Fenomena Suanggi dan Ilmu Hitam di NTT
Yohanes Sehandi
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Flores, Ende
PENDAHULUAN
Fenomena suanggi dan ilmu hitam di Nusa Tenggara Timur (NTT) termasuk fenomena sosial-budaya dan hukum yang menjadi bahan perguncingan dalam masyarakat dari dahulu sampai dengan saat ini. Fenomena ini semakin sering diperbincangkan masyarakat pedesaan yang terisolasi dari peradaban modern.
Dalam masyarakat pedesaan, orang dengan mudah menyebut orang-orang dalam desanya yang dicurigai sebagai suanggi yang memiliki ilmu hitam. Fenomena suanggi dan ilmu hitam ini tidak hanya ada di NTT, tetapi juga di Indonesia Timur pada umumnya.
Ada tiga sumber informasi tentang fenomena suanggi dan ilmu hitam di NTT dalam penelitian ini. Pertama, lewat tuturan atau cerita masyarakat di daerah-daerah, terutama masyarakat pedesaan yang terpencil. Cerita-cerita itu disebarkan dalam bentuk gosip, karena takut diketahui para suanggi yang sedang diperguncingkan. Kalau sampai diketahui, maka penyebar cerita akan menjadi sasaran perburuan suanggi.
Kedua, lewat berita di berbagai media massa, baik media cetak maupun media online. Berita tentang tindak pidana menghilangkan nyawa orang lain karena isu suanggi sering muncul di berbagai media massa di NTT.
Ketiga, lewat karya sastra, terutama cerita pendek (cerpen) karya para sastrawan NTT. Sampai sejauh ini, baru karya sastra cerpen yang mengangkat tema suanggi dan ilmu hitam, karya sastra novel belum ditemukan.
Menurut Ratna (2009: 66), teori sastra yang khusus mempelajari fenomena yang tidak rasional ini adalah teori mitologi atau teori mitopoik yang di tingkat dunia dikembangkan antropolog Claude Levis-Strauss (1908-2009). Menurut Levis-Strauss, munculnya fenomena seperti ini karena adanya hubungan asimetris antara pikiran dan kenyataan. Wacana suanggi dan ilmu hitam seperti ini termasuk wacana fiksional yang berlawanan dengan logos sebagai wacana rasional.
Cara kerja ilmu hitam ini aneh dan tidak masuk akal, namun diyakni ada dan terjadi. Sakit yang diakibatkan ilmu hitam tidak ditemukan secara medis oleh dokter, namun sakitnya dirasakan pasien, bahkan bisa sampai mati. Keampuhan dan cara kerja ilmu hitam sampai kini belum bisa dijelaskan dengan akal sehat (rasional) dan secara ilmu pengetahuan (saintifik). Itulah sebabnya fenomena suanggi dan ilmu hitam menimbulkan kontroversi di NTT sampai dengan saat ini.
Mengapa menimbulkan kontroversi? Karena ada sebagian kecil masyarakat yang melihat suanggi dan ilmu hitam sebagai aset budaya NTT yang masih misterius. Karena masih misterius maka perlu dijaga dan dilestarikan untuk dijadikan sumber penelitian para ilmuwan ke depan.
Fenomena suanggi dan ilmu hitam ini menjadi daya tarik tersendiri untuk diungkapkan lebih lanjut. Inilah alasan dan latar belakang penulis melakukan penelitian ini. Tujuan penelitian untuk mengungkap dan mendeskripsikan fenomena suanggi dan ilmu hitam sebagai aset budaya NTT di satu sisi, dan suanggi dan ilmu hitam sebagai sumber malapetaka bagi masyarakat NTT di sisi lain.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Marshall dan Rossman (dalam Kholifatu dan Tjahjono, 2020: 123), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat natural, data deskriptif, mementingkan proses, bersifat induktif, multi-metode, terfokus pada konteks, dan menggunakan interpretasi dan analisis dalam menemukan makna. Data yang digunakan penelitian berupa data lisan atau cerita masyarakat dari berbagai daerah yang menjadi ruang lingkup penelitian.
