Buku Sastra Indonesia di NTT dalam Kritik dan Esai
Penulis: Yohanes Sehandi
Pengantar: Maman S. Mahayana
Genre: Kritik Sastra
Penerbit: Ombak, Yogyakarta
Cetakan 1: 2017
Tebal: xvi + 196 halaman
ISBN: 978-602-258-467-4
Harga Buku Cetak: Rp 75.000
(+ Ongkos Kirim)
Harga Buku PDF: Rp 25.000
(Buku Dikirim Lewat WA)
Berminat Hubungi WA: 081 339 004 021
Rekening: BNI Nomor 0496601959
Pengantar Penulis
Membaca judul buku ini pikiran para pembaca
bisa jadi teringat pada buku kumpulan kritik dan esai karya kritikus sastra
legendaris Indonesia H.B. Jassin berjudul Kesusasteraan
Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei, Jilid I-IV (Jakarta: Gunung Agung,
1954, 1955, 1962, 1967). Saya akui bahwa betul buku ini disusun karena
terinspirasi oleh buku berseri karya H.B. Jassin tersebut. Hanya saja,
jangkauan dan bobot isi buku karya Paus Sastra Indonesia itu berbeda jauh
seperti langit dan bumi dengan jangkauan dan bobot isi buku ini.
Kritikus sastra legendaris Indonesia H.B. Jassin menyelisik sastra Indonesia secara menyeluruh dan komprehensif dalam bentuk kritik dan esai. Buku ini hanyalah menyelisik wilayah kecil dari sastra Indonesia, yakni sastra Indonesia yang bertumbuh dan berkembang di Provinis Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dalam buku ini disebut sebagai sastra NTT. Sastra NTT adalah bagian kecil dari sastra nasional Indonesia. Sastra NTT adalah salah satu warga sastra Indonesia, anak kandung sastra nasional Indonesia. Tanpa sastra NTT tentu saja tidak lengkap dan tidak utuhlah sastra nasional Indonesia yang kita bangga-banggakan bersama.
Di samping terinspirasi oleh buku berseri kritikus sastra legendaris Indonesia H.B. Jassin, buku ini juga disusun karena dorongan dan tuntutan memberi bobot khusus pada mata kuliah Menulis Kritik dan Esai yang saya asuh di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Flores (Uniflor) Ende. Sejak tahun 2016 saya dipercayakan Program Studi PBSI Uniflor untuk mengasuh mata kuliah Menulis Kritik dan Esai dengan catatan harus memberi bobot khusus pada mata kuliah ini dengan berbagai buku referensi yang terkait dan mutakhir. Sejak tahun 2016 itulah saya berusaha mencari dan membaca banyak buku referensi guna memberi bobot khusus pada mata kuliah Menulis Kritik dan Esai ini.
Menyusun materi mata kuliah Menulis Kritik dan Esai dengan bahan-bahan yang banyak dan luas tentang sastra nasional Indonesia, tentulah sangat berat bagi saya untuk menjangkaunya. Saya tidak mampu melakukannya karena buku-buku referensi saya tentang sastra Indonesia terbatas. Daripada bernafsu materinya menjangkau sastra nasional Indonesia yang luas dengan resiko tidak menguasainya secara penuh, lebih baik saya memilih materi kuliah terjangkau dan saya kuasai secara mendalam, yakni materi tentang sastra Indonesia yang bertumbuh dan berkembang di Provinsi NTT. Daripada mengkaji sastra Indonesia yang luas dan berat, lebih baik mengkaji sastra Indonesia yang ada di NTT yang saya kuasai dan jangkauannya terbatas.
Di samping materi kulaih yang berkaitan dengan sastra Indonesia di NTT saya kuasai, bagi para mahasiswa peserta mata kuliah Menulis Kritik dan Esai ini juga lebih mudah mencari dan menjangkau karya-karya sastra NTT yang ditulis para sastrawan NTT. Para mahasiswa yang sebagian besar berasal dari Provinsi NTT lebih gampang mencari dan membaca karya-karya para sastrawan NTT dibandingkan dengan mencari dan membaca karya-karya para sastrawan Indonesia yang bukan orang NTT. Tema, latar, gaya pengucapan, karakter dan penokohan dalam karya para sastrawan NTT jauh lebih gampang dipahami dan diterima mahasiswa NTT.
