Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Artikel Opini

Istilah artikel berasal dari bahasa Inggris article, yang artinya karangan, tulisan dalam surat kabar dan majalah (John M. Echols dan Hassan Shadily dalam Kamus Inggris Indonesia, 1996, halaman 39). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat KBBI), “artikel” diartikan sebagai “karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya” (KBBI, 2001, halaman 66), sedangkan “opini” dalam kamus yang sama, diartikan sebagai “pendapat, pikiran, pendirian” (KBBI, 2001, halaman  800). Dengan demikian, artikel opini adalah sebuah karya tulis lengkap yang berisi pendapat, pikiran atau pendirian seseorang yang dimuat dalam surat kabar atau majalah.

Pada era informasi dan komunikasi sekarang ini, artikel opini mempunyai daya sihir (pikat) yang luar biasa. Artikel opini termasuk jenis tulisan favorit di banyak media massa, digemari banyak pembaca di manapun. Tulisan jenis ini juga sangat efektif dalam menyebarluaskan gagasan atau pandangan kepada masyarakat umum. Banyak orang yang menjadi terkenal bahkan sangat terkenal karena menulis artikel opini di media massa, baik media cetak seperti surat kabar dan majalah, maupun media siber (media online).

Menulis opini di media massa sungguh membanggakan dan mendatangkan kepuasan batin yang tak tergantikan. Mereka yang tulisannya sering tembus (dimuat) media massa, apalagi media itu oplahnya besar dan jangkauan peredarannya luas, tentu dibaca banyak orang dengan beragam latar belakang sosial dan tingkat pendidikan. Wacana publik pun terbentuk setelah orang membaca artikel opini seseorang di media massa, sehingga berperan besar membentuk opini publik.

Artikel opini dapat menawarkan solusi guna memecahkan masalah krusial yang tengah dihadapi masyarakat. Artikel opini bisa menyatukan pendapat yang berbeda, bisa pula mengundang kontroversi. Artikel opini bisa menyulut perang, bisa pula mendatangkan perdamaian antara sesama, bangsa, dan negara. Artikel opini bisa mengalahkan pedang, senjata, bom, dan lain-lain. Ingatlah kita akan ungkapan: “Pena bisa lebih tajam daripada pedang!” Pena maksudnya adalah tulisan atau artikel, termasuk artikel opini.

Tahapan Menulis Artikel Opini

Pertama, tahap menggali ide. Tahap menggali ide atau gagasan adalah proses awal yang sangat mendasar dalam penulisan artikel opini atau penulisan jenis karangan apapu. Ada banyak hal yang bisa menjadi sumber ide. Sumber ide yang melimpah dan tak habis-habisnya adalah dengan membaca, yakni membaca buku, majalah, surat kabar, kliping, berbagai dokumen, atau media sosial yang berbasis internet. Selain membaca banyak, beragam peristiwa juga bisa menjadi pemicu munculnya ide atau gagasan untuk menulis opini. Dalam keseharian kita, baik yang dialami sendiri mapun diketahui dari media massa atau cerita orang lain, bisa menjadi sumber ide untuk dituliskan. Sumber ide yang lain adalah menonton televisi, film, sinetron, berdiskusi, seminar, mendengar radio, merenung atau membuat peta pemikiran.

Kedua, tahap membuat kerangka. Tahap ini berupa membuat kerangka atau peta ide-ide secara garis besar dan sistematis agar menjadi teratur dan berwujud. Dalam proses ini, seorang penulis membuat daftar hal-hal yang terkait dengan ide atau topik. Setelah tertuang dalam tulisan, ide yang tercecer itu diurutkan dalam sebuah kerangka tulisan agar menjadi sistematis dan utuh.

Ketiga, tahap memberi judul. Judul adalah kepala karangan. Judul menjadi merek dagang (trade mark) pertama sebuah artikel, karena yang dilihat pertama oleh pembaca adalah judul. Judul akan sangat menentukan bagi seorang pembaca untuk membaca atau behenti membaca. Oleh karena itu, judul mesti dibuat semenarik mungkin dengan tanpa mengabaikan isi. Judul sebaiknya dibuat pendek saja, namun harus tetap jelas maknanya. Judul yang ideal menurut para ahli sekitar 3-5 kata. Cara yang paling mungkin adalah dengan mengambil sejumlah kata kunci dari isi artikel, lantas merangkainya dalam sebuah frasa atau klausa. Sebagian besar judul opini dengan bentuk klausa yang dimulai dengan kata kerja untuk membuat kesan lugas.

