Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kuliah Bahasa Indonesia, Kuliah Menulis


Salah Satu Tulisan dalam Buku Dunia Tulis-Menulis (2021) Halaman 157-163

Hampir semua perguruan tinggi (PT) di Indonesia membuka mata kuliah (MK) Bahasa Indonesia. MK ini diberikan kepada semua program studi, selain Program Studi (Pendidikan) Bahasa dan Sastra Indonesia. Di samping merupakan tuntutan kurikulum nasional, baik Kurikulum  KKNI maupun Kurikulum MBKM, MK ini sangat dibutuhkan mahasiswa.

Ada program studi di PT yang memberi status MK ini sebagai mata kuliah umum (MKU), ada pula yang memberi status sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK). Jumlah satuan kredit semester (SKS) untuk MK ini juga bervariasi. Ada yang 2 SKS, ada yang 3 SKS.   

Orang yang tidak tahu tujuan MK ini, tentu bertanya: Untuk apa MK ini diberikan? Bukankah para mahasiswa sudah pernah belajar bahasa Indonesia secara formal selama 12 tahun, dari SD/MI, SMP/MTs sampai SMA/MA/SMK? Bukankah sebagian besar mahasiswa kita sudah terbiasa menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari? Bukankah MK ini hanya membuang-buang waktu, tenaga, dan biaya saja?

Pertanyaan-pertanyaan di atas wajar saja. Itu karena belum atau tidak tahu apa tujuan MK ini diberikan kepada mahasiswa di PT. Di sini akan dijelaskan tujuan akhir MK ini diberikan kepada mahasiswa. Semoga setelah mengetahui tujuan akhir MK ini, pertanyaan-pertanyaan di atas tidak perlu dikemukakan lagi. Perlu diketahui bahwa tujuan akhir MK ini sudah jauh berbeda dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada waktu di SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK.

Berdasarkan pelacakan dokumen MK Bahasa Indonesia dalam sejumlah Kurikulum Nasional PT, sejak dahulu sampai dengan saat ini, tujuan akhir MK ini relatif tetap sama dan dirumuskan dengan baik. Adapun tujuan akhir MK Bahasa Indonesia di PT dalam hampir semua kurikulum PT adalah: “Agar mahasiswa mampu atau terampil menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan karangan, terutama karangan ilmiah.” Itulah tujuan akhir MK Bahasa Indonesia. Penekanan MK ini pada kemampuan atau keterampilan berbahasa tulis, bukan berbahasa lisan. Kemampuan atau keterampilan berbahasa lisan tidak menjadi tujuan akhir lagi. Inilah perbedaan mendasar tujuan Pelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK, dengan tujuan MK Bahasa Indonesia di PT.

Kuliah Menulis

Mengapa tujuan akhir MK Bahasa Indonesia di PT pada kemampuan atau keterampilan berbahasa tulis? Ada beberapa alasan dan pertimbangan mendasar, sebagai berikut.

Pertama, kemampuan rata-rata mahasiswa Indonesia dalam bidang tulis-menulis sangat lemah. Ini harus diakui. Keluhan para dosen, terutama dosen pembimbing skripsi, dari tahun ke tahun terus saja terjadi. Yang dikeluhkan, tidak hanya menyangkut penggunaan bahasa (tata bahasa) Indonesia yang morat-marit, tetapi juga menyangkut penalaran (kelogisan berpikir) yang tidak runtun, dan komposisi (tata susunan) karya tulis yang tidak beraturan. Tiga jenis keluhan para dosen terhadap bahasa tulis mahasiswa bagaikan lagu lama yang diperbarui setiap tahun. Merajalelanya kegiatan jiplak-menjiplak serta bajak-mambajak skripsi dalam lingkungan PT di Indonesia, antara lain disebabkan oleh kelemahan mahasiswa dalam bidang penulisan.

