Belahan Jiwa Itu Sudah Terlepas, Mengenang Kepergian Istriku Christiana Sri Murni
Ungkapan “belahan jiwa” diambil dari kepercayaan bahwa dua orang yang berpasangan (suami-istri) yang serasi dan saling mencintai secara mendalam, memiliki satu jiwa, meskipun keduanya terpisah secara fisik.
Begitu si istri atau si suami meninggal dunia, maka disebut belahan jiwanya sudah terlepas.
Belahan
jiwa yang terlepas itulah yang saya rasakan setelah istri tercinta Christiana
Sri Murni (Ibu Sri Murni) meninggal dunia pada Rabu, 17 Januari 2024 yang lalu,
dalam usia 63 tahun. Kami berdua telah hidup berkeluarga selama 34 tahun.
Berita meninggalnya Ibu Sri Murni membuat banyak orang kaget dan hampir tidak percaya. Saya sebagai suami dan ketiga anak kami juga kaget. Ibu Sri Murni terlalu cepat pergi. Sakit hanya dalam dua malam satu hari di RSUD Ende.
Masuk RSUD Ende Senin malam, 15 Januari 2024. Satu malam dan satu hari di ruang IGD. Satu malam di ruang perawatan. Terus hari Rabu, 17 Januari 2024, pukul 09.00 pagi mengembuskan napas
terakhir.
Ibu Christiana Sri Murni bersama suaminya Bapak
Yohanes Sehandi.
Foto/Dok. keluarga bapak Yohanes Sehandi
Ada
beberapa cerita dan informasi yang sempat beredar cepat dan luas, bahwa yang
meninggal bukan Ibu Sri Murni, tetap saya suaminya, Pak Yan Sehandi.
Memang
masuk akal juga informasi yang beredar cepat dan luas itu. Ibu Sri Murni selama
ini sehat-sehat saja dan tidak punya riwayat sakit.
Yang
sering sakit dan punya riwayat sakit adalah saya. Itu yang diketahui banyak
orang karena selama ini, sejak tahun 2015, saya pantang sejumlah jenis makanan
agar bisa sembuh dari sakit.
Misalnya,
saya tidak makan daging dan telur (sejak 1 Juli 2015 sampai sekarang) dan tidak
makan nasi dari beras (sejak 21 Juni 2018 sampai sekarang). Dan saya sudah
berjanji untuk melanjutkan pantangan ini agar tetap sehat.
Eh,
yang meninggal duluan malah Ibu Sri Murni yang sehat-sehat saja. Ini di luar
dugaan. Dan tentu kita percaya bahwa mungkin ini rencana Tuhan yang telah
mengatur segala sesuatunya.
Keluhannya
sederhana, sakit di bagian bawah perut mulai Senin sore, 15 Januari 2024
setelah pulang pengabdian masyarakat Fakultas Hukum di Desa Mauponggo,
Kabupaten Nagekeo, bersama 300-an mahasiswa dan dosen. Sesampai di RSUD Ende sakitnya
semakin hebat. Setelah dicek darah dan urine, kata dokter, Ibu Sri terkena
infeksi kandung kemih dan usus terlipat, sehingga tidak bisa buang air kecil
dan besar.
Dokter
ahli bedah sudah siap untuk bedah usus keesokan harinya, hari Rabu, 17 Januari
2024, namun sebelum jam bedah, kondisi fisik Ibu Sri sudah drop dan tidak
mungkin untuk operasi. Maka, maut itu pun menjemputnya, bagai pencuri di malam
hari, tepat pukul 09.00 pagi.
Satu-satunya
profesi yang ditekuni Ibu Sri Murni sampai meninggal dunia 2024 adalah sebagai
dosen. Dia dosen di Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum (FH) Universitas
Flores (Uniflor) Ende, Flores, selama 34 tahun (1990–2024). Bahkan dia
meninggal dunia juga dalam menjalankan tugasnya sebagai dosen Uniflor.
