Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perempuan NTT di Panggung Sastra

Perempuan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berkiprah di panggung sastra, belumlah banyak, masih bisa dihitung dengan jari. Kehadiran mereka pun belum lama, baru dalam 25 tahun terakhir, terhitung sejak tahun 1980.

Berbeda dengan kaum pria. Kaum pria NTT muncul dalam panggung sastra Indonesia sejak tahun 1961, dirintis Gerson Poyk. Cerpen pertama Gerson berjudul “Mutiara di Tengah Sawah” dimuat dalam majalah Sastra (edisi Tahun I, Nomor 6, Oktober 1961). Majalah Sastra adalah majalah bulanan yang dipimpin kritikus sastra kaliber, H. B. Jassin.

Dalam penelusuran saya, perempuan NTT pertama yang berkiprah di panggung sastra adalah Maria Matildis Banda. Dia mulai menulis karya sastra di berbagai surat kabar dan majalah sejak tahun 1980 sewaktu menjadi mahasiswa di Universitas Udayana Denpasar. Setelah Banda merintisnya, muncul nama-nama perempuan NTT lain yang mewarnai panggung sastra NTT sampai kini. Mereka adalah Fanny J. Poyk, Suster Wilda, CIJ, Mezra E. Pellondou, Tuteh Pharmantara, Santisima Gama, dan Erlyn Lasar.

Pada waktu saya menyusun buku Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT (2012) yang diterbitkan Penerbit Universitas Sanata Dharma, Yogyakata, baru dua sastrawan perempuan NTT yang saya temukan, yakni Maria Matildis Banda dan Mezra E. Pellondou, dari 22 sastrawan NTT yang diperkenalkan dalam buku pertama tersebut.

Pada awal tahun 2015 ini, saya menyusun buku kedua dengan judul Sastra Indonesia Warna Daerah NTT, kini dalam proses akhir penerbitannya oleh Penerbit Universitas Sanata Dharma. Dalam buku kedua ini, diperkenalkan tujuh sastrawan perempuan NTT, dari 44 sastrawan NTT yang diperkenalkan. Jadi, jumlah perempuan NTT yang berkiprah di panggung sastra, sampai dengan April 2015 ini, berjumlah tujuh orang. Berikut ini saya perkenalkan secara berurutan berdasarkan usia mereka.

Maria Matildis Banda 

Lahir pada 29 Januari 1960 di Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT).  Lulus SMAK Syuradikara Ende, Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar, dan Fakultas Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung. Mengabdi sebagai dosen pada Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar. Pernah menjadi dosen di Undana Kupang, Universitas Flores, Ende, dan di STFK Ledalero, Maumere.

Maria Matildis Banda adalah sosok sastrawan ulet, produktif, dan napas panjang. “Parodi Situasi” adalah kolom pribadinya pada harian Pos Kupang edisi Minggu yang kini berusia belasan tahun. Parodi situasi adalah rekaman kondisi sosial masyarakat NTT di mata batin seorang sastrawan yang berpena tajam. Diisinya setiap minggu dengan gaya khas dan memikat. Hanya sayang, mungkin karena kesibukan meraih gelar doktor, setelah tahun 2005, Banda tidak lagi menerbitkan karya sastra, terutama dalam bentuk buku.

Sebagian besar karyanya berupa novel atau cerita bersambung (cerbung) di media massa yang kemudian diterbitkan menjadi novel. Novel-novelnya yang telah diterbitkan, antara lain (1) Pada Taman Bahagia (Grasindo, Jakarta, 2001); (2) Liontin Sakura Patah (Grasindo, Jakarta, 2001); (3) Bugenvil di Tengah Karang (Grasindo, Jakarta, 2001); (4) Rabies (Care Internasional, 2002/2003); dan (5) Surat-Surat dari Dili (Nusa Indah, Ende, 2005). Beberapa novelnya yang dalam proses penyusunan adalah (1) Kembang Karang, (2) Tanah Terjanji (kelanjutan Surat-Surat dari Dili), (3) My President, (4) Suara-Suara dari Samudera (latar belakang penangkapan ikan paus di Lamalera, Lembata).