Semua data lisan dan data tulis dikumpulkan, kemudian dilakukan interpretasi dan analisis dengan mencari hubungan terkait antara data lisan dan data tulis tersebut. Interpretasi dan analisis data dilakukan secara terus-menerus sejak tahap pengumpulan data, dilakukan secara kontekstual, kemudian berpuncak pada penarikan kesimpulan yang komprehensif dan akurat.
PEMBAHASAN
Pengertian Suanggi dan Ilmu Hitam
Apa dan siapa itu suanggi? Suanggi (magician) adalah seseorang yang diduga memiliki ilmu hitam (black magic) untuk mencelakakan bahkan membunuh orang yang tidak disukai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, Edisi V, 2016), kata suanggi sinonim dengan swanggi atau suangi, yakni hantu jahat atau dukun yang bekerja dengan pertolongan orang halus. Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, suanggi merupakan nama atau sebutan yang sangat terkenal sekaligus menakutkan bagi masyarakat di Indonesia Timur.
Dalam masyarakat NTT sebutan untuk suanggi dalam bahasa daerah bermacam-macam. Misalnya, orang Manggarai di Flores Barat menyebut suanggi dengan nama mbeko daat (dukun jahat) atau ata rasung (orang santet). Orang Ende di Flores Tengah menyebutnya dengan nama ata polo (orang jahat). Orang Belu di Timor (perbatasan dengan Timor Leste) menyebutnya alaut (dukun santet). Apapun nama dalam bahasa daerahnya, masyarakat NTT tahu bahwa yang disebut suanggi itu adalah seseorang yang diduga memiliki ilmu hitam yang dapat mencelakakan orang lain.
Sedangkan ilmu hitam (black magic) adalah kekuatan gaib atau supranatural yang dimiliki suanggi yang diyakini bisa mencelakakan bahkan membunuh orang yang tidak disukai. Nama lain untuk ilmu hitam adalah santet, sihir, tenung atau teluh. Sebutan ilmu hitam dalam bahasa-bahasa daerah di NTT bermacam-macam. Orang Manggarai menyebutnya rasung atau janto. Orang Ende menyebutnya leu-leu. Orang Flores Timur menyebutnya panta merah. Orang Sumba dan Timor umumnya menyebutnya jampi-jampi atau guna-guna.
Dalam opininya berjudul “Suanggi, Magic Ala Pulau Rote,” yang dimuat dalam media Dakwatuna.com, pada 2 Maret 2015, Darso Arief Bakuama, menyatakan bahwa secara kasatmata ciri seseorang yang patut diduga suanggi terlihat pada bola matanya yang memerah, badannya kurus, pakaiannya kotor dan kumuh karena jarang mandi, bermuka kusam pekat, dan tidak suka bergaul. Sebagian besar berasal dari kalangan masyarakat yang kurang beruntung secara ekonomi.
Dalam keadaan normal terkadang suanggi tidak bisa dilihat dengan mata normal orang awam. Pada waktu melaksanakan aksinya, suanggi terkadang hanya bisa dilihat oleh orang yang berilmu yang disebut orang bermata terang. Dalam penglihatan orang mata terang, ciri-ciri seorang suanggi matanya merah, telinga besar dan bercabang, badannya seperti manusia, tetapi berkepala binatang.
Pada waktu mencari korbannya, si suanggi menari-nari tanpa busana di tengah malam saat bulan terang. Mereka lakukan di sekitar rumah mereka. Bahkan mereka lakukan di jalan raya dan di tanah lapang tanpa rasa takut. Tak jarang orang memergoki suanggi sedang menari, namun karena takut, orang akan lari menghindar karena kalau ketahuan akan dikejar suanggi sampai dapat. Karena sering dilihat masyarakat awam tentang keanehan perilaku para suanggi, membuat masyarakat awam merasa yakin bahwa suanggi itu memang ada.
Ritual Ilmu Hitam Suanggi NTT. Sumber: floresa.com
Pada waktu menjalankan aksinya, roh atau jiwa si suanggi bisa masuk ke dalam tubuh binatang sehingga kemunculannya bisa dalam bentuk kucing, anjing, ular, kupu-kupu, kalajengking, hantu, atau buntiana atau kuntilanak. Terkadang pula roh atau jiwa suanggi masuk dalam tubuh manusia lain sehingga orang tersebut bisa kesurupan yang kalau ditanya mirip suara suanggi tersebut.
