dengan demikian diharapkan para dosen
dan guru dapat mengetahui ciri-ciri karya tulis ilmiah dan jenis-jenis karya tulis
ilmiah.
KAJIAN
PUSTAKA
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan atau penelitian normatif dengan melakukan kajian pustaka terhadap
berbagai pendapat para pakar di bidang keilmuan dan bidang penulisan karya
ilmiah. Pendapat para pakar dikaji, dibanding-bandingkan, disesuaikan dengan
berbagai karya tulis ilmiah yang sudah dikenal masyarakat luas, kemudian
dirumuskan. Setelah semuanya itu dilakukan akan dibuat kesimpulan sebagai hasil
akhir penelitian ini. Berikut ini akan dikemukakan berbagai pandangan para
pakar tentang ciri-ciri atau syarat-syarat karya tulis ilmiah. Para
ahli itu, antara lain Paul W. Jones, Ida Bagus Mantra, dan Mukayat D.
Brotowijoyo.
Menurut Paul W. Jones sebagaimana
dikutip The Liang Gie dalam buku Pengantar
Dunia Karang-Mengarang (1992: 91), ciri-ciri karya tulis ilmiah adalah (1)
menyajikan fakta-fakta, (2) cermat dan jujur, (3) tidak memihak, (4)
sistematis, (5) tidak bersifat haru, (6) mengesampingkan pendapat yang tidak
mempunyai dasar, (7) sungguh-sungguh, (8) tidak bercorak debat, (9) tidak
bersifat membujuk, dan (10) tidak melebih-lebihkan.
Dalam artikelnya yang berjudul
“Penulisan Artikel Ilmiah,” Ida Bagus Mantra (dalam The Liang Gie, 1992:
91-92), mengemukakan ciri-ciri atau syarat-syarat sebuah karya tulis
digolongkan sebagai karya tulis ilmiah. Ciri-ciri karya tulis ilmiah menurut
beliau adalah (1) data yang digunakan mempunyai validitas yang tinggi,
analisis, dan interpretasi harus objektif, (2) kejujuran ilmiah harus terjaga.
Konvensi dalam dunia ilmiah mengharuskan orang untuk menyebutkan dengan jelas
sumber data dan pendapat yang digunakan dalam tulisan itu. Harus dikemukakan
dan dibedakan mana pendapat sendiri dan mana pendapat atau penemuan orang lain,
(3) bahasa yang digunakan harus jelas, tegas, singkat, sederhana, dan teliti.
Untuk itu, penulis harus menguasai tata bahasa dengan baik dan kaya akan
perbendaharaan kata, dan (4) jalan pikiran runtun, sistematis, kontinyu, dan
lancar. Dari pembukaan sampai penutupan, karya tulis ilmiah harus merupakan satu-kesatuan
dan keseluruhan yang kompak dan utuh. Bagian demi bagian, paragraf demi
paragraf merupakan satu-kesatuan yang bulat dan utuh.
Mukayat D. Brotowijoyo dalam
bukunya Penulisan Karangan Ilmiah
(1985: 15-16) mengemukakan ciri-ciri karya tulis ilmiah, yakni (1) menyajikan
fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada
situasi spesifik, (2) penulisnya cermat, tepat, dan benar, serta tulus. Tidak
memuat terkaan. Pernyataan tulus tanpa mengingat efeknya, (3) tidak mengejar keuntungan
pribadi, tidak berambisi agar pembaca berpihak padanya. Motivasi penulis untuk
memberitahukan tentang sesuatu, tidak berprasangka, (4) karya tulis ilmiah itu
sistematis. Tiap langkah direncanakan secara sistematis, terkendali, secara
konseptual dan procedural, (5) karya tulis ilmiah tidak emotif, tidak
menonjolkan perasaan, menyajikan sebab-musabab dan pengertian. Kata-kata yang
dipakai mudah diidentifikasi, alasan-alasan dikemukakan indusif, dan bukan
ajakan, (6) Tidak memuat pandangan tanpa pendukung, kecuali dalam hipotesis
kerja, (7) ditulis secara tulus dan memuat kebenaran. Tidak memancing
pertanyaan yang bernada keraguan, (8) karangan ilmiah tidak argumentatif dengan
membiarkan fakta berbicara sendiri, (9) karangan ilmiah itu tidak persuasif.