Selain menulis novel, Banda juga menulis cerpen dan puisi. Cerpen yang terkenal adalah “Tabut Perjanjian” (majalah sastra Horison), “Pulang” (juara I prosa Bali Post, 1981), “Rebung Gading” (juara I, Nusa Tenggara, 1995). Cerpen-cerpennya yang diterbitkan harian Bali Post, antara lain: Tiga Ekor Domba, Jangan Pulang Jendral, Tanda Mata dari Sutan, Mata Air dari Surga, Mahligai, Doa di dalam Lemari. Puisinya yang terkenal berjudul “Surat untuk Mgr. Carlos Filipe Ximenes Belo,” berjumlah 20 surat.  

Menulis beberapa buku dan hasil penelitian bersama orang lain, antara lain (1) Membangun Komunitas Pelayanan (2002); (2) Kenangan 75 Tahun Paroki Kristus Raja Katedral Ende: Telusur Lorong-Lorong Doa (2003); (3) Kenangan 50 Tahun Biara Karmel Bajawa (2003); (4) Kenangan 50 Tahun SMAK Syuradikara: Pahlawan Utama dalam Cakrawala Menjadi (2003); (5) Sejarah Kota Ende (2004), dan (6) Khazanah Budaya Lokal Kabupaten Ende (2004). Bukunya Aksara Lota Ende diterbitkan Penerbit Lontar, Jakarta (2005).

Fanny J. Poyk

    
Lahir pada 18 November 1960 di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Anak sulung Gerson Poyk, perintis sastra NTT. Menghabiskan masa kecilnya di Denpasar. Pendidikan terakhir sebagai Sarjana Jurusan Jurnalistik pada Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta.

Senang menulis sejak kecil mengikuti jejak sang ayah. Menulis di sejumlah media cetak nasional, seperti Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Bali Post, Jurnal Nasional, Tribun Jabar, Suara Karya, Surabaya Post, Majalah Kartini, Sarinah, dan Famili. Tulisannya berupa puisi, cerita pendek, cerita bersambung, laporan jurnalistik, biografi, novel, dan novelet.

Seringkali memenangkan berbagai lomba bidang penulisan cerpen, laporan jurnalistik, esai atau artikel opini. Memberi  pelatihan penulisan cerpen, puisi, jurnalistik, novelete, dan novel. Anggota Wanita Penulis Indonesia (WPI) membidangi kepenulisan dan pendidikan.  Pengasuh dalam grup “Cerpenku Cerpenmu” di Facebook dengan anggota lebih 14.000 orang.

Bekerja sebagai wartawati di tabloid Fantasi dengan jabatan terakhir sebagai Redaktur Peliputan 1990-2004. Sebagai konsultan media di Kemendikbud RI untuk bidang peliputan dan majalah di lingkungan SLTA dan kegiatan kesiswaan lainnya 2005-2014.  Sebagai Pemimpin Redaksi Orchid Magazine 2007-2008, sebagai Pemimpin Redaksi majalah Comodo Courier (Insight Magazine) dari 2009 hingga sekarang.

Karyanya yang sudah terbit adalah (1) Suamiku Dirampok Orang (cerpen, Teras Budaya, Jakarta, 2011); (2) Luka Batin yang Tersisa (novel, Q Publisher, Jakarta, 2013); (3) Pelangi di Langit Bali (novel); (4) Empat Sekawan dan Cinta (novel biografi tentang pengusaha Ciputra); (5) Istri Orang-Orang Seberang (novel motivasi); (6) Anakku Pecandu (novel motivasi); (7) Cleo, Kemarilah (novel); (8) Biografi Glen Kaunang; (9) Maya Rumantir (buku biografi).

Suster Wilda, CIJ  

Lahir pada 3 September 1967 di Rende, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Nama lengkapnya Imelda Oliva Wisang, seorang Suster dari Kongregasi CIJ yang berpusat di Ende. Tamat SD di Rende (1979), SMPK Rosa Mistika Waerana (1982), SPGK Santu Aloysius Ruteng (1986). Menyelesaikan Sarjana bidang Pendidikan Bahasa Indonesia di IKIP PGRI Malang (1995-1998), dan Magister bidang Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Negeri Malang (2006-2008).

Pernah bekerja pada Flores Media Group, yakni di SKM Dian, majalah anak-anak Kunang-Kunang, dan harian Flores Pos. Redaktur Pelaksana majalah anak-anak Kunang-Kunang (2001-2006). Mengajar di SMP-SMA Seminari St. Yohanes Berkhmans Mataloko, Ngada (2003-2006). Sejak 2009 menjadi dosen tetap pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI), Universitas Flores Ende sampai kini. Bergiat dalam Komunitas Puisi JeLaTa (KPJ) Universitas Flores.