Dengan kekuatan magisnya, suanggi juga bisa berubah bentuk menjadi bola lampu pijar sebesar biji kelereng yang dapat melayang-layang mencari rumah korban. Begitu menjadi bola lampu pijar, suanggi bisa terbang dengan jarak yang cukup jauh bahkan antara pulau, misalnya, terbang dari Pulau Alor ke Kota Kupang.
Bahkan pada tahun 2003 dan 2017, puluhan suanggi dari Alor terbang ke China dan Vietnam mengikuti Kongres Internasional Suanggi dalam bentuk lampu pijar. Ada banyak suanggi Alor yang sepulang Kongres Internasional di China dan Vietnam jatuh terjerembab di tanah karena tersangkut tower Telkomsel dan gedung bertingkat.
Dalam menjalankan aksinya, suanggi mengirimkan sesuatu yang sudah diberi mantra ke rumah korban dalam bentuk tanah kuburan yang masih basah, telur ayam yang dikalau dipegang masih panas, jarum dan silet yang dililiti oleh benang merah dan hitam. Korbannya bisa secara mendadak sakit pada bagian perut, dada, kepala disertai jeritan yang aneh.
Penyakitnya tidak bisa dideteksi secara medis oleh dokter, tetapi sakitnya dirasakan si pasien. Kalau gejalah-gejalah penyakit seperti itu, biasanya masyarakat setempat langsung memvonis itu terkena ilmu hitam.
Dalam kepercayaan orang NTT, para suanggi memiliki istana megah. Dalam penglihatan orang yang mata terang, istana para suanggi itu biasanya di pohon beringin rimbun yang angker, di tempat pekuburan, di gua-gua yang angker, dan di tempat mata air. Istana para suanggi terdiri atas bagian depan sebagai tempat pertemuan, bagian tengah tempat raja memimpin pertemuan, dan bagian belakang tempat menyantap daging mentah orang yang baru saja mati. Daging mentah mayat dimakan beramai-ramai para suanggi untuk menambah keampuahan ilmu hitam yang mereka miliki.
Cara Memperoleh Ilmu Hitam
Pertama, diperoleh sebagai warisan dari orang tua. Orang tua yang memiliki ilmu hitam biasanya diwariskan kepada anak atau keturunannya, kecuali yang tidak bersedia. Cara ini cukup ampuh karena secara otomatis ilmu hitam mengalir dalam tubuh anak atau keturunannya.
Kedua, diperoleh dengan cara berguru pada suanggi senior. Suanggi senior adalah suanggi yang sudah makan asam garam. Artinya, suanggi itu sudah banyak mencelakakan orang dan banyak makan isi perut mayat yang jadi korbannya. Untuk bisa berguru pada suanggi senior, calon suanggi harus patuh sejumlah persyaratan. Kalau persyaratan tidak dipatuhi maka calon suanggi akan mendapat musibah, misalnya menjadi gila atau terkena penyakit yang aneh-aneh.
Ketiga, diperoleh dengan cara berguru pada roh halus atau iblis. Untuk itu calon suanggi harus bertapa setiap malam Jumat di kuburan atau tempat-tempat angker yang diyakni sebagai istana roh halus atau iblis. Di samping bertapa, calon suanggi biasanya diminta iblis untuk menyediakan tumbal, misalnya hewan sesembahan. Kalau hewan sesembahan tidak disediakan, maka nyawa anak, isri/suami, bahkan nyawa suanggi itu sendiri menjadi tumbal.
Keempat, diperoleh lewat mimpi. Dalam mimpinya, si calon suanggi diberi petunjuk untuk mengerjakan sejumlah ritus yang harus dikerjakan. Roh halus atau iblis akan membantunya memberi petunjuk apa-apa yang harus dibuat. Penyebaran ilmu hitam lewat mimpi inilah yang menyebabkan suanggi di NTT tidak pernah berkurang bahkan terus berkembang.