Kedua, pengajaran mengarang atau menulis di SMP/MTS dan SMA/MA/SMK kurang menunjukkan hasil yang memadai pada sebagian besar mahasiswa baru yang masuk PT. Meskipun dalam Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs dan SMA/MA/SMK terdapat pokok bahasan “menulis karangan,” pelaksanaannya dalam kelas tidak menunjukkan hasil yang optimal. Kendala yang dihadapi cukup banyak, antara lain (1) rata-rata guru Bahasa Indonesia di SMP/MTs  dan SMA/MA/SMK kurang memiliki kemampuan menulis, apalagi menulis karangan ilmiah; (2) sistem ujian di SMP/MTs dan SMA/MA/SMK kurang menunjang keterampilan mengarang siswa dengan munculnya ujian jenis objektif (sistem pilihan ganda atau benar-salah); dan (3) siswa itu sendiri sebagai salah satu ciri umum orang Indonesia yang budaya baca tulisnya masih sangat rendah, sebaliknya lebih suka berbahasa lisan. Pada era digital sekarang ini, kelemahan itu terus saja terjadi. Para mahasiswa kita lebih banyak membaca atau membagi tulisan orang lain di media sosial (medsos) dibandingkan memproduksi tulisan sendiri kemudian dibagi kepada orang lain.

Ketiga, sistem SKS yang diterapkan pada hampir semua PT di Indonesia, yang salah satu cirinya mengutamakan penilaian berkelanjutan terhadap kemampuan belajar seorang mahasiswa. Dalam sistem baru ini mahasiswa wajib menyusun tugas-tugas perkuliahan yang sebagian besar dalam bentuk tulisan atau karya tulis, seperti esai, opini, ringkasan, makalah, laporan, dan artikel. Pada tingkat akhir, mahasiswa pun diwajibkan untuk menyusun proposal penelitian dan skripsi. Setelah jadi sarjana pun, seseorang dituntut tanggung jawab moralnya untuk mewariskan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dalam bentuk karya tulis, seperti artikel, makalah, dan buku.

Karena MK Bahasa Indonesia ini mengutamakan kemampuan berbahasa tulis, maka MK ini jadinya bersifat interdisipliner. MK ini tidak hanya menyangkut bidang bahasa Indonesia saja, tetapi juga menyangkut bidang ilmu pada program studi yang dijadikan landasan penalaran dalam berbahasa. Artinya, materi MK Bahasa Indonesia yang diajarkan harus disesuaikan dengan kepentingan bidang ilmu pada program studi mahasiswa yang bersangkutan. Sekurang-kurangya akan diperlihatkan kaitan “bahasa Indonesia”dengan program studi di mana mata kuliah itu diajarkan. Misalnya, MK Bahasa Indonesia di Program Studi Ilmu Hukum, materi karya tulis yang dihasilkan mahasiswa tentu berkaitan dengan bidang hukum. MK Bahasa Indonesia di Program Studi Pendidikan Fisika, materi karya tulis yang dihasilkan mahasiswa tentu berkaitan dengan bidang pendidikan fisika.

Materi Kuliah

Agar tujuan MK Bahasa Indonesia ini tercapai, harus disiapkan materi kuliah yang sesuai. Materi kuliah sekurang-kurangnya mencakup tiga bidang, yakni bidang kebahasaan (tata bahasa), bidang penalaran (kelogisan berpikir), dan metodologi penulisan (tata susunan karya tulis).

Pertama, bidang kebahasaan. Materi kebahasaan yang diajarkan menyangkut penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penyusunan karya tulis. Teori bahasa (linguistik) diberikan sejauh menunjang kemampuan berbahasa tulis. Materi kebahasaan yang diberikan, antara lain penggunaan ejaan yang baik dan benar, pemilihan dan penggunaan kata (diksi), penyusunan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf. Untuk penulisan karya ilmiah, mahasiswa harus terampil menyusun kutipan, membuat catatan kaki, menyusun daftar pustaka. 

Kedua, bidang penalaran. Penalaran di sini maksudnya, suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain sehingga membentuk satu-kesatuan gagasan yang dapat diterima akal sehat. Dengan demikian, bahasa tulis yang dihasilkan mahasiswa itu mencerminkan usahanya menghubung-hubungkan fakta dan data yang ada untuk menurunkan suatu kesimpulan yang masuk akal. Penalaran sebagai dasar kegiatan bepikir mahasiswa hendaknya mampu terjelma dalam seluruh tata tingkat karya tulis yang disusunnya. Unsur penalaran yang diperhatikan di sini, antara lain: teknik perumusan definisi, hubungan logis antara kalimat satu dengan kalimat yang lain, koherensi antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain, menarik kesimpulan sesuai isi tulisan, dan lain-lain.