Keempat, tahap menulis paragraf pertama. Paragraf pertama adalah merek dagang kedua sebuah artikel, setelah judul. Jika disampaikan dengan menarik, pambaca akan putuskan untuk terus membacanya. Jika penulis gagal mencitrakan opininya pada paragraf pertama, kemungkinan besar pembaca akan membaca tulisan lainnya. Paragraf pertama yang biasanya disebut lead berfungsi untuk menyapa pembaca. Lead mesti mencerminkan fokus dari tulisan yang akan dibahas. Lead juga mesti dipoles sedemikan rupa sehingga tampak jelas dan menggugah minat para pembaca. Meski diletakkan pada bagian awal, lead tidak harus disusun terlebih dahulu, bisa dibuat setelah seluruh artikel selesai disusun. Jangan ragu-ragu untuk sering menyempurnakan paragraf pertama, agar terjamin citranya yang  menarik.

Kelima, tahap menulis tubuh artikel. Sebaiknya artikel dibuat ramping dan penuh asesoris! Adapun maksudnya, artikel opini harus ringkas dan padat. Penuh daya tarik karena penggunaan kata, ungkapan, kalimat yang menarik dan bervariasi. Tulisan yang ramping dan penuh asesoris membuat orang tidak bosan dalam membacanya. Usahakan jangan ada kejanggalan yang terdapat dalam tulisan yang membuat pembaca mengerutkan dahi. Rangkaian kalimat dalam artikel harus elegan. Hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya harus koheren dan runtun. Juga hubungan ide dalam paragraf yang satu dengan yang lain harus mengalir berkesinambungan.

Keenam, tahap menyusun paragraf. Kalimat-kalimat disusun dalam paragraf-paragraf. Kalimat pertama mengemukakan apa yang akan disampaikan. Kalimat berikutnya menjelaskan satu sisi spesifik dari kalimat pertama. Jika belum jelas, perlu dijelaskan lagi pada kalimat berikutnya, atau paragraf berikutnya. Dalam teori paragraf, kalimat pertama adalah kalimat topik, sedangkan kalimat berikutnya adalah kalimat pendukung. Semua kalimat dalam paragraf harus mendukung satu gagasan pokok yang merupakan inti paragraf. Penempatan kalimat topik bisa pada awal (deduktif) bisa pula pada akhir (induktif) paragraf. Kepaduan atau koherensi antara kalimat bisa ditandai dengan adanya kata ganti, kata sambung, atau pengulangan kata tertentu dari kalimat sebelumnya. Kalimat dalam paragraf sebaiknya juga jangan terlalu banyak agar paragraf tidak terlalu panjang. Paragraf yang ideal cukup terdiri atas 3 atau 4 kalimat saja.

Pergantian dari satu paragraf mesti dibuat sewajar dan semengalir mungkin. Pokok pikiran sebuah bagian usahakan tuntas dalam satu paragraf. Pergantian antara paragraf bisa dengan menggunakan pengulangan kata kunci (kata transisi) dari paragraf sebelumnya agar terasa lebih soft dan tidak kaku. Istilah aksesoris yang dimaksudkan di atas maksudnya agar artikel itu penuh warna-warni menarik dan menawan. Warna-wani itu bisa muncul dari kosakata yang beragam. Sebaiknya penulis menggunakan istilah yang mirip untuk menyebut hal atau arti yang sama.

Ketujuh, tahap menulis bagian akhir. Sebuah artikel opini perlu memberikan solusi atas masalah yang tengah dibahas. Bagian ini menjadi penting karena mencerminkan pendapat penulis dalam menawarkan solusi atas masalah. Berilah kesan khusus pada benak pembaca atas artikel opini yang baru selesai dibacanya. Kesan khusus itulah yang akan terus diingat pembaca.