Untuk bisa menjadi suanggi yang kaliber diperlukan waktu cukup panjang. Dalam jangka waktu itu si calon suanggi harus memakan daun suanggi untuk menambah kekuatan magisnya. Penambah kekuatan yang lain dengan makan isi perut mayat yang sudah mati.
Ujian terakhir dengan cara memutilasi dirinya sendiri. Luka parah yang dideritanya akan sembuh dengan sendirinya dengan menggunakan ilmu yang sudah dimilikinya. Kalau bisa sembuh, maka luluslah dia sebagai suanggi dan berhak untuk bergabung dengan suanggi lain di istana suanggi.
Cara Menangkal Ilmu Hitam
Dalam artikelnya yang berjudul “Alaut, Suanggi yang Sangat Ditakuti Suku Dawan, Timor,” dalam Kompasiana.com, pada 27 November 2021, Neno Anderias Salukh menyatakan beberapa cara untuk menangkis atau menangkal ilmu hitam yang dikirim suanggi atau alaut dalam bahasa Dawan.
Pertama, kita harus sering makan daging yang rasanya pahit. Menurut cerita yang beredar, suanggi tidak suka daging yang rasanya pahit.
Kedua, tidur di lantai, jangan tidur di tempat tidur. Suanggi dengan gampang menyantet orang yang tidur di tempat tidur karena kolong tempat tidur dapat dijadikan untuk menggantung isi perut calon korbannya.
Ketiga, simpan barang yang berbau menyengat, seperti bawang putih dan bawang merah. Kalau mencium bau menyengat suanggi akan lari, berteriak, bahkan pingsan di tempat.
Keempat, kita harus menghormati suanggi
sebagai sesama manusia. Jangan menyakiti hati mereka. Jika yang diduga suanggi
meminta sesuatu, berikan saja apa yang diminta. Sebagian besar suanggi memang berasal
dari kalangan yang sangat miskin.
Ritual Menangkal Ilmu Hitam di Flores. Sumber: antaranews.com
Kalau ilmu pawang suanggi lebih kuat, maka si pasien akan sembuh atau si suanggi akan celaka bahkan mati. Sebaliknya, kalau ilmu suanggi lebih kuat, maka si pasien akan mati, bahkan pawang suanggi bisa mati. Akhir-akhir ini di NTT muncul kelompok-kelompok doa Katolik dan Kristen yang dapat mengusir ilmu hitam para suanggi.
Ada beberapa kebiasaan masyarakat untuk melemahkan ilmu hitam yang dikirim suanggi, antara lain dengan menabur beras di sekeliling rumah, membakar garam, mengunyah bawang putih dan bawang merah kemudian disemburkan ke bagian yang terkena ilmu hitam. Akhir-akhir ini di NTT tersebar luas informasi bahwa tanaman kelor atau merongge sangat ditakuti para suanggi. Memang ada beberapa etnis di NTT yang menggunakan daun kelor untuk memandikan mayat.
Suanggi Alor Bisa Terbang
Di samping mampu mencelakakan atau membunuh orang yang tidak disukainya, suanggi NTT juga, terutama suanggi dari Kabupaten Alor, memiliki kekuatan supranatural untuk terbang. Dalam media online Bisnis.com edisi 20 Maret 2018 terdapat berita heboh berjudul “Alor Gelar ‘Lomba Terbang’ dengan Kekuatan Metafisika.” Berita ini ditulis Newswire dengan Editor Nancy Junita.
Diberitakan bahwa Pemprov NTT akan menggelar Lomba Terbang di Pulau Alor pada bulan Agustus 2019 dengan menggunakan kekuatan metafisika. Para peserta Lomba Terbang ini adalah para suanggi yang punya ilmu tinggi yang berasal dari seluruh pelosok NTT.
Penampakan Suanggi Alor, NTT. Sumber: mollucastimes.com
"Lomba terbang ini rencananya akan digelar bersamaan dengan Expo Tahunan Alor 2019," kata Kepala Bidang Pemasaran dan Perencanaan Dinas Pariwisata NTT, Eden Kalakik, kepada Antara di Kupang, pada Selasa (20/3/2018). Menurut dia, gagasan untuk menggelar Lomba Terbang ini muncul setelah melihat sejumlah fakta yang terjadi di Alor, bahwa hampir setiap minggu ada saja orang Alor yang terbang dan jatuh karena tersangkut pada tower Telkomsel dan gedung bertingkat.