Ketiga, bidang metodologi penulisan. Sebuah karya tulis yang disusun dengan isi yang berbobot serta bahasa Indonesia baik dan benar, harus ditata dengan metologologi penulisan (tata susunan) karya tulis yang baik dan benar. Materi kuliah yang termaksud dalam bidang ini, antara lain perencanaan penulisan, sistematika penulisan, kerangka tulisan, penyusunan kutipan, catatan kaki, dan daftar pusaka. Semuanya harus disusun dengan cermat dan masuk akal.

Faktor Penunjang

Keberhasilan MK Bahasa Indonesia ini perlu didukung oleh berbagai faktor penunjang. Beberapa faktor penunjang keberhasilan MK ini sebagai berikut.

Pertama, faktor jam perkuliahan. Karena mata kuliah ini menekankan pada kemahiran atau keterampilan menggunakan bahasa tulis, bukan penguasaan secara teoretis, maka latihan-latihan penulisan karangan menjadi fokus utama MK ini. Oleh karena itu, jumlah jam perkuliahan harus disediakan secukupnya, walaupun jumlah SKS-nya tidak banyak. Harus disadari bahwa suatu kemahiran tidak mudah diperoleh tanpa diikuti pelatihan-pelatihan yang cukup dan terus-menerus.

Kedua, faktor jumlah mahasiswa. Karena mata kuliah ini membutuhkan banyak pelatihan, maka jumlah mahasiswa setiap kelas harus dibatasi. Yang ideal sekitar 25-30 orang setiap kelas. Dengan demikian, dosen MK ini dapat memperhatikan secara saksama kemajuan dan tingkat kemahiran menulis setiap mahasiswa dengan membaca dan mencoret kesalahan-kesalahan yang terdapat pada karya tulis setiap mahasiswa. Kalau mahasiswa terlalu banyak, dosen pengasuh mengalami kesulitan untuk membaca mencoret karya tulis mahasiswa yang terlalu banyak. Di samping kuliah secara daring (online), sesekali juga perlu kuliah secara luring (tatap muka) untuk memberi pelatihan menulis kepada mahasiswa.

Ketiga, faktor motivasi mahasiswa. Mahasiswa harus memiliki motivasi kuat untuk mengikuti MK ini dengan serius. Tanpa motivasi kuat, mahasiswa yang mengikuti MK ini hanya berpikir mengejar nilai atau mengikutinya secara terpaksa karena MK ini wajib. Motivasi itu tumbuh dari keseluruhan situasi perkuliahan. Tanpa motivasi dan kesadaran sendiri, mahasiswa hanya berpikir utuk mendapat nilai akhir saja, bukan pada keterampilan menulis karangan.

Keempat, faktor dosen pengasuh. Dosen pengasuh MK Bahasa Indonesia harus memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan akhir MK ini. Adapun kemampuan yang harus dimiliki dosen pengasuh MK ini, di samping menguasai perangkat bahasa tulis, dosen pengasuh harus terampil menulis berbagai jenis karangan, baik karangan pendek untuk media sosial (medsos) maupun karangan populer, karangan ilmiah populer, dan karangan ilmiah. Bagaimana mungkin mahasiswa bisa terampil menulis karangan kalau dosen pengasuh saja kacau-balau dalam menulis karangan?

Kelima, faktor dukungan dosen lain. Dukungan dosen lain sangat dibutuhkan untuk keberhasilan MK ini. Bentuk dukungan itu, antara lain dengan mewajibkan para mahasiswa mengerjakan tugas-tugas perkuliahan berupa karya tulis agar disusun dengan baik dan benar, tidak saja menyangkut isi karya tulis itu, tetapi juga menyangkut penggunaan bahasa Indonesia, yang meliputi penggunaan ejaan, pemilihan kata, penyusunan kalimat, penyusunan paragraf, penyusunan kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka. Kalau dosen-dosen lain menunjukkan sikap tidak peduli terhadap penggunaan bahasa tulis para mahasiswa, maka dosen-dosen lain itu juga ikut mempengaruhi keberhasilan MK Bahasa Indonesia ini.


Oleh Yohanes Sehandi
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Flores, Ende

(Salah Satu Tulisan dalam Buku Dunia Tulis-Menulis (2021) Halaman 157-163)
(Blog, 17 September 2021)

 

Post a Comment for "Kuliah Bahasa Indonesia, Kuliah Menulis"