Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sastra NTT dalam Kajian Mahasiswa

Geliat kehidupan sastra NTT semakin menunjukkan jatidirinya beberapa tahun terakhir ini. Dalam catatan saya, awal mula kebangkitan sastra NTT terhitung tahun 2011 dengan indikator, maraknya penerbitan buku sastra, meningkatnya jumlah artikel opini sastra di media massa, dan meningkatnya mutu cerpen dan puisi dimuat harian Pos Kupang edisi hari Minggu.

Kebangkitan sastra NTT terus berlanjut pada tahun 2012 dan 2013. Pada tahun 2013 jatidiri sastra NTT (juga jatidiri sastrawan NTT) terbentuk dan terkonsolidasi. Terkonsolidasinya sastra dan sastrawan NTT ini berkat terobosan besar Kantor Bahasa NTT (instansi vertikal Pusat Bahasa, Kemendikbud) pimpinan M. Luthfi Baihaqi.

Pada 30-31 Oktober 2013 Kantor Bahasa NTT menyelenggarakan hajatan besar yang bermartabat dengan nama Temu 1 Sastrawan NTT. Lebih dari 40 sastrawan NTT mengikuti pertemuan. Inilah untuk pertama kalinya sebagian sastrawan NTT bertemu, berdiskusi, membagi pengalaman, saling meneguhkan, dan menyatukan tekad bersama membangun sastra NTT ke depan yang lebih baik. 

Empat judul buku antologi sastra karya para sastrawan NTT peserta pertemuan (termasuk sastra anak perbatasan) diluncurkan. Ada kesepakatan dan rekomendasi yang dihasilkan, termasuk kesepakatan untuk menyelenggarakan temu sastrawan NTT secara berkala sekali dalam dua tahun, dan tahun 2015 berlangsung di Ende untuk Temu 2 Sastrawan NTT, dengan penyelenggara Kantor Bahasa NTT.

Kehidupan sastra NTT yang terus semarak dan memukau dapat juga terlihat dalam kegiatan sejumlah komunitas sastra di NTT. Dapat disebutkan, di antaranya komunitas sastra Dusun Flobamora, Rumah Poetika, komunitas Filokalia Santu Mikhael, Laskar Sastra, Uma Kreatif Inspirasi Mezra, Amsal Putih, Teater Engkel Universitas PGRI, komunitas Sandal Jepit di Ledalero, komunitas Timur Matahari di Adonara, dan komunitas Sastra Rakyat Ende (Komunitas Sare) di Ende. Forum Academia NTT (FAN) dan Komunitas Blogger Flobamora juga memberikan kontribusi besar dalam memajukan sastra NTT.

Dalam beberapa tahun terakhir ini sastra NTT memasuki kampus-kampus  perguruan tinggi (PT) di NTT, antara lain di Undana, Universitas PGRI, Unika Widya Mandira, Unkris Artha Wacara, Seminari Tinggi Santu Mikhael, STFK Ledalero, dan Universitas Flores (Uniflor). Hal ini kita tahu lewat publikasi sejumlah media massa.             

Lewat tulisan ini saya mau mengangkat semaraknya apresiasi sastra NTT yang dilakukan para mahasiswa Uniflor di Ende, dalam hal ini mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Uniflor. Kegiatan sastra NTT di  Uniflor awalnya termotivasi dengan terbitnya buku saya yang berjudul Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT pada tahun 2012 yang banyak dibaca di kalangan mahasiswa Uniflor. Saya bersyukur, pada tahun 2014 ini buku ini menjadi salah satu pemenang hadiah buku insentif untuk dosen yang diberikan Ditjen Dikti Kemendikbud RI melalui SK Nomor 1982/E5.4/HP/2014, tertanggal 23 Juni 2014.

Ada dua mata kuliah yang memicu daya tarik mahasiswa Uniflor mengapresiasi karya sastra NTT, yakni mata kuliah (1) Kajian dan Apresiasi Prosa, (2) Kajian dan Apresiasi Puisi. Dua mata kuliah ini diasuh oleh dosen yang juga sastrawan NTT, yakni penyair Wilda (Suster Wilda, CIJ, nama lengkapnya Imelda Oliva Wisang, S.Pd, M.Pd). Penyair Wilda telah menerbitkan tiga judul buku puisi, juga menjadi peserta Temu 1 Sastrawan NTT di Kupang 30-31 Oktober 2013. Penyair Wilda menganjurkan para mahasiswa untuk mengkaji secara karya para sastrawan NTT, baik berupa prosa (novel dan cerita pendek) maupun puisi.