"Daripada hampir setiap Minggu ada manusia terbang yang jatuh karena tabrak tower Telkomsel dan gedung bertingkat, lebih baik kita gelar Lomba Terbang supaya bisa mendatangkan devisa untuk daerah ini," kata Eden Klakik.
Eden Klakik yang juga berasal dari Alor ini mengisahkan, pada September 2017, salah seorang suanggi baru pulang mengikuti Kongres Internasional Suanggi di Vietnam jatuh di belakang Kantor Bupati Alor di Kalabahi karena tabrak tower Telkomsel. "Dan saya berpikir, lebih baik kita mengkoordinir mereka semua yang jago terbang itu dalam satu wadah dan kita bisa buatkan Lomba Terbang dalam Expo Tahunan Alor 2019," katanya menjelaskan.
Rencana menggelar Lomba Terbang di Alor pada 2019 itu memang tidak jadi dilaksanakan karena para suanggi tidak bersedia. Mereka menyadari resiko yang bakal mereka hadapi. Begitu masyarakat umum tahu bahwa mereka adalah suanggi, maka keamanan hidup mereka terganggu. Mereka akan dituduh sebagai sumber malapetaka kematian di masyarakat.
Suanggi NTT dalam Karya Sastra
Kecanggihan ilmu hitam suanggi NTT dapat dibaca pula dalam karya sastra. Berikut diberi contoh dua cerpen karya sastrawan NTT, yakni cerpen “Bulan Mati” karya Julius Sijaranamual dan cerpen “Panta Merah” karya Buang Sine. Kedua cerpen menggambarkan kecanggihan ilmu hitan yang dimiliki para suanggi NTT. Kedua cerpen ini tentu tidak lepas dari kenyataan masyarakat NTT.
Cerpen pertama berjudul “Bulan Mati” (1967) karya Julius Sijaranamual. Sijaranamual lahir di Waikabubak, Sumba Barat pada 21 September 1944, meninggal dunia pada Mei 2005. Cerpen ini dimuat dalam majalah sastra Horison Nomor 2, Tahun II, Februari 1967.
Diceritakan dua suanggi kaliber di sebuah kampung nelayan dekat pantai. Yang satu bernama Metekato, dia kepala kampung yang “berisi” karena memiliki ilmu hitam. Yang lain bernama Amalodo, seorang bekas serdadu Kompeni Belanda yang punyai “pegangan.” Dengan melihat nama kedua tokoh ini, bisa kita perkirakan cerpen ini berlatar belakang Sabu atau Sumba di NTT. Metekato dan Amalodo musuh bebuyutan, keduanya bersumpah untuk saling mematikan lewat ilmu hitam.
Celaka dua belas bagi keduanya. Anos anak lelaki Metekato saling jatuh cinta dengan Ina anak gadis semata wayang Amalodo. Di suatu malam yang mencekam, Metekato mengancam Enos untuk batal nikah dengan Ina karena anak setan. Di saat yang sama, Amalodo mengiterogasi Ina untuk putus dengan Enos, karena menurutnya, nikahi Enos sama dengan nikahi anak jahanam.
Mendapat ancaman dari kedua orang tua, keduanya anak muda itu bertekad melawan orang tua mereka dengan cara kawin lari. Tatkala Enos datang menjemput Ina di rumahnya untuk melarikan diri, dia tertangkap tangan Amalodo yang muncul dari semak-semak. Terkaparlah Enos, tewas di tangan Amalodo dengan satu tembakan senapan.
Sang kepala kampung Metekato sudah tahu anaknya Enos tewas di tangan Amalodo. Kini giliran keduanya bertarung ilmu hitam di laut lepas. Di tengah malam yang pekat, bulan mati, keduanya menuju laut untuk memancing. Di atas sampan keduanya saling mengejek, yang sial yang kalah, yang mujur yang menang.