Mengedit Artikel Opini

Banyak penulis artikel opini yang terkenal memberikan nasihat dan saran agar calon penulis artikel opini tidak perlu takut salah pada waktu menulis. Pada saat menulis seseorang tidak boleh terjerembab dalam penyesalan atas setiap kesalahan yang dilakukannya dalam menulis. Terus saja menulis sampai akhir dengan mengalir tanpa harus merisaukan kesalahan apapun. Kesalahan yang terjadi dalam menulis nanti ada waktu khusus untuk memperbaikinya, yakni pada waktu tahapan mengedit atau menyuntingnya. Ada dua jenis pengeditan atau penyuntingan, yakni pengeditan secara redaksional dan pengeditan secara substansial.

Pertama, pengeditan secara redaksional. Tujuannya untuk memastikan bahwa artikel opini yang telah disusun tidak memiliki kesalahan bahasa, seperti kesalahan penulisan huruf besar dan huruf kecil, penggunaan tanda-tanda baca, penulisan huruf miring dan hurif tebal, penggunaan kata, penulisan singkatan dan akronim, pengetikan, dan lain-lain. Ingat, artikel opini akan dibaca masyarakat luas sehingga kesalahan sekecil apapun harus dihindari.

Kedua, pengeditan secara substansial. Tujuannya untuk memastikan bahwa artikel opini itu terhindari dari kesalahan isi atau substansi yang dibahas. Pengeditan ini sangat penting agar kekuatan atau bobot artikel yang disusun bisa terjaga dan terjamin benar isinya. Hal yang mesti diperiksa adalah koherensi atau kepaduan dari keseluruhan isi artikel dari awal sampai akhir. Setiap kata dalam kalimat, setiap kalimat dalam paragraf, dan setiap paragraf dalam keseluruhan artikel harus memiliki kepaduan yang semuanya mendukung tema atau pokok permasalahan yang diangkat dalam artikel opini. Isi artikel harus didukung dengan fakta dan data, bukan hoaks.

Jika semua unsur itu dirasa belum padu, editlah sekali lagi. Proses mengedit adalah proses yang terus-menerus dilakukan sampai penulis merasa bahwa semua unsur dalam artikel itu tidak ada lagi yang cacat, siap untuk dikirim ke media massa. Ada banyak artikel opini ditolak media massa karena tidak cermat dalam pengeditan. Ini tentu disayangkan, ide brilian yang terdapat dalam artikel opini itu tidak sampai ke publik hanya karena proses pengeditan yang tidak matang.

Cermat Menggunakan Ejaan

Ejaan merupakan perangkat bahasa tulis yang mutlak dikuasai seorang penulis. Kegiatan menulis pada dasarnya adalah kegiatan menggunakan ejaan. Seseorang tidak akan bisa menghasilkan tulisan yang bermutu apabila tidak bisa menggunakan ejaan dengan baik dan benar. Ejaan dan bahasa tulis tak dapat dipisahkan.

Persoalan ejaan adalah persoalan bahasa tulis. Sayangnya sebagian besar calon penulis kita tidak menyadari pentingnya penguasaan ejaan dalam penulisan, termasuk penulisan artikel opini untuk media massa (surat kabar dan majalah). Banyak artikel opini yang gagal dipublikasikan karena penulisnya gagal menggunakan ejaan dengan benar. Ada banyak orang  bercita-cita menjadi penulis, tetapi tidak berusaha sungguh menguasai ejaan, cita-citanya tinggallah cita-cita.

Ejaan merupakan perangkat bahasa tulis yang mengatur hal-hal mendasar yang meliputi (1) bagaimana menuliskan huruf-huruf (huruf besar, huruf kecil, huruf miring, dan huruf tebal), (2) bagaimana menuliskan tanda-tanda baca (titik, koma, titik dua, tanda tanya, dan lain-lain), (3) bagaimana menuliskan kata-kata (kata dasar, kata turunan, partikel, kata ulang, kata depan, singkatan, dan akronim), dan (4) bagaimana menuliskan angka dan lambang (angka arab, angka romawi, lambang kimia, lambang ukuran, dan lain-lain).