Sebuah
momen kebahagiaan keluarga Ibu Christiana Sri Murni bersama suami
dan dan ketiga anak mereka sewaktu berada di Kefamenanu.
Ibu
Sri Murni lahir dan besar di Kampung Klegen, Desa Kretek, Kabupaten Bantul,
Yogyakarta. Menamatkan SD dan SMP di Bantul, Yogyakarta. Menamatkan SMA di SMA
Bokri Yogyakarta. Meraih gelar Sarjana Hukum (S-1) di Fakultas Hukum,
Universitas Katolik Soegijapranoto Semarang. Mendapatkan gelar Magister Hukum
(S-2) di Fakultas Pascasarjana Undana Kupang.
Ibu
Sri Murni menjadi dosen selama 34 tahun sejak tahun 1990 di FH Uniflor sama
lama usia perkawinan kami 34 tahun. Kami menikah pada 18 Februari 1990 di
Gereja Katolik Ganjuran, Bantul. Karena selama 34 tahun dia dosen di Uniflor,
saya sering guyon, sepertinya Uniflor adalah suami keduanya Ibu Sri. Memangnya
apanya yang salah, katanya sambil tertawa.
Dia
jatuh sakit langsung setelah pulang kegiatan Pengabdian Masyarakat (Abdimas) di
Desa Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, bersama 300-an mahasiswa dan dosen FH
Uniflor.
Dua
hari kemudian setelah pulang dari Nagekeo dia meninggal dunia. Tanpa pesan apapun
kepada saya sebagai suami dan kepada ketiga anak lelakinya. Ibu Sri Murni cinta
mati Uniflor. Artinya, dia mencinta Uniflor sampai mati.
Jenazah
Ibu Sri Murni (yang oleh para tetangga di Ende sering memanggilnya Mama
Santus), dibawa ke kampung saya di Kampung Dalong, Labuan Bajo, Manggarai
Barat, pada Kamis, 18 Januari 2024. Sebelum diberangkatkan, disemayamkan di
Gereja Katolik Mauatapaga Ende dalam bentuk Misa Arwah untuk keselamatan arwah
Mama Santus.
Berangkat pukul 06.30 dari Ende dan tiba pukul 17.00 di Dalong. Dijemput secara adat di ujung kampung dengan seekor ayam jantan. Terus diterima secara adat di depan rumah di Dalong oleh Tua Golo Dalong dan para tetua adat dalam satu kampung. Isak tangis pecah pada waktu jenazah masuk dan disemayamkan dalam rumah
Seperti
disinggung di atas, Ibu Sri Murni mencintai Uniflor sampai mati. Bayangkan,
selama 10 tahun (1999–2009) saya pindah dari Ende ke Kupang karena terpilih
menjadi anggota DPRD Provinsi NTT. Saya ajak dia pindah ke Kupang. Dia tidak mau.
Katanya, ada janji dengan Bapak Ema Gadi Djou, Ketua Umum Yapertif.
Memang Bapa Ema Gadi Djou yang mengirim Ibu Sri ambil S-2 di Undana Kupang.
Dia
tetap di Ende dan dengan setia menjadi dosen di FH Uniflor. Selama 10 tahun dia
sendiri yang mengurus tiga orang anak di Ende, dari TK, SD, sampai SMP. Dia
yang lebih banyak mendidik anak-anak sejak kecil dibandingkan dengan saya.
Di
Uniflor Ibu Sri telah memegang beberapa jabatan, mulai dari Wakil Dekan, Dekan
dua periode, Wakil Rektor 2, Kepala Lembaga Penelitian, dan terakhir Kepala
Penjaminan Mutu FH Uniflor. Jabatan akademiknya Lektor Kepala/IVa.
Kini
Ibu Christiana Sri Murni telah meninggalkan kita semua, keluarga, sahabat
kenalan, dan sanak familih. Meninggalkan seorang suami dan tiga anak lelakinya,
yakni Krisantus Sehandi (Notaris di Labuan Bajo), Krispinus Sehandi (Praktik
Dokter Hewan di Kupang), dan Krisogonus Sehandi (PNS Dinas Perumahan di Ende).