Di ronde pertama, Metekato yang kalah karena tidak mendapat ikan. Dia mendapat ejekan pedas dari Amalodo. Tali pancing Metekato yang dikiranya ikan besar, diangkatnya dengan tenaga yang mengucur keringat, ternyata yang terangkat hanyalah selembar daun lontar. Metekato merasa ronde pertama dia kalah.
Perangkat Ilmu Hitam Suanggi NTT. Sumber: kupang.tribunnews.com
Di ronde kedua menjelang dinihari, Amalodo yang mendapat giliran sial dan diejek habis-habisan Metekato yang sampannya penuh dengan ikan. Menjelang akhir pertarungan, menjemput pagi, Amalodo yang sial mencoba pelan-pelan menarik tali pancingnya. Namun sebelum tali pancingnya habis tertarik, dia tersentak merasa mata kailnya terkena ikan besar. Ia merasa bakal menang lagi melawan Metekato.
Dengan sekuat tenaga, ditariknya tali pancing ke atas sampan. Sepertinya ia tidak sabar melihat hasil tangkapannya. Alangkah terkejutnya ia, yang muncul dari dalam air bukan ikan besar, tetapi kepala anak gadisnya sendiri, Ina. Ia langsung sadar apa yang telah terjadi. Buru-buru Amalodo mengayuhkan sampannya ke pantai. Dan ketika tiba di rumahnya, ia menemui anak perempuannya yang bernama Ina sudah mati.
Cerpen kedua berjudul “Panta Merah” (2015) karya Buang Sine. Buang Sine yang lahir di Kupang pada 30 Juni 1967 adalah seorang polisi, kini sudah pensiun. Cerpen ini dimuat dalam buku Cerita dari Selat Gonsalu: Antologi Cerpen Sastrawan NTT (2015) terbitan Kantor Bahasa NTT. Panta merah adalah istilah lain untuk ilmu hitam bagi orang Lamaholot di Flores Timur.
Diceritakan, seorang anak lelaki bernama Morito, sudah dua hari sakit keras. Orang tuanya sangat khawatir akan keselamatan anak mereka, apalagi beredar isu bahwa panta mera sedang menyerang warga. Seorang anak lainnya, Leksi Nimorte, diisukan meninggal dunia karena dimakan panta merah. Markus Lemoto, bapanya Morito, memanggil dukun Kemurota untuk menyerang nenek Yakomina, suanggi tua yang mengirim panta merah.
Suatu malam, dukun Kemurota bersama Markus Lemoto datang menyerang dengan ilmu hitam ke gubuk nenek Yakomina yang tinggal di lembah sebelah kampung. Tengah malam terjadi pertarungan antara dukun Kemurota dan suanggi Yakomina. Bola api sebesar bola kaki melesat dari bubungan gubuk suanggi tua, nenek Yakomina, ke angkasa, berputar-putar, bagaikan kilat melesat, turun menyergap Kemurota dan Lemoto yang sedang mengendap di semak-semak samping gubuk.
Pada saat terjadi pertarungan sengit melawan bola api, Lemoto lari mendobrak pintu gubuk membalikkan badan Yakomina yang sedang tidur telentang seperti orang mati, ke posisi tengkurap.
Berikut pelukisan cerpenis Buang Sine atas peristiwa itu dalam beberapa paragraf berikut. “Tiba-tiba bola api itu meledak di udara. Markus dan Kemurota tiarap di tanah. Akhhh!!! Khhhh!!! Akhhh!!!” Terdengar suara jeritan keras dalam bola api itu memecah langit. Suara perempuan tua.
Orang-orang kampung terbangun berlarian mendekati asal suara. Bola api dan teriakan wanita tua Yakomina meluncur masuk ke dalam gubuk. Tiba-tiba terdengar ledakan besar. Bum! Asap putih membumbung dari dalam gubuk. Orang-orang kampung tertegun menyaksikan kejadian dahsyat itu.
Mereka beramai-ramai masuk ke dalam gubuk nenek Yakomina untuk melihat apa yang terjadi. Di dalam gubuk mereka mencium bau daging terbakar. Mereka melihat tubuh nenek suanggi Yakomina hangus terbakar menghitam arang. Ia mati terpanggang ilmunya sendiri.”
