Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Suanggi Alor di NTT Bisa Terbang


Yohanes Sehandi
Pengamat Sastra dari Universitas Flores, Ende

Catatan:
Tulisan pendek ini merupakan bagian dari artikel panjang saya yang berjudul “Fenomena Suanggi dan Ilmu Hitam di Nusa Tenggara Timur, Antara Aset Budaya dan Sumber Malapetaka.” Artikel hasil penelitian kualitatif ini sudah dimuat dalam buku Sastra Horor (2024) yang tebalnya 1.044 halaman. Terdapat pada buku halaman  557-575. Editor buku Novi Anoegrajekti, dkk, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, kerja sama dengan Himpunan Sarjana Kesusasteraan Indonesia (Hiski) Pusat.

Berdasarkan hasil penelitian dengan objek penelitian adalah berita-berita media massa, baik media cetak maupun media online yang terbit di NTT, ditemukan bahwa kekuatan metafisika yang dimiliki para suanggi tidak hanya bisa mencelakakan orang yang tidak disukainya, tetapi juga bisa terbang. Yang bisa terbang itu khususnya suanggi-suanggi yang berasal dari Kabupaten Alor.

Suanggi Alor memiliki kekuatan supranatural lebih dibandingkan dengan suanggi lain di NTT. Dalam media online Bisnis.com edisi 20 Maret 2018 terdapat berita heboh yang menggegerkan masayarakat NTT. Adapun berita itu berjudul “Alor Gelar Lomba Terbang dengan Kekuatan Metafisika.” Berita ini ditulis Newswire dengan Editor Nancy Junita.



Suanggi Alor Terbang. Sumber: AntaraNTT.com

Diberitakan bahwa Pemprov NTT akan menggelar Lomba Terbang di Pulau Alor pada bulan Agustus 2019 dengan menggunakan kekuatan metafisika. Para peserta Lomba Terbang adalah orang-orang yang diduga suanggi yang punya ilmu tinggi yang berasal dari seluruh pelosok NTT.

"Lomba terbang ini rencananya akan digelar bersamaan dengan Expo Tahunan Alor 2019," kata Kepala Bidang Pemasaran dan Perencanaan Dinas Pariwisata Provinsi NTT, Eden Klakik, kepada Antara di Kupang, pada Selasa (20/3/2018). 

Menurut Eden Klakik, gagasan untuk menggelar Lomba Terbang ini muncul setelah melihat sejumlah fakta yang terjadi di Alor, bahwa hampir setiap minggu ada saja orang Alor yang terbang dan ada beberapa di antaranya yang jatuh ke tanah karena tersangkut pada tower Telkomsel dan gedung bertingkat.

"Daripada hampir setiap Minggu ada manusia terbang yang jatuh karena tabrak tower Telkomsel dan gedung bertingkat, lebih baik kita gelar Lomba Terbang supaya bisa mendatangkan devisa untuk daerah ini," kata Eden Klakik.

Eden Klakik yang juga berasal dari Alor ini mengisahkan, pada September 2017, salah seorang suanggi baru pulang mengikuti Kongres Internasional Suanggi di China. Dia jatuh di belakang Kantor Bupati Alor di Kalabahi karena tabrak tower Telkomsel. 

"Dan saya berpikir, lebih baik kita mengkoordinir mereka semua yang jago terbang itu dalam satu wadah dan kita bisa buatkan Lomba Terbang dalam Expo Tahunan Alor 2019," katanya kepada Antara pada Selasa (20/3/2018). 



Penampakan Suanggi Alor, NTT. Sumber: mollucastimes.com

Rencana menggelar Lomba Terbang di Alor pada 2019 itu memang tidak jadi dilaksanakan karena para suanggi tidak bersedia. Mereka menyadari resiko yang bakal mereka hadapi. Begitu masyarakat tahu bahwa mereka adalah suanggi, maka keamanan hidup mereka terancam. Mereka akan dituduh sebagai sumber malapetaka kematian dalam masyarakat. 