Menyusun materi untuk mata kuliah Menulis Kritik dan Esai tentang sastra Indonesia di Provinsi NTT memberikan rasa percaya diri yang kuat bagi saya sebagai dosen pengasuh mata kuliah ini. Saya sendiri sejak tahun 2010 melakukan penelitian khusus tentang sastra NTT. Hasil penelitian yang bersifat mandiri tanpa bantuan dana dari pihak manapun, saya berhasil menerbitkan dua judul buku, yakni buku pertama berjudul Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT (2012), buku kedua berjudul Sastra Indonesia Warna Daerah NTT (2015). Kedua buku ini diterbitkan oleh Penerbit Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Buku pertama kemudian menjadi salah satu pemenang hadiah buku insentif untuk dosen perguruan tinggi tahun 2014 yang diberikan oleh Ditjen Dikti Kemendikbud RI melalui SK Nomor 1982/E5.4/HP/2014, tertanggal 23 Juni 2014. Sedangkan buku kedua lolos seleksi panitia dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sebagai syarat menjadi peserta Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (Munsi) ke-2 di Jakarta, pada 18-20 Juli 2017 di Hotel Mercure Ancol, Jakarta.
Berdasarkan penjelasan singkat di atas maka disusunlah buku ini sebagai salah satu buku referensi para mahasiswa peserta mata kuliah Menulis Kritik dan Esai. Tentu saja buku ini bisa dikonsumsi masyarakat umum guna mengetahui lebih jauh tentang sastra Indonesia di NTT dan tentang apa dan bagaimana menulis kritik dan esai sastra itu. Untuk merangkai dan menjalin benang merah semua materi yang ada, maka disusunlah sistematika buku ini menjadi tiga bagian utama. Bagian pertama berjudul “Sastra Indonesia di NTT” terdiri atas empat tulisan. Bagian kedua berjudul “Kritik dan Esai Sastra” terdiri atas sembilan tulisan. Bagian ketiga berjudul “Sastra NTT dalam Kritik dan Esai” terdiri atas dua puluh empat tulisan.
Bagian ketiga yang berisi tulisan-tulisan kritik dan esai tentang sastra NTT merupakan bagian yang dominan dan khas buku ini yang tidak ada dalam buku manapun. Sebagian besar merupakan hasil penyempuraan kembali tulisan kritik dan esai saya yang sudah dimuat di berbagai media massa cetak, baik yang terbit di NTT maupun di luar NTT. Kalau kita setuju pendapat kritikus sastra Maman S. Mahayana (2015) bahwa ada dua kecenderungan jenis kritik sastra Indonesia pada saat ini, yakni kritik sastra akademik yang wilayah kekuasaannya di perguruan tinggi dan kritik sastra umum yang wilayah kekuasaannya di media massa, maka semua tulisan pada bagian ketiga ini termasuk kritik sastra umum. Karena ruang di media massa cetak sangat terbatas, maka perbedaan antara tulisan kritik sastra dan esai sastra pada bagian ini menjadi sangat tipis. Itulah sekadar gambaran umum dan latar belakang buku ini ditulis.
Pada kesempatan baik ini saya mengucapkan terima kasih berlimpah kepada kritikus sastra Indonesia Maman S. Mahayana, yang memberikan banyak inspirasi kepada saya tentang hal-hal yang berkaitan dengan kritik dan esai sastra, baik lewat buku-bukunya yang sudah terbit maupun lewat diskusi-diskusi sastra bersama beliau, termasuk diskusi sastra seharian penuh di rumah pribadinya di Bojonggede, Bogor, Jawa Barat, ditemain kopi Flores, selepas mengikuti Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (Munsi) ke-2 di Jakarta pada 18-20 Juli 2017.