Suanggi Sumber Malapetaka
Berikut dikemukakan beberapa contoh kejadian yang menimpa warga karena dituduh sebagai suanggi. Meskipun pada akhirnya tidak ditemukan bukti tindak pidana kejahatan yang dilakukan oleh suanggi, namun masyarakat NTT tetap percaya bahwa suanggilah yang menyebabkan seseorang meninggal dunia, sehingga para suanggi itu pantas dan layak untuk dihabisi.
Dalam Tempomedia edisi 20 Maret 1993 diberitakan, sebanyak sembilan korban tewas mengenaskan selama Januari dan Februari 1993 karena isu suanggi. Kejadian itu terjadi di Desa Sidabui, Kecamatan Alor Selatan, Kabupaten Alor. Ada puluhan nama yang diduga suanggi sebagai penyebab kematian massal itu. Pada 1993 itu memang sedang terjadi wabah malaria di Kabupaten Alor.
Aneh memang, para pasien malaria justru berobat ke Kepala Desa Sidabui yang dipercaya sebagai dukun. Ketika gagal mengobati para pasiennya, Kepala Desa Sidabui dengan enteng menuding para suanggi penyebab kematian warganya. Akhirnya masa rakyat yang marah mendatangi puluhan orang yang diduga suanggi. Sembilan orang dianiaya sampai tewas.
Kasus Pembunuhan Suanggi di NTT. Sumber: flores.tribunnews.com
Dalam artikel opininya yang berjudul “Suanggi” yang dimuat Pos-Kupang.com, pada Senin, 6 September 2010, Dion DP Putra mengangkat cerita pembunuhan suanggi di Kabupaten Alor yang menghebohkan publik NTT. Dikisahkan terjadi pembunuhan sejumlah orang karena dituduh suanggi. Sewaktu menjalani sidang di Pengadilan Negeri (PN) Kalabahi, pelaku pembunuhan bersikukuh bahwa tindakan mereka benar.
Mereka membunuh para suanggi itu karena merekalah penyebab kematian warga. Daripada masyarakat resah, lebih baik mereka dihabisi. Majelis hakim tidak terpengaruh. Pengadilan Negeri Kalabahi tetap berpatok pada ketentuan hukum pidana Indonesia. Menghilangkan nyawa orang lain dengan motif apapun harus dihukum berat.
Dalam tulisannya yang berjudul “Dituduh Tukang Suanggi, Warga Kupang Barat Dianiaya Hingga Meninggal Dunia,” dalam InfoNTT.com, pada 17 Juni 2021, Chris Bani melaporkan bahwa terjadi penganiayaan hingga tewas seorang warga Kupang Barat karena dituduh sebagai suanggi.
Peristiwa sadis itu terjadi pada Sabtu 24 April 2021 di Desa Taloitan, Kabupaten Kupang. Seorang warga yang dituduh sebagai suanggi bernama Yakoba Lensini Sakh dianiaya sampai mati oleh para tersangka yang merasa anggota keluarganya mati karena ilmu hitam Yakoba Lensini Sakh.
Fenomena suanggi dan ilmu hitam di NTT menimbulkan kontroversi dari dahulu sampai sekarang. Kehadiran suanggi dan ilmu hitam di tengah masyarakat menimbulkan keresahan. Sebagian masyarakat meyakini bahwa suanggi dan ilmu hitam itu benar-benar ada dan terjadi.
Namun demikian, tidak sedikit juga yang tidak percaya adanya suanggi dan ilmu hitam. Tuduhan kejahatan kepada yang diduga suanggi adalah fitnah yang tidak dapat dibuktikan secara hukum pidana dan secara ilmu pengetahuan (saintifik).
Suanggi (magician) yang diyakini masyarakat NTT adalah seseorang yang diduga memegang ilmu hitam (black magic). Sedangkan ilmu hitam (black magic) adalah kekuatan supranatural yang diyakini dapat mencelakakan atau bahkan membunuh orang lain yang tidak disukai.