Telah menerbitkan tiga buku kumpulan puisi, yakni (1) Matahari untuk Nusa Bunga (puisi anak, Dioma, Malang, 2005); (2) Serumpun Madah di Pintu Janji (Karmelindo, Malang, 2007); dan (3) Mengalirlah Sunyi (Nusa Indah, Ende, 2013).

Karyanya yang lain berupa buku, antara lain (1) Memahami Puisi, dari Apresiasi Menuju Kajian (buku kuliah, Ombak, Yogyakarta, 2014); (2) Tuhan Aku Mau Sembuh (buku rohani, Nusa Indah, Ende, 2012); (3) Tiga Seri Cerita Anak terdiri atas (a) Berkorban, Siapa Takut?, (b) Si Kembar, (c) Serigala yang Malang (Dioma, Malang, 2005); (4) Dua Seri Cerita Anak terdiri atas (a) 100 Detik di Celah Maut, (b) Misteri Selendang Biru (Fidei Press, Jakarta, 2008).

Menjadi editor untuk buku (1) Pesona Indonesiaku: Antologi Puisi Anak Sekolah Dasar Kota Ende (Nusa Indah, Ende, 2013), dan (2) Wajah Indonesiaku: Antologi Cerpen Siswa SMA Flores Lembata (Nusa Indah, Ende, 2014).

Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi Senja di Kota Kupang (Kantor Bahasa NTT, Kupang, 2013) dan antologi Kematian Sasando (Kantor Bahasa NTT, Kupang, 2013). Menulis artikel untuk buku kapita selekta pemikiran pendidikan Membentuk Watak Humanis (Collegium Doctorum Universitas Flores, 2012), dan beberapa opini pada Antologi Opini Suara Uniflor 2012-2013 (Lembaga Publikasi Universitas Flores, 2014)                            

Mezra E. Pellondou

Lahir pada 21 Oktober 1969 di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Meraih gelar sarjana dan magister pendidikan bidang linguistik di Undana Kupang. Bekerja sebagai guru di SMA Negeri 1 Kupang, di samping dosen sastra dan jurnalistik pada Universitas PGRI Kupang. Pernah menjadi wartawan harian Pos Kupang (Kupang), Nusa Tenggara (Denpasar), dan tabloid Marturia.

Karya-karyanya tersebar di berbagai surat kabar dan majalah, antara lain Pos Kupang, Timor Express, Flores Pos, Nusa Tenggara, Femina, Bahana, dan Jurnal Cerpen Indonesia. Sejumlah puisi, cerpen, drama, novel, dan laporan karya jurnalistiknya memperoleh sejumlah penghargaan, di antaranya dari Panitia Pesta Kesenian Bali (1995), Depdiknas RI Bagian Peningkatan Perpustakaan Sekolah, dan dari Majalah Femina (Jakarta). Cerpen terbaik tingkat nasional diraihnya berjudul “Maria” (1994) dan cerpen “Manusia Jendela” (2006).

Cerpennya yang masuk dalam buku antologi sastra adalah (1) Cerpen “Ata Djama” dalam antologi Jalan Menikung ke Bukit Tima; (2) Cerpen “Prawayang” dalam antologi Ratusan Mata di Mana-Mana; (3) Cerpen “Maramba” dalam antologi Perayaan Kematian Liu Sie: Sekumpulan Cerita Lokal (2011); (4) Cerpen “Ata Djama’mah” dalam Antologi Cerpen Temu Sastrawan Indonesia 2009. Cerpennya “Manusia-Manusia Jendela” meraih juara pertama Lomba Menulis Cerpen Indonesia bagi Guru Sastra se-lndonesia.  Beberapa puisinya masuk dalam sejumlah buku antologi puisi, yakni (1) Aku Telah Menjadi Beo dan (2) Nyanyian Pulau-Pulau (2010).