Di tengah kesibukannya yang padat sebagai dosen di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) dan sebagai pembicara di berbagai pertemuan bahasa dan sastra Indonesia, beliau masih bisa meluangkan waktu membaca naskah buku ini dan memberikan pengantar yang inspiratif. Bang Maman S. Mahayana bagi saya adalah seorang sahabat yang hangat dan ilmuwan sastra yang rendah hati dan mau berbagi. Pada kesempatan ini juga saya mengucapkan terima kasih kepada Mas Muhammad Nursam Direktur Penerbit Ombak, Yogyakarta, yang bersedia menerbitkan buku ini, yang sebelumnya juga telah menerbitkan buku saya berjudul Mengenal 25 Teori Sastra (2014).
Pada bagian akhir pengantar ini, saya menyatakan rasa syukur dan terima kasih khusus kepada keluarga kecil saya. Pertama, kepada istri yang setia Christiana Sri Murni, kini Dekan Fakultas Hukum Universitas Flores, Ende. Kedua, kepada ketiga putra alih waris (1) Krisantus Sehandi (Santus), alumnus Fakultas Pascasarjana Program Studi Kenotariatan, Universitas Airlangga, Surabaya, kini sedang magang di salah satu Kantor Notaris di Surabaya, (2) Krispinus Sehandi (Ipin), alumnus Fakultas Kedokteran Hewan, Undana, Kupang, kini sedang mengikuti Co-ass di Undana, (3) Krisogonus Sehandi (Gun), mahasiswa Fakultas Sains dan Teknik, Undana, Kupang, kini sedang menyusun skripsi. Mereka berempat adalah gunung es keteduhan, membuat saya tenang membaca, menulis, dan merawat ribuan buku dan kliping milik keluarga.
Ende, Flores, September 2017
Yohanes Sehandi
Daftar
Isi
Pengantar Maman S. Mahayana
Pengantar Penulis
Bagian Pertama, Sastra
Indonesia di NTT
1. Sastra
Indonesia di NTT
2. Sejarah
Sastra Indonesia di NTT
3. Kiprah
dan Karya Sastrawan NTT
4. Perempuan
NTT di Panggung Sastra
Bagian Kedua, Kritik dan Esai
Sastra
1. Kritik
Sastra
2. Kritik
Sastra di Indonesia
3. Tahapan
Menulis Kritik Sastra
4. Contoh
Kritik Sastra Puisi
5. Contoh
Kritik Sastra Antologi Puisi
6. Contoh
Kritik Sastra Antologi Cerpen
7. Contoh
Kritik Sastra Novel
8. Esai
Sastra
9. Contoh
Esai Sastra
Bagian Ketiga, Sastra NTT
dalam Kritik dan Esai
1. Polisi
Sampah: Realitas Fiksi dan Fakta
2. Polisi
Buang Sine dan Cerita Ilmu Hitam
3. Likurai
untuk Sang Mempelai (Novel R. Fahik)
4. Meredam
Dendam Ala Gerson Poyk
5. Dicari,
Seniman Drama dan Film
6. Mengenang
Dami N. Toda: Penyair yang Jadi Kritikus
7. Penyair
NTT dalam Tiga Buku Antologi
8. Nusa
Puisi, Antologi Puisi Penyair NTT 2016
9. Puisi
yang Baik dan yang Buruk
10.
Menafsirkan Makna Sebuah Puisi
11.
Bunda Menangis dengan Rambut pada Debu
12.
Koruptor Ditegur Seekor Ulat
13.
Wanita Muda dan Ular Itu
14.
Selamat Jalan Perintis Sastra NTT
15.
Gerson Poyk, Inspirasi untuk NTT
16.
Taman Budaya Gerson Poyk
17.
Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia
18.
Munsi ke-2 dan Aspirasi Daerah
19.
Kritik Sastra Indonesia Mencari Kambing Hitam
20.
Debat Sastra Berujung Pidana?
21.
Segi Sosiologis Sastra NTT
22.
Menyelematkan Tradisi Lisan Flores
23.
3 Juli, Hari Sastra Indonesia
24.
G 30 S dan Pramoedya Ananta Toer
Daftar Pustaka
Biografi Penulis
Post a Comment for "Buku Sastra Indonesia di NTT dalam Kritik dan Esai"