Meskipun karangan itu mendorong pembaca mengubah pendapat, tetapi tidak melalui
ajakan, argumentasi, sanggahan, dan protes, (10) karangan ilmiah tidak
melebih-lebihkan sesuatu, disajikan kebenaran fakta. Putar balikkan fakta akan
menghancurkan tujuan penulisan sebuah karya tulis ilmiah.
CIRI-CIRI
KARYA TULIS ILMIAH
Berdasarkan kajian pendapat para
pakar sebagaimana disebutkan di atas maka penulis mengemukakan lima ciri khas
sebuah karya tulis untuk digolongkan sebagai karya tulis ilmiah. Kelima ciri karya
tulis ilmiah itu adalah (1) Karya tulis itu membahas bidang ilmu tertentu, (2)
Karya tulis itu menggunakan sistematika penulisan yang standar, (3) Karya tulis
itu menggunakan kutipan pendapat ahli, (4) Karya tulis itu menggunakan fakta
dan data, (5) Karya tulis itu menggunakan ragam bahasa ilmiah. Berikut
penjelasan kelima ciri tersebut.
Pertama, Membahas Bidang Ilmu Tertentu
Ciri pertama karya tulis ilmiah
terletak pada bidang ilmu yang dibahas. Bidang ilmu itu bisa yang bersifat
monodisiplin (satu bidang ilmu) bisa pula yang bersifat multidisiplin atau
interdisiplin (antar bidang ilmu). Kalau karya tulis itu tidak membahas bidang
ilmu tertentu, maka karya tulis itu bukan atau tidak termasuk karya tulis
ilmiah.
Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya bahwa karya tulis ilmiah merupakan karya puncak seorang penulis atau peneliti/ilmuwan setelah melewati dua proses
keilmuan sebelumnya, yakni proses berpikir ilmiah dan proses penelitian ilmiah.
Proses berpikit ilmiah, penelitian ilmiah, dan penulisan karya ilmiah prosesnya
berkaitan dan bergantung satu sama lain. Karya tulis ilmiah disusun seseorang
setelah melewati proses penelitian ilmiah, penelitian ilmiah dilakukan setelah
melewati proses berpikir ilmiah. Jadi, hasil dari berpikir ilmiah akan memicu
kegiatan penelitian ilmiah, dan hasil kegiatan penelitian ilmiah akan memicu
penulisan karya tulis ilmiah
Dalam proses berpikir ilmiah
seorang penulis atau peneliti/ilmuwan memikirkan bidang ilmu apa yang akan
diteliti yang kemudian nanti hasil penelitiannya dituangkan dalam karya tulis
ilmiah. Sebelum melakukan penelitian disusun proposal penelitian atau usulan
penelitian, baik penelitian empiris (lapangan) maupun penelitian kepustakaan
(normatif). Penelitian ilmiah melewati proses panjang yang akhirnya menemukan
hasilnya. Hasil penelitian itulah yang dituangkan dalam sebuah karya tulis
ilmiah. Jadi, sejak proses pertama (berpikir ilmiah), proses kedua (penelitian
ilmiah), sampai proses ketiga (menulis karya ilmiah) yang menjadi fokus
perhatian penulis adalah bidang ilmu atau disiplin imu tertentu. Itulah ciri
pertama karya tulis ilmiah, yakni membahas bidang ilmu tertentu.
Bidang ilmu tertentu yang dibahas
dalam karya tulis ilmiah secara fisik langsung terlihat pada judulnya. Beberapa
contoh judul karya tulis ilmiah, antara lain (1) Interferensi Fonologi Bahasa
Ngada dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa SMPN 1 Bajawa, Kabupaten
Ngada, (2) Kesalahan Morfologi Bahasa Indonesia dalam Karangan Eksposisi Para
Siswa SMAN 1 Ende, (3) Berpikir Intuitif Siswa SMP Se-Kota Malang dalam
Pemecahan Masalah Geometri, (4) Kombinasi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan
TGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika, (5) Analisis Kinerja Keuangan
Bank NTT Tahun 2010-2015, (6) Pengaruh Jumlah Anggota Koperasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ende.