Novelnya yang sudah terbit adalah (1) Surga Retak (Kairos, Kupang, 2006); (2) Loge (Frame Publishing, Yogyakarta, 2007); (3) Nama Saya Tawwe Kabotta (Frame Publishing, Yogyakarta, 2008); dan (4) Perempuan dari Lembah Mutis (Frame Publishing, Yogyakarta, 2012). Buku kumpulan puisinya berjudul Kekasih Sunyiku (Inara, Kupang, 2013). Sejumlah puisinya terhimpun dalam Antologi Puisi Guru: Aku Telah Menjadi Beo, Bahasa Langit, Janji, Menghitung Setia, Sebuah Ziarah Pukuafu, Jangan Atas Nama Cinta.

Menerbitkan buku panduan untuk umum dan mahasiswa berjudul Jangan Takut Menulis Naskah Drama (Inara, Kupang, 2013), dan buku Jurnalisme, Jurnal, Jurnalis, dan Pers (Inara, Kupang, 2013). Sedangkan esai/telaah sastranya sudah dibukukan berjudul Ulasan Atas Seratus Puisi Taufiq Ismail ‘Malu Aku Jadi Orang Indonesia’ (Anafora dan Epifora).

Menciptakan karya drama, yakni (1) Sabana dalam Drama (2010), dan (2) Sasando ke Seratus. Menulis naskah film sekaligus menjadi sutradaranya, yakni (1) Manusia Cuma Debu; (2) Laposin; (3) Mimpi Natan.

Tuteh Pharmantara

Tuteh.jpg

Lahir pada 29 Desember 1979 di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sehari-hari bekerja pada UPT Publikasi dan Humas Universitas Flores, Ende, sambil kuliah di Fakultas Hukum Universitas Flores. Memiliki banyak kesibukan di bidang sosial dan media sosial.

Dikenal sebagai seorang blogger, backpacker, x-RadioJockey Radio Gomezone, founder Flobamora Community (Komunitas Blogger NTT), founder J.Art Community (Komunitas Kerajinan Tangan dan Seni), member of Blogfam, member of Flopala, member of HOME (Himpunan Orang Muda Ende), Relawan Pecinta Taman Bung Karno, pendukung Akademi Merdeka Ende.

Tulisan-tulisannya dimuat di sejumlah media online milkinya. Tengah menulis dua novel berkisah roman dan budaya berjudul Triplet dan Belis. Juga menulis buku perjalanan bersama para pelancong perempuan keliling NTT, berjudul Perempuan Bajak Laut dari Timur.

Karyanya seni dalam bentuk buku adalah (1) Indira Fedel (Indie Book Corner, Yogyakarta, 2012; (2) Curhat Donk! (Indie Book Corner, Yogyakarta, 2012; (3) Tiga.3 (Indie Book Corner, Yogyakrta, 2012).

Karya-karya seni lain adalah (1) Video Dokumenter Satu Mug Beras Untuk Rokatenda, memenangkan kompetisi “Linimassa3” yang diselenggarakan Internetsehat Indonesia (2013);  (2) Video Dokumenter Tenun Ikat, Karya Jenius dari Ende ikut dalam kompetisi video dokumenter tentang HaKI oleh Ditjen HKI Kementrian Hukum dan HAM RI (2014); (3) Video Klip Debu di Bawah Matahari oleh Luis Thomas Ire dan Elison Naro (2014); (4) Video Klip Putera-Puteri Matahari oleh Luis Thomas Ire dan 33 Penyanyi Ende (2014); (5) Album Lagu Notes (Noel Fernandez & Tuteh) SideProject Untukmu  (2012).

Karya bersama berupa cerfet (cerita estafet) telah diterbitkan menjadi buku adalah The Messenger (Gramedia, Jakarta, 2006) adalah novel cerita estafet yang dimuat di Forum Blogger Family atau Blogfam, ditulis oleh empat penulis yang berdomisili di kota terpisah: Tuteh di Ende, Uyet di Surabaya, Elsa di Belanda, dan Jaf di Singapura. Oleh Kick Andy Show, novel ini dikategorikan sebagai novel unik dari segi penulisannya karena masing-masing penulis tidak pernah bertemu muka dan tidak pernah tahu seperti apa kelanjutan tongkat-estafet-cerita yang akan mereka terima. Wawancara tentang novel The Messenger ini bersama Andy F. Noya ditayangkan di Metro TV dalam acara Kick Andy Show edisi 20 Desember 2007. Cerita estafet  lain bersama Amril Taufiq Gobel telah diterbitkan jadi buku berjudul Selebritisku, Pulanglah!