Untuk para calon penulis artikel opini, berikut ini disarankan sejumlah tips yang perlu diperhatikan pada waktu menulis artikel opini. Dengan mengetahui ketentuan dan kelaziman ini, kiranya para calon penulis terhindar dari kesalahan penggunaan ejaan yang terlalu sering terjadi.

Pertama, pemilihan jenis huruf. Jenis huruf yang digunakan dalam penulisan artikel opini, juga untuk penulisan resmi lain, adalah huruf Times New Roman (TNR), besar huruf 12, dengan jarak spasi 1,5. Inilah jenis dan besar huruf untuk penulisan resmi sebagai huruf standar yang digunakan secara umum. Biasakan diri menulis dengan menggunakan jenis huruf TNR.

Kedua, penulisan judul. Berbeda dengan judul karya tulis ilmiah, seperti artikel ilmiah, makalah ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis dengan “huruf besar semua,” judul artikel opini hanya huruf awal kata saja yang ditulis dengan huruf besar, meskipun ada kekecualiannya. Kekecualiannya adalah sejumlah kata sambung yang ditulis huruf kecil, yakni kata: di, ke, dari, kepada, yang, dan, dengan, dalam, untuk. Judul artikel besarnya huruf 14 fon,  lebih besar dari huruf teks yang besarnya 12.

Ketiga, penggunaan huruf miring. Sesuai dengan ketentuan ejaan yang berlaku (PUEBI), huruf miring (kursif) hanya digunakan (1) untuk menuliskan judul buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan, (2) untuk menuliskan kata (istilah) bahasa asing dan bahasa daerah yang digunakan dalam tulisan, dan (3) untuk menuliskan kata atau kelompok kata yang dipentingkan atau diberi penekanan khusus dalam tulisan. 

Keempat, penggunaan huruf tebal. Untuk artikel opini, huruf tebal (bold) hanya digunakan pada judul dan subjudul artikel. Judul artikel opini, di samping menggunakan huruf yang besarnya 14 fon, juga harus ditebalkan sehingga penampilan judul artikel  berbeda dan khas. Kalau artikel opini itu agak panjang, bisa dipakai subjudul agar pembaca tidak jenuh membacanya. Subjudul itu harus ditulis dengan huruf tebal, sedangkan besarnya huruf sama dengan teks artikel, yakni 12 fon.

Kelima, penggunaan kata depan. Ada dua kata depan yang seharusnya ditulis terpisah, tetapi seringkali ditulis serangkai, yakni kata depan di dan ke. Penulisan dua kata depan ini dikacau-balaukan dengan penulisan awalan di- dank ke-. Kata depan dan awal mempunyai fungsi dan makna yang berbeda sehingga penulisannya juga berbeda. Sesuai dengan ketentuan EYD, kata depan di dan ke ditulis terpisah dengan kata yang mengikutiya, sedangkan awalan di- dan ke- ditulis serangkai (sama halnya menuliskan awalan me- dan pe-). Cara membedakannya gampang, yakni apabila kata atau kata-kata yang berada di belakang di atau ke itu menunjukkan arti ‘tempat’ atau ‘jarak’ maka di atau ke itu adalah kata depan, dan karena kata depan maka ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.

Keenam, penggunaan singkatan dan akronim. Kesalahan yang sering terjadi, orang menuliskan singkatan atau akronim dengan huruf besar semua, padahal ketentuanya tidak begitu. Ketentuannya, singkatan atau akronim ditulis dengan ‘huruf besar semua’ apabila diambil huruf pertama dari setiap kata. Singkatan dan akronim yang “tidak” diambil huruf pertama dari setiap kata, tidak ditulis dengan huruf besar semua.

Ende, Flores, Mei 2021


Oleh Yohanes Sehandi
Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Flores

(Salah satu pokok bahasan dalam Mata Kuliah Dasar-Dasar Menulis di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Flores, Ende)

 

2 comments for "Mengenal Artikel Opini"

  1. Bagus untuk pemula, ada panduan. Biasanya, sulit untuk memulai. Bagus ini artikel.

    ReplyDelete