Kalau kita perhatikan keenam judul
karya tulis ilmiah di atas, maka ketahuilah kita bahwa judul (1) dan (2) adalah
karya tulis ilmiah bidang pendidikan bahasa Indonesia, judul (3) dan (4) adalah
karya tulis ilmiah bidang pendidikan matematika, sedangkan judul (5) dan (6)
adalah karya tulis ilmiah bidang ekonomi. Jadi, enam karya tulis ilmiah di atas
membahas bidang ilmu atau disiplin ilmu tertentu. Itulah ciri pertama karya
tulis ilmiah.
Bandingkan judul-judul karya tulis
berikut yang bukan karya tulis ilmiah, yakni (1) Pada Suatu Hari, Ada Ibu dan
Radian, (2) Cumbuan Sabana, (3) Doa-Doa Semesta, (4) Ketika Cinta Terbantai
Sepi, (5) Awal Tahun 2016, Tiga Danau Kelimutu di Pulau Flores Berubah Warna,
(6) Menikmati Kuliner Lokal Sei Babi di Bandara Frans Seda, Maumere, Flores.
Keenam karya tulis di atas bukan karya tulis ilmiah, tetapi karya tulis jenis
fiksi (novel, cerita pendek, dan puisi) dan karya tulis jenis berita dan ficer.
Kedua, Menggunakan Sistematika Penulisan
Standar
Ciri kedua karya tulis ilmiah
terletak pada sistematika penulisan. Sistematika penulisan adalah tata cara
penyusunan karya tulis yang teratur dan sistematis dalam mengemukakan isi
pikiran atau gagasan penulis yang terlihat jelas dalam keseluruhan karya tulis
mulai dari awal sampai akhir (Sehandi, 2011). Ada dua jenis sistematika
penulisan yang dikenal umum, yakni sistematika penulisan yang standar (baku)
dan sistematika penulisan tidak standar. Pembagian hitam putih dua jenis
sistematika penulisan ini untuk memudahkan pembedaan. Sistematika penulisan
standar adalah metode penulisan karya tulis ilmiah dengan mengikuti aturan baku
yang telah ditetapkan sebagai standar.
Sistematika penulisan baku atau
standar adalah: ada bagian pendahuluan, ada bagian inti, dan ada bagian
penutupan. Ketiga bagian ini mempunyai keterkaitan atau koherensi yang jelas
dan terjalin dengan baik. Untuk karya tulis ilmiah jenis makalah ilmiah dan
artikel ilmiah, penyusunan setiap bagian itu dirinci lagi dalam bentuk anak
judul atau subjudul. Untuk proposal penelitian, laporan penelitian,
skripsi/tesis/disertasi, dan buku ilmiah, penyusunan setiap bagian itu dirinci
dalam bentuk bab-bab, dan setiap bab dirinci lagi dalam bentuk anak baba tau
subbab, setiap anak bab bisa dirinci lagi.
Bagian pendahuluan berisi hal-hal
yang memberikan gambaran awal tentang suatu pokok/tema yang dibahas dalam
tulisan itu, misalnya latar belakang penulisan, tujuan penulisan, pokok-pokok
pikiran atau gagasan yang akan dibahas. Bagian inti berisi uraian mendalam dan
panjang-lebar tentang pokok-pokok pikiran atau gagasan yang merupakan inti
karya tersebut. Bagian inilah yang merupakan isi/inti karya tulis ilmiah.
Sedangkan bagian penutupan berisi hal-hal yang merupakan kesimpulan, penekanan,
rekomendasi, dan usul saran tindak lanjut dari penulis terhadap persoalan yang
dibahas. Diakhiri dengan daftar pustaka atau bibliografi.