Kajian terhadap karya sastra NTT ini dilaksanakan mahasiswa dalam bentuk kegiatan Bedah dan Diskusi Sastra dengan mendatangi sejumlah SMP dan SMA/SMK di Kota Ende dan sekitarnya sebagai mitra. Terkadang mereka lakukan di kampus Uniflor dengan mengundang mahasiswa dari program studi lain. Para mahasiswa melaksanakan kajian dan apresiasi sastra NTT ini dengan penuh antusias. Mereka juga membuat variasi, antara lain dengan musikalisasi puisi, deklamasi, dan bermain watak tokoh yang ada dalam sastra.

Antusiasme para mahasiswa cukup tinggi karena mereka dengan mudah menghayati dan mengidentifikasi dirinya dengan watak para tokoh dan permasalahan yang ditemukan dalam karya sastra NTT, karena latar tempat kejadian di daerah-daerah tertentu di NTT, nama-nama tokoh juga khas nama NTT, permasalahan (tema) yang diangkat juga dialami sendiri oleh para mahasiswa.

Hasil kajian sastra NTT ini mereka publikasikan lewat harian Flores Pos yang terbit di Ende dan menjadi mitra kerja sama dengan Program Studi PBSI Uniflor. Kebetulan pula Pemimpin Umum (John Dami Mukese) dan Pemimpin Redaksi Flores Pos (Steph Tupeng Witin) adalah sastrawan NTT. 

Dalam catatan saya, sejak tahun 2012 sampai 2014 ini, sudah 28 buku sastra NTT yang telah dibedah dan dikaji oleh para mahasiswa Uniflor, dengan rincian 17 judul buku novel, 11 judul buku kumpulan puisi.   

Ke-17 buku novel sastra NTT itu adalah (1) Cumbuan Sabana (Gerson Poyk, 1979), (2) Surat-Surat dari Dili (Maria Matildis Banda, 2005), (3) Enu Molas di Lembah Lingko (Gerson Poyk, 2005), (4) Petra Southern Meteor (Yoss Gerard Lema, 2006), (5) Surga Retak (Mezra E. Pellondou, 2007), (6) Loge (Mezra E. Pellondou, 2008), (7) Nama Saya Tawwe Kabota (Mezra E. Pellondou, 2008), (8) Sang Sutradara dan Wartawati Burung (Gerson Poyk, 2009), (9) Meredam Dendam (Gerson Poyk, 2009), (10) Atma Putih Cinta Lamahala Kupang (Pion Ratulloly, 2010), (11) Perempuan Itu Bermata Saga (Agust Dapa Loka, 2011), (12) Badut Malaka (Robert Fahik, 2011), (13) Cinta Terakhir (V. Jeskial Boekan, 2011), (14) Loe Betawi Aku Manggarai (V. Jeskial Boekan, 2011), (15) Perempuan dari Lembah Mutis (Mezra E. Pellondou, 2012), (16) Dua Malam Bersama Lucifer (Buang Sine, 2012), (17) Likurai untuk Sang Mempelai (Robert Fahik, 2013).

Ke-11 buku kumpulan puisi sastra NTT adalah (1) Doa-Doa Semesta (John Dami Mukese, 1983), (2) Puisi-Puisi Jelata (John Dami Mukese,  1991), (3) Matahari untuk Nusa Bunga (Wilda, CIJ, 2005), (4) Serumpun Madah di Pintu Janji (Wilda, CIJ, 2007), (5) Riwayat Negeri Debu (Jefta H. Atapeni, 2011), (6) Cerah Hati (Christian Dicky Senda, 2011), (7) Ketika Cinta Terbantai Sepi (Usman D. Ganggang, 2011), (8) Poetae Verba (Mario F. Lawi, 2011), (9) Nyanyian Pesisir (Marsel Robot, 2012), (10) Mengalirlah Sunyi (Wilda, CIJ, 2013), (11) Samudra Cinta Ikan Paus (Bara Pattyradja, 2013). *  

Oleh Yohanes Sehandi 
Pengamat Sastra NTT dari Universitas Flores, Ende 

(Telah dimuat harian Pos Kupang (Kupang) pada Jumat, 7 November 2014).



Post a Comment for "Sastra NTT dalam Kajian Mahasiswa"