Perihal suanggi Alor di NTT ini bisa terbang tidak hanya berdasarkan berita-berita media massa yang beredar di NTT. Suanggi Alor bisa terbang ini terdapat dalam karya sastra NTT.

Adalah sastrawan NTT, Mezra E. Pellondou, mengangkat tema suanggi Alor bisa terbang lewat cerpennya yang berjudul "Lir." Cerpen ini terdapat dalam buku antologi cerpen karya Pellondou yang berjudul Kuda dan Sang Dokter (2017, halaman 59-69).  Buku cerpen ini diterbitkan Penerbit Satu Kata, Sidoarjo, Jawa Timur. 

Dalam cerpen itu diceritakan, ada ratusan suanggi dari Alor yang mengikuti Kongres Internasional Suanggi di China tahun 2017. Kongres tahun 2017 bertepatan dengan peringatan 100 abad keberadaan suanggi di dunia ini. 

Mereka berasal dari berbagai suku besar suanggi di Alor, antara lain dari suku Pantar, Kolana, Pura, Alor Kecil, Adang, Kabola, Abui, Mataru, Kui, Klon. dan Habolat. 

Sebelum ke China, para suanggi Alor ini berkumpul dan konsolidasi di Kupang,  tepatnya di Bakunase, Kupang Barat. Di Bakunase itu kebetulan ada tempat kawasan hutan lebat yang penuh dengan pepohonan rimbun dan dianggap angker oleh masyarakat setempat. 

Di tempat ini mereka sepakati beberapa hal penting sesuai dengan tema kongres. Adapun tema kongres tahun 2017 itu tentang bagaimana membangun relasi dengan manusia. 

Dari Alor ke Kupang mereka berangkat tetap seperti manusia biasa. Ada yang ikut kapal laut, ada yang ikut pesawat terbang. 

Dalam cerpen Pellondou itu diceritakan setelah mereka pulang dari Kongres China mereka berkumpul kembali di Bakunase, Kupang Barat. Dari Bakunase mereka sepakat untuk kembali ke Alor dengan cara terbang. 

Untuk bisa terbang mereka berubah bentuk menjadi bola lampu pijar sebesar biji kelereng. Karena rombongan besar, mereka berangkat berurutan setiap lima menit waktu suanggi atau setiap lima jam waktu manusia.

Pada waktu pulang ke Alor pada malam dinihari itulah kepala rombongan suanggi Alor salah landing di Kalabahi, Ibukota Kabupaten Alor, Dari langit dia melihat teman-temannya yang landing duluan dalam bentuk kerdipan bola lampu pijar. Dia turun mengikuti rombongan terdahulu itu.  

Ternyata dia salah turun. Dia turun di kerdipan lampu pijar di tower Telkomsel di belakang Kantor Bupati Alor. Maka tersangkutlah dia di situ dan jatuh ke tanah, pas menjelang pagi.

Dia ditangkap masyarakat setempat. Sebagian besar orang kenal dia sebagai suanggi kaliber di Kalabahi. Dibawa ke Kantor Polisi. Dia dipukul, diinjak, dibacok, ditusuk, dan dirajam. Namun, suanggi kepala itu biasa saja. Tidak ada perubahan apa-apa di wajah dan badannya. Kemudian dia disel dalam sel tahanan yang dikunci dari luar. 

Setelah diperiksa kemudian, suanggi itu sudah tidak ada lagi di dalam tahanan. Setelah dicek di rumahnya, dia sedang dipeluk istrinya sambil menangis. Istrinya menangis bahagia karena suaminya masih hidup. Istrinya mengira suaminya sudah mati dibunuh orang banyak di Kantor Polisi, sesuai dengan cerita orang-orang yang datang melapor ke rumahnya. *


 

Post a Comment for "Suanggi Alor di NTT Bisa Terbang"