Inilah Cica, Jurnalis Tempo, yang Dikirimi Kepala Babi
Dalam beberapa hari ini sejak Kamis (20/3/2025) Indonesia dihebohkan dengan berita "kepala babi" yang dikirim ke Kantor Majalah Tempo yang tak diketahui nama pengirimnya.
Nama yang dituju adalah Cica nama panggilan jurnalis Tempo Fransisca Christy Rosana. Di samping jurnalis desk politik Tempo, Cica juga adalah host siniar Bocor Alus Politik, sebuah channel politik yang cukup berani yang dikelola Tempo.
Sebagian besar pengamat pers dan pengamat politik menganggap ini sebagai “teror” kepada para jurnalis Tempo yang dikenal berani dan kritis terhadap Pemerintahan Prabowo dan Pemerintahan Jokowi sebelumnya.
Rezim pemerintahan yang berkuasa menjadi sasaran tembak tuduhan bahwa rezim Prabowolah yang diduga mengirim kepala babi itu.
Menurut hemat saya, tuduhan itu berlebihan. Apa dasarnya rezim yang sekarang berkuasa dituduh? Padahal ada banyak kemungkinan.
Misalnya, kelompok pendukung Pilpres 2024 Nomor 1 (RW 24) dan Nomor 3 (RT 16) yang sampai kini belum move on. Atau kelompok intoleran yang sengaja mengacaukan situasi di bulan suci Ramadhan dengan memilih kepala babi sebagai pokok isu.
Bisa pula perorangan sekadar iseng saja untuk membuat keresahan atau kericuan. Atau bahkan orang Tempo itu sendiri untuk meningkatkan rating Tempo dan Bocor Alus Politik.
Bagi saya, kepala babi itu, bisa sebagai teror, bisa pula sebagai hadiah. Hadiah kepada jurnalis Tempo atau host Bocor Alus Politik yang bukan beragama Islam. Di Bocor Alus Politik, dari empat orang host, hanya satu yang beragama Islam, yakni Hussein (Hussein Abri Dongoran), sedangkan tiga lainnya beragama Katolik, yakni Pram (Stefanus Pramono), Rikang (Raymundus Rikang), dan Cica.
Dalam acara Bocor Alus Politik terbaru yang ditayang beberapa hari lalu, cukup menarik respon tiga orang host Bocor Alus Politik yang tampil, yakni Pram, Hussein, dan Cica. Mereka memang menyesal dengan kiriman kepala babi itu. Tetapi ketiganya merespon dengan santai sambil guyon yang sangat cerdas.
Mengapa kirim kepala babi yang masih mentah? kata Pram. Mengapa tidak kirim yang sudah masak? sambung Cica. Kalau kirim yang sudah masak, saya langsung makan bersama Pram, dan tidak mengajak Hussein. Hussein sambung, kalau kirim yang sudah masak, saya nonton kamu dua makan, karena saya tidak makan. Saya juga menyesal, kata Cica, mengapa kuping kepala babi itu dipotong, padahal kupingnya itu enak sekali.
Saya sungguh senang dengan respon ketiga dedengkot Bocor Alus Politik dengan santai sambil guyon. Kadang para pengamat pers dan pengamat serta netizen Indonesia ini yang membesar-besarkan isu kepala babi yang dikirim ke Tempo dengan berbagai penafsiran yang mengundang keresahan dan cenderung menuduh rezim yang berkuasa padahal belum ada indikasi ke arah sana.
Apakah para jurnalis Majalah Tempo dan keempat host Bocor Alus Politik takut dengan teror kepala babi ini? Saya kira tidak. Para jurnalis Tempo itu sudah tangguh dan tahan uji, sama halnya dengan para jurnalis Kompas.
Sebagai pencinta dan pembaca setia Tempo dan Kompas, saya meyakini itu. Para jurnalis Tempo sudah teruji dan ditempah jurnalis senior Goenawan Mohammad, sebagai pendiri Majalah Tempo.
Apakah Cica yang dikirimi kepala babi itu takut? Saya kira tidak sama sekali. Cica yang lulusan UGM Program Studi Sastra Indonesia itu mengaku tidak pernah takut dengan teror apapun. Apalagi Cica sudah mendapat berkat khusus dari Paus Fransiskus dalam perjalanan udara dari Timor Leste ke Singapura pada 11 September 2024 lalu.
Cica diberkati Paus Fransiskus karena pada tanggal 11 September 2024 itu Cica berulang tahun. Info itu sampai ke telinga Paus. Paus pun memanggil Cica dan memberkatinya. Cica menangis sesunggukan, karena peristiwa besar dalam hidupnya tidak pernah terduga sebelumnya.
Apa makna berkat Paus Fransiskus pada ulang tahunmu itu, Cica? Tanya host Cokro TV pada waktu Cica diwawancara beberapa bulan lalu. Apa jawaban Cica? Berkat Paus saya maknai agar saya "semakin berani" memberitakan kebenaran. Jadilah Cica jurnalis pemberani dan bukan kaleng-kaleng.
Menurut saya, teror seperti apapun tidak akan mempan, tidak hanya Cica, tetapi juga para jurnalis lain yang berani memberitakan kebenaran.
Sekadar untuk diketahui, Cica adalah salah satu dari tiga jurnalis Indonesia yang lolos seleksi ketat untuk meliputi kunjungan pastoral Paus Fransiskus keempat negara bulan September 2024 yang lalu selama beberapa minggu. Keempat negara itu adalah Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.
Dalam perjalanan udara pada 11 September dari Timor Leste ke Singapura, Cica berulang tahun dan mendapat berkat khusus dari Paus.
Selamat kepada Cica, jurnalis Tempo yang berani, lugas, dan bukan kaleng-kaleng. *
Ende, Flores, 23 Maret 2025
Oleh Yohanes Sehandi
Pengamat dan Kritikus Sastra dari Universitas Flores, Ende
Catatan:
Tulisan ini selain sudah dimuat dalam akun Facebook Yohanes Sehandi pada Minggu, 23 Maret 2025, juga dimuat dalam media online Timorline.com pada Senin, 24 Maret 2025 dengan mengubah sedikit judulnya (https://www.timorline.com/humaniora/1281123509/wartawan-tempo-yang-dikirimi-kepala-babi-putih-dalam-pandangan-kritikus-sastra-ntt-yohanes-sehandi?page=2)
Post a Comment for "Inilah Cica, Jurnalis Tempo, yang Dikirimi Kepala Babi"