Dalam jurnal ilmiah biasanya pada
bagian akhir jurnal dicantumkan pedoman penulisan artikel ilmiah agar para
penulis atau calon penulis jurnal dapat menyusun artikelnya sesuai dengan
pedoman penulisan yang ditetapkan. Dalam pelaksanaannya, setiap jurnal ilmiah
secara ketat dan konsisten memberlakukan pedoman penulisan tersebut sebagai standar
dalam mengambil keputusan, apakah sebuah karya tulis (artikel) yang diterima
layak dimuat atau ditolak.
Ketiga, Menggunakan Kutipan Pendapat
Ahli
Ciri ketiga karya tulis ilmiah
terletak pada penggunaan kutipan. Kutipan adalah pengambilan pendapat para ahli
(pakar) yang memiliki otoritas dalam biangnya untuk memperkuat pendapat
penulis. Untuk itu penulis harus mencantumkan kutipan pendapat ahli itu secara
jelas dan eksplisit. Kalau pendapat ahli itu diperoleh lewat bahan pustaka,
misalnya buku-buku, majalah, surat kabar, harus disebutkan data publikasinya,
yakni apa nama atau judul bahan pustaka itu, siapa nama penulisnya, apa nama
penerbitnya, tahun berapa terbit, dan pada halaman berapa kutipan itu diambil.
Data publikasi tersebut harus ditempatkan di dalam tanda kurung (bila
diintegrasikan dengan teks karangan) atau ditempatkan dalam catatan kaki. Data
publikasi itu mutlak dicantumkan dalam daftar pustaka yang terdapat pada bagian
akhir karya tulis ilmiah. Penulisan data publikasi itu harus mengikuti teknik
penulisan yang menjadi konvensi karya tulis ilmiah.
Pengutipan pendapat dari para ahli
harus disertai dengan sumber pengambilannya, misalnya melalui wawancara
lisan/tertulis, diambil dari buku, majalah, surat kabar, atau bahan pustaka
yang lain. Kalau diperoleh lewat wawancara, kapan dan di mana wawancara itu
dilakukan. Kalau berasal dari buku, majalah, dan surat kabar, siapa penulisnya,
apa judul buku, majalah, dan surat kabar itu, tahun berapa diterbitkan, apa
nama penerbitnya, dan halaman berapa kutipan itu diambil. Menurut Ida Bagus
Mantra sebagaimana dikutip The Liang Gie (1992: 91), konvensi di dalam dunia
ilmiah mengharuskan orang untuk menyebutkan dengan jelas sumber data dan
pendapat yang digunakan dalam tulisan itu. Dengan jujur dan tegas harus
dikemukakan dan dibedakan mana pendapat penulis sendiri dan mana pendapat orang
lain. Semua data publikasi kutipan itu tercantum sebagai bentuk
pertanggungjawaban ilmiah seorang penulis.
Artikel-artikel ilmiah yang dimuat
dalam majalah bulanan Prisma dan Basis, misalnya, sistematika dan
organisasi artikel ilmiah terlihat jelas pada subjudul-subjudul artikel yang
dipakai penulis, yang menunjukkan bagian pendahuluan, bagian inti, dan bagian
penutupan. Juga dijumpai banyak kutipan pendapat para ahli, catatan kaki (atau
catatan akhir), dan daftar pustaka. Itulah salah satu ciri karya tulis ilmiah,
menggunakan kutipan pendapat ahli.
Keempat, Menggunakan Fakta dan Data
Ciri keempat karya tulis ilmiah
terletak pada penggunaan fakta dan data. Yang dimaksudkan dengan fakta dalam
konteks ini adalah segala sesuatu yang benar-benar ada dan terjadi, sedangkan
data adalah bukti nyata tentang adanya fakta (bdk. Brotowijoyo, 1985, Sehandi,
2011). Fakta dan data diperlukan dalam penulisan karya ilmiah guna menunjang
atau memperkuat kebenaran pernyataan, pendapat, pendirian, sikap, dan
argumentasi dikemukakan penulis.
Paul W. Jones yang dikutip Brotowijoyo
(1985: 3) membagi fakta dan data menjadi dua jenis, yakni fakta dan data
yang bersifat umum (resmi) dan fakta dan data yang bersifat pribadi (fiktif).