Cara kerja ilmu hitam ini aneh dan tidak masuk akal, namun nyata. Sakit yang diakibatkan oleh ilmu hitam yang dikirim suanggi tidak ditemukan penyakitnya oleh dokter, tetapi dirasakan oleh pasien. Keampuhan dan cara kerja ilmu hitam sampai kini belum bisa dijelaskan secara rasional (akal sehat) dan secara ilmu pengetahuan (saintifik). Itulah sebabnya fenomena suanggi dan ilmu hitam menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat NTT sejak dahulu sampai dengan saat ini.
Ada pula sebagian masyarakat NTT yang melihat keberadaan suanggi dan ilmu hitam sebagai sumber malapetaka. Ada banyak orang yang mati karena diduga dibuat suanggi. Meskipun pada akhirnya, tidak ditemukan bukti tindak pidana, namun sebagian masyarakat NTT percaya bahwa suanggi mempunyai kekuatan magis yang mengakibat orang lain celaka bahkan meninggal dunia. *
DAFTAR PUSTAKA
Badan Bahasa. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi V. Jakarta: Balai Pustaka.
Bakuama, Darso Arief. 2015. “Suanggi, Magic Ala Pulau Rote,” dalam Dakwatuna.com, pada Sabtu, 30 April 2022. Lihat: http://www.dakwatuna.com/2015/03/02/64989/suanggi-magic-ala-pulau-rote/#ixzz7RuSR3HrW. Diakses pada 30 April 2022.
Bani, Chris. 2022. “Dituduh Tukang Suanggi, Warga Kupang Barat Dianiaya Hingga Meninggal Dunia,” dalam InfoNTT.com, pada Senin, 25 April 2022.
Lihat https://InfoNTT.com/dituduh-tukang-suanggi-warga-kupang-barat-dianiaya-hingga-meninggal-dunia. Diakses pada Senin, 25 April 2022.
Kholifatu, Arisni & Tengsoe Tjahjono. 2020. “Subaltern dalam Novel Arok Dedes Karya Pramoedya Ananta Toer: Kajian Poskolonial Gayatri Spivak,” dalam Stilitika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra. Volume 13, Nomor 1, halaman 120-126.
Newswire. 2018. “Alor Gelar ‘Lomba Terbang’
dengan Kekuatan Metafisika,” dalam Traveling.bisnis.com.
Lihat https://traveling.bisnis.com/read/20180320/224/751983/alor-gelar-lomba-terbang-dengan-kekuatan-metafisika. Diakses pada
Minggu, 1 Mei 2022.
Salukh, Neno Anderias. 2021. “Alaut, Suanggi yang Sangat Ditakuti Suku Dawan, Timor,” dalam
Kompasiana.com, pada 27 November 2021.
Lihat: https://www.kompasiana.com/neno1069/61a191e462a7040fe1564102/ alaut-suanggi-yang-sangat-ditakuti-suku-dawan-timor?page=all. Diakses pada Senin, 25 April 2022.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Cetakan ke-5. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sehandi, Yohanes. 2015. “Polisi Buang Sine dan Cerita Ilmu Hitam,” dalam Pos Kupang, Kamis, 8 Oktober 2015.
Sehandi, Yohanes. 2018. “Mencari Ilmu dalam Sastra NTT,” dalam Pos Kupang, 2 Januaro 2018.
Sijaranamual, Julius R. 1967. “Bulan Mati,” dalam Horison, Nomor 2, Tahun II, Februari 1967.
Sine, Buang. 2015. “Panta Merah,” dalam Luthfi Baihaqi (Editor) Cerita dari Selat Gonsalu, Antologi Cerpen Sastrawan NTT. Kupang: Kantor Bahasa NTT.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2015. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Edisi Ketiga. Jakarta: Prenada Media Group.
Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka.
Putra, Dion DP. 2010. “Suanggi,” dalam Pos-Kupang.com. pada 6 September 2010.
Lihat: https://kupang.tribunnews.com/2010/09/06/suanggi. Diakses pada Senin, 25 April 2022.
Tempomedia. 1993. "Sembilan Korban Suanggi di Sidabui," dalam Tempomedia, pada 20 Maret 1993. Diakses pada 30 April 2022.
Wikipedia, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Suanggi. Diakses pada Minggu, 1 Mei 2022.
Post a Comment for "Fenomena Suanggi dan Ilmu Hitam di NTT"