Buku antologi bersama adalah (1) Flash! Flash! Flash (Gradien Mediatama, Yogyakarta, 2006, antologi bersama Blogfam, cerita 162 kata); (2) Makan Tuh Cinta! (Gradien Mediatama, Yogyakarta, 2007, antologi bersama Blogfam); (3) Biarkan Aku Mencintaimu dalam Sunyi (Gradien Mediatama, Yogyakarta, 2007, antologi bersama Blogfam); (4) Rambuan Jomblo (Gradien Mediatama, Yogyakarta, 2009, antologi bersama Blogfam); (5) Kriwil Ay Lop Yu (Gradien Mediatama, Yogyakarta, 2009, pemenang Lomba Menulis Kencan Gokil Sok Romantis); (6) Da Bokep Thing In Da Skul (Gradien Mediatama, Yogyakarta, 2009, pemenang Lomba Menulis Kisah Gokil di Sekolah); (7) Aku Cinta Indonesia: Jelajah Eksotisme Negeri (Bentang Pustaka, Yogyakarta, 2011) sebuah kumpulan perjalanan para traveler dalam komunitas “Aku Cinta Indonesia” besutan Detik.com.

Santisima Gama

Lahir pada 11 Juni 1982 di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Menyelesaikan kuliah pada Fakultas Psikologi Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere, Flores. Pada saat ini menjadi dosen di FKIP Unipa Maumere.

Santisima pernah menjadi guru TK selama empat tahun di Maumere. Baginya, menulis puisi merupakan sebuah panggilan jiwa, membaca puisi adalah bentuk ketertarikannya pada dunia sastra. Berusaha membukukan puisi-puisinya karena ingin berbagi rasa dengan sesama yang terluka hatinya oleh nasib yang kurang menguntungkan.

Selain menulis puisi, Santi juga menulis artikel tentang perempuan dan anak-anak yang dimuat sejumlah surat kabar dan majalah tingkat lokal dan regional. Pernah meraih juara 1 lomba penulisan opini antara mahasiswa se-Kota Maumere dalam rangka memperingati Hari Komunikasi Sedunia tahun 2010. Pada bulan April 2011 meluncurkan buku Kutunjuk Binangku (2011) di kampusnya. Buku itu mengupas tentang peran dan jasa-jasa para guru di Pulau Flores.

Telah menerbitkan buku kumpulan puisi berjudul Virgin, di Manakah Perawanmu? (Karmelindo, Malang, 2012). Karya lainnya berupa novel sedang dalam proses penyusunan dengan rencana judul Merenda Mimpi di Tengah Derita. Santi juga menulis buku Perempuan Tangguh (biografi Lucia Adinda Lebu Raya), ditulis dalam gaya sastra.

Erlyn Lasar

   

Lahir pada 19 Maret 1994 di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Anak pertama dari pasangan Yos Lasar dan Oncu de Rosari. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di dua tempat, SDK 143 Bhaktiyarsa Maumere dan SD Bopkri Demangan III Yogyakarta pada tahun 2006. Pendidikan menengah diselesaikan di SMP Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Menamatkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Maumere, Flores. Pada saat ini sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris,  Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sejak kecil gemar membaca, terutama karya-karya fiksi, sejarah, dan biografi. Di samping membaca, juga gemar menulis, bermain piano dan biola. Kelompok musik  kegemarannya adalah Westlife dan Celtic Women. Mengagumi penulis J. K. Rowling dan Andrea Hirata. Pada tahun 2004 pernah menjadi delegasi Konferensi Anak yang diselenggarakan Majalah Bobo terbitan Jakarta, dan beberapa prestasi lainnya di bidang penulisan cerpen tingkat lokal dan regional.

Pada waktu menjadi pelajar SMA Negri 1 Maumere (tahun 2011) menebitkan buku kumpulan cerita pendek berjudul Sabtu Kelabu (Mosalaki Librica, Jakarta, 2011) diberi Kata Pengantar oleh Pater Dr. Paul Budi Kleden, SVD, Dosen Teologi pada STFK Ledalero, Maumere. Kumpulan cerpen Sabtu Kelabu (2011) mendapat pujian dari banyak pihak. *


Oleh Yohanes Sehandi
Pengamat Sastra dari Universitas Flores, Ende

(Telah dimuat tabloid Berita SMK, terbitan SMK Kabupaten Ende, edisi Januari 2016)

Post a Comment for "Perempuan NTT di Panggung Sastra"