Fakta dan data yang bersifat umum (resmi) adalah hal-hal, peristiwa, dan
fenomena yang dapat diuji dan dibuktikan kebenarannya, dan kebenaran itu dapat
diterima akal sehat, karena kebenaran itu bersifat objektif. Fakta dan data
jenis ini diperoleh melalui penelitian, baik penelitian empiris (penelitian
lapangan) maupun penelitian kepustakaan (penelitian normatif), pemikiran yang
serius sebelumnya, disertai dengan
pengujian yang saksama sesudahnya
(Brotowijoyo, 1985: 5). Sebaliknya, fakta dan data yang bersifat pribadi
atau fiktif adalah hal-hal, peristiwa, dan fenomena yang tidak semuanya benar,
hanya seolah-olah ada dan terjadi. Fakta dan data jenis ini hanya ada dalam
pikiran dan perasaan saja dan bersifat subjektif. Karena bersifat subjektif,
maka fakta dan data jenis ini sukar atau sulit untuk diuji atau dibuktikan
kebenarannya.
Dalam karya tulis ilmiah, fakta dan
data yang digunakan adalah fakta dan data yang bersifat umum (resmi). Fakta dan
data ini dapat dibuktikan kebenarannya, diterima akal sehat, dan bersifat
objektif. Oleh karena itu, dalam karya ilmiah dijumpai ada banyak
kutipan-kutipan data dan pendapat atau pernyataan para pakar yang ahli dalam
bidangnya. Para pakar inilah yang memiliki otoritas di bidang keilmuannya
masing-masing. Dalam karya ilmiah juga ditemui deretan angka-angka, kolom,
bagan, dena, tabel, grafik, kurva, peta, dan sebagainya yang berisi data dan
fakta. Semua itu digunakan untuk membuktikan atau memperkuat pernyataan,
pendapat, pendirian, sikap, dan argumentasi penulis. Jadi, menggunakan fakta
dan data dalam tulisan adalah salah satu ciri karya tulis ilmiah.
Kelima, Menggunaan Ragam Bahasa Ilmiah
Ciri kelima karya tulis ilmiah
terletak pada penggunaan ragam bahasa. Kalau diperhatikan, ada dua jenis ragam
bahasa dalam penulisan karangan, yakni ragam bahasa baku (resmi) dan ragam
bahasa tidak baku (tidak resmi). Pembagian secara hitam putih ini sekadar untuk
memudahkan pembedaan. Bahasa beragam baku dicirikan oleh pematuhan
aturan-aturan atau kaidah-kaidah tata bahasa yang telah dibakukan atau
distandarkan. Menurut Ida Bagus Mantra (dalam The Liang Gie, 1992: 91), ciri-ciri
karya ilmiah ditandai dengan penggunaan ragam bahasa ilmiah atau ragam bahasa
resmi yang jelas, tegas, singkat, sederhana, dan teliti.
Unsur-unsur bahasa, seperti ejaan, kata, istilah, frasa, kalimat, ungkapan, dan
lain-lain yang digunakan adalah ragam bahasa ilmiah. Unsur-unsur bahasa yang
digunakan itu bermakna lugas, logis, denotatif, dan efektif.
Bahasa lugas maksudnya, bahasa yang
digunakan itu bermakna seperti apa adanya, tidak berlebih-lebihan. Bahasa lugas
mengandung arti yang logis, yakni mengikuti
aturan cara berpikir yang dapat diterima akal sehat. Bahasa lugas juga bersifat
denotatif, yakni bahasa yang tidak menimbulkan penafsiran ganda atau penafsiran
lain. Sedangkan bahasa efektif adalah
bahasa yang tepat sasaran, sesuai dengan apa yang dimaksudkan penulis. Bahasa
yang digunakan itu dikatakan efektif apabila pemahaman para pembaca sama persis
seperti yang dimaksudkan penulisnya (bdk. Keraf, 1997: 34; Sehandi, 2010: 62).