Ibu
Sri Murni juga telah meninggalkan tetangga dan sahabat-sahabat semua yang baik
hati di Lorong Bitta Beach, KUB Maria Fatima, Lingkungan XIII Paroki Mautapaga
Ende. Meninggalkan ratusan sivitas akademika Uniflor.
Ibu
Sri Murni juga telah meninggalkan banyak anggota keluarga, sanak famili, dan
sahabat kenalan di Bantul, Yogyakarta, di Dalong, Labuan Bajo, di Ende, di
Kupang, dan di Semarang.
Sebagai
suami dan juga atas nama tiga anak, satu anak mantu, dan dua orang cucu, saya
mengucapkan terima kasih kepada semua penjasa yang banyak sekali dan penuh
perhatian.
Para
penjasa telah memberi dengan tulus dan ikhlas dukungan doa, tenaga, pikiran,
moral, dan material dalam melancarkan berbagai urusan dalam seluruh rangkaian
acara kematian Ibu Sri Murni ini, baik acara adat, acara keluarga, dan acara
agama Katolik, baik di RSUD Ende, di rumah Lorong Bitta Beach di Ende, di
Dalong, Labuan Bajo.
Terima
kasih kepada Yayasan Perguruan Tinggi Flores (Yapertif) dan kepada Universitas
Flores yang telah mempercayakan Ibu Sri Murni mengabdikan hidupnya di Uniflor
selama 34 tahun.
Terima
kasih kepada rombongan Uniflor yang ikut menghantar jenazah Ibu Sri Murni dari
Ende sampai Dalong, Labuan Bajo, yang dipimpin langsung Ketua Yapertif, Bapak
Lori Gadi Djou dan Wakil Rektor 3 Uniflor, Bapak Stef Tupen Witin.
Terima
kasih kepada para imam yang memimpin doa untuk keselamatan arwah Ibu Sri Murni.
Pater Avent Saur, Pater John Balan dari Uniflor, Romo Ivan dan Romo Egi Parera
dari Paroki Mautapaga, Ende. Pater Marsel Barus dan Pater Flori dari Paroki
Longgo-Dalong dan Romo Emil Sarimas dari Seminari Menengah Labuan Bajo.
Terima
kasih kepada keluarga besar Ikatan Keluarga Manggarai (IKM) di Ende, Ikatan
Keluarga Komodo (IKK) di Ende, dan berbagai ikatan keluarga yang terkait di
Ended an di Labuan Bajo.
Masih
banyak sekali anggota keluarga, sahabat kenalan, dan sanak famili yang telah
berjasa dan telah memberi dukungan dengan tulus dan iklas, yang tidak dapat
kami sebutkan satu per satu.
Doa
dan harapan kami sekeluarga yang ditinggalkan, kiranya Tuhan yang Mahabaik
dapat membalas semua dukungan dan niat baik para penjasa yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
Terima
kasih kepada para netizen yang turut memberi ucapan turut berduka dan memberi
peneguhan lewat berbagai platform media sosial yang baru beberapa hari ini saya
buka dan baca satu per satu.
Semoga
Ibu Christiana Sri Murni dapat melihat dan memperhatikan satu per satu para
penjasa yang baik hati ini dari dunia seberang sana. *
(Yohanes
Sehandi)
Ende,
9 Februari 2024
Catatan:
Tulisan ini di samping sudah dimuat
dalam Facebook Yohanes Sehandi pada 9 Februari 2024, juga dimuat dalam media
online OKEBAJO.com pada 10 Februari 2024
(https://okebajo.com/2024/10/belahan-jiwa-itu-sudah-terlepas/
Post a Comment for "Belahan Jiwa Itu Sudah Terlepas, Mengenang Kepergian Istriku Christiana Sri Murni"