Dalam karya tulis ilmiah, ragam
bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa baku atau bahasa resmi. Karena
menggunakan ragam bahasa baku yang berciri lugas, logis, denotatif, dan
efektif, menyebabkan bahasa karya ilmiah terasa padat, berat, kaku, dan
monoton. Seorang pembaca yang tidak terlatih dan tidak terbiasa, mudah merasa
bosan, jenuh, dan letih pada waktu membaca karya ilmiah. Seperti itulah ciri
bahasa karya ilmiah.
Artikel-artikel ilmiah yang dimuat
dalam majalah bulanan Prisma dan Basis, misalnya, serta berbagai jurnal
ilmiah yang terbit di berbagai perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian
dan pengkajian, terasa sekali penggunaan bahasa yang padat, berat, kaku, dan
monoton itu. Pembaca yang sudah terbiasa atau terlatih membaca karya ilmiah,
seperti akademisi, ilmuwan, cendekiawan, kaum terpelajar tidak mengalami
kesulitan dalam membaca artikel ilmiah bahkan menikmatinya sebagai sumber
vitamin dan protein ilmu pengetahuan. Memang perlu ada disposisi batin yang
kuat untuk bisa membaca karya-karya
tulis ilmiah.
Seorang ilmuwan kaliber (guru
besar) di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, kelahiran Nusa Tenggara Timur,
Herman Johannes, menaruh perhatian besar dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa keilmuan di Indonesia. Beliau menulis buku berjudul Gaya Bahasa Keilmuan (1979) yang secara khusus membahas ciri-ciri
gaya bahasa keilmuan atau ragam bahasa ilmiah dalam penulisan karya tulis
ilmiah di Indonesia. The Liang Gie dalam buku Pengantar Dunia Karang-Mengarang (1992: 21-22) mengemukakan enam asas penggunaan bahasa yang harus
diperhatikan dalam penulisan karya tulis ilmiah, yakni asas kejelasan (clearness), keringkasan (conciseness), ketepatan (correctness), kepaduan (unity), pertautan (coherence), dan pengharkatan (emphasis).
JENIS-JENIS
KARYA TULIS ILMIAH
The Liang Gie (1992: 27) membagi
karya tulis ilmiah menjadi dua rumpun, yakni rumpun pendidikan dan rumpun
penelitian. Pertama, rumpun
pendidikan, yakni karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan fungsi pendidikan
dalam lembaga pendidikan. Karya tulis ilmiah jenis ini berkaitan erat dengan
fungsi pendidikan dan pengajaran, seperti (1) Berfungsi sebagai prasyarat
kelulusan dalam suatu program studi di perguruan tinggi, (2) Berfungsi sebagai
pedoman dalam proses belajar-mengajar dalam perkuliahan, (3) Berfungsi sebagai
sumber referensi keilmuan atau ilmu pengetahuan. Kedua, rumpun penelitian, yakni karya tulis ilmiah yang berkaitan
dengan fungsi penelitian ilmiah yang menjadi sumber pembinaan dan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karya tulis ilmiah rumpun
pendidikan dibagi lagi menjadi tiga jenis, yakni (1) Karya tulis ilmiah
kesarjanaan yang meliputi makalah ilmiah, artikel ilmiah, proposal penelitian,
laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi, (2) Karya tulis ilmiah
pengajaran (didaktik) yang meliputi bahan kuliah, diktat kuliah, buku ilmu
pengetahuan, buku teks atau buku pelajaran, (3) Karya tulis acuan (referensi)
yang meliputi kamus, ensiklopedi, direktori, dan bibliografi.
Karya tulis ilmiah rumpun
penelitian dibagi lagi menjadi tiga jenis, yakni (1) Karya tulis ilmiah untuk
dipublikasikan lewat majalah ilmiah atau jurnal ilmiah, yang disebut artikel
ilmiah, (2) Karya tulis ilmiah untuk dipresentasikan (dipaparkan) dalam forum
pertemuan resmi, seperti seminar, simposium, diskusi ilmiah, diskusi panel,
pelatihan, lokakarya yang disebut makalah ilmiah, (3) Karya tulis ilmiah
sebagai rancangan penelitian, baik penelitian empiris (lapangan) maupun
penelitian kepustakaan (normatif), yang disebut proposal penelitian dan laporan
penelitian.
Berdasarkan lima ciri khas karya
tulis ilmiah sebagaimana dijelaskan di atas, maka dapat diidentifikasi
jenis-jenis karya tulis ilmiah. Sampai dengan saat ini ada enam jenis karya
tulis yang dapat dikelompokkan sebagai karya tulis ilmiah. Keenam jenis karya
tulis ilmiah itu adalah (1) makalah ilmiah, (2) artikel ilmiah, (3) proposal
penelitian, (4) laporan penelitian, (5)
skripsi/tesis/disertasi, dan (6) buku ilmiah. Bab III sampai Bab VIII berikut
berisi pembahasan tentang keenam karya ilmiah tersebut.
Makalah ilmiah adalah sebuah karya
tulis yang membahas pokok persoalan (tema) tertentu dalam bidang keilmuan
tertentu dan dipresentasikan dalam forum pertemuan resmi yang bersifat ilmiah. Makalah
ilmiah itu berisi ilmu pengetahuan dan dipresentasikan dalam forum resmi yang
bersifat ilmiah, seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, pelatihan,
workshop, dan lain-lain. Pembawa makalah ilmiah adalah orang dinilai pakar atau
menguasai bidang ilmu tertentu dan dianggap bisa memberikan solusi atas
permasalahan yang berkaitan bidang ilmunya.
Artikel ilmiah adalah sebuah karya
tulis yang berisi ilmu pengetahuan yang disusun secara lengkap dan dimuat dalam
majalah ilmiah atau jurnal ilmiah. Ada dua jenis atikel ilmiah berdasarkan
latar belakang hasil penelitiannya, yakni artikel ilmiah hasil penelitian
empiris (penelitian lapangan) dan artikel ilmiah hasil penelitian kepustakaan
(penelitian normatif). Artikel ilmiah hampir sama ciri dan kandungan isinya,
hanya makalah ilmiah dipresentasikan dalam forum pertemuan ilmiah, sedangkan
artikel ilmiah dimuat dalam majalah ilmiah atau jurnal ilmiah.
Proposal penelitian atau usulan
penelitian adalah karya tulis yang berisi rancangan penelitian yang
menggambarkan apa yang hendak diteliti dan bagaimana penelitian itu
dilaksanakan (Sudjana, 1991: 107). Proposal penelitian disusun oleh para peneliti
atau kaum akademisi dari perguruan tinggi, baik perorangan maupun kelompok. Penelitian
yang dilakukan para peneliti atau kaum akademisi ini bertujuan untuk mengkaji
bidang keilmuan tertentu dan untuk memecahkan masalah yang menjadi perhatian
publik. Sumber dana penelitian bisa berasal dari diri-sendiri (bersifat
mandiri) bisa pula berasal dari pemerintah, lembaga penelitian, perguruan
tinggi atau lembaga sponsor, baik dari dalam maupun dari luar negeri
Laporan hasil penelitian adalah
karya tulis yang berisi laporan penelitian yang dilakukan oleh peneliti atau
akademisi sebagai hasil tindak lanjut proposal penelitian yang dilakukan
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengkaji suatu
permasalahan untuk pengembangan bidang keilmuan tertentu atau untuk memecahka
masalah atau persoalan yang dihadapi. Sumber dana penelitian bisa disiapkan
sendiri oleh peneliti (bersifat mandiri) bisa pula berasal dari pemerintah,
lembaga penelitian, perguruan tinggi atau lembaga sponsor.
Skripsi adalah sebuah karya tulis
yang disusun mahasiswa sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
(S-1) di perguruan tinggi. Di samping skripsi, di perguruan tinggi juga dikenal
karya tulis ilmiah jenis tesis dan disertasi. Tesisi adalah karya tulis ilmiah
yang disusun mahasiswa sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Magister
(S-2). Sedangkan disertasi adalah karya tulis ilmiah yang disusun mahasiswa
sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Doktor (S-3). Ketiga jenis karya
tulis ilmiah ini pada dasarnya memiliki kesamaan terutama proses dan tahapan
penelitian dan penulisannya, yang berbeda adalah bobot kandungan keilmuannya.
Buku ilmiah adalah karya tulis yang
berisi atau membahas suatu bidang ilmu dan teknologi. Bidang ilmu dan teknologi
itu bermacam-macam, sesuai dengan rumpun bidang ilmu yang dikenal masyarakat
luas, seperti bidang ilmu sosial, bidang
ilmu eksaskta, bidang humaniora, bidang ilmu teknologi, bidang ilmu keagamaan,
dan lain-lain. Disebut buku ilmiah menunjukkan arti secara ilmu pengetahuan
atau memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan itu sendiri
diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem sesuai dengan metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala tertentu dalam bidang tersebut (KBBI, 2001: 423).
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil kajian pendapat para ahli ditambah dengan pengalaman mengkaji ciri-ciri
karya tulis yang dikenal masyarakat luas, maka dapat dirumuskan lima ciri khas
atau kriteria untuk digolongkan sebagai
karya tulis ilmiah. Kelima ciri karya tulis ilmiah itu adalah (1) Karya tulis
itu membahas bidang ilmu tertentu, (2) Karya tulis itu menggunakan sistematika
penulisan yang standar, (3) Karya tulis itu menggunakan kutipan pendapat ahli,
(4) Karya tulis itu menggunakan fakta dan data, dan (5) Karya tulis itu
menggunakan ragam bahasa ilmiah.
Berdasarkan lima
ciri khas karya tulis ilmiah yang ada, maka dapat diidentifikasi jenis-jenis
karya tulis ilmiah. Sampai dengan saat ini ada enam jenis karya tulis yang
dapat digolongkan sebagai karya tulis ilmiah, yakni (1) makalah ilmiah, (2)
artikel ilmiah, (3) proposal penelitian, (4) laporan hasil penelitian, (5)
skripsi/tesis/disertasi, dan (6) buku ilmiah.
DAFTAR
PUSTAKA
Brotowidjoyo, Mukayat D. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta:
Akademika Pressindo.
Eneste, Pamusuk. 2005. Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Edisi
II. Jakarta: Gramedia.
Gie, The Liang. 1992. Pengantar Dunia Karang-Mengarang.
Yogyakarta: Liberty.
Keraf, A. Sony dan Mikhael Dua.
2005. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan
Filosofis. Cetakan ke-6.
Yogyakarta: Kanisius.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi. Cetakan ke-11. Ende, Flores:
Nusa Indah.
Marahimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka
Jaya.
Nurhadi. 2009a. Teknik Membaca. Malang: A3 (Asih Asah
Asuh).
Nurhadi. 2009b. Dasar-Dasar Teori Membaca. Surabaya: JP
Books.
Nurhadi. 2012. Buku Ajar Menulis 20 Ragam Tulisan. Malang: Jurusan Sastra
Indonesia dan Daerah, Fakultas
Sastra, Universitas Negeri Malang.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI). Edisi III,
Cetakan ke-1. Jakarta: Balai Pustaka.
Sehandi, Yohanes. 2010. Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian. Kupang:
Gita Kasih.
Sehandi, Yohanes. 2011. “Ciri-Ciri
Artikel Ilmiah” dalam Jurnal Nusa Cendana,
Nomor 2, Volume XII, Oktober
2011.
Sehandi, Yohanes. 2014. Bahasa Indonesia dalam Penulisan di
Perguruan Tinggi. Edisi Revisi.
Cetakan ke-2. Salatiga. Widya Sari.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji.
2003. Penelitian Hukum Normatif.
Cetakan ke-6. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Soeseno, Slamet. 1993. Teknik Penulisan Ilmiah Populer.
Jakarta: Gramedia.
Sudjana, Nana. 1991. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah.
Cetakan ke-2. Bandung: Sinar Baru.
Suriasumantri, Jujun S. 1990. Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan.
Tarigan, Henry Guntur Tarigan.
1984. Membaca Ekspresif. Bandung:
Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
(Telah
dimuat dalam Jurnal Literasi, terbitan Universitas Flores, Ende, pada edisi Nomor 3, Tahun I,
November 2016).
Post a Comment for "Ciri-Ciri dan Jenis-Jenis Karya Tulis Ilmiah"