Festival Sastra dan Temu 2 Sastrawan NTT 2015
Setelah sukses menyelenggarakan Temu 1 Sastrawan NTT di Kupang pada 30-31 Agustus 2013 lalu, kini Kantor Bahasa Provinsi NTT (instansi verstikal Badan Bahasa, Kemendikbud RI) menyelenggarakan Temu 2 Sastrawan NTT yang akan berlangsung di Universitas Flores (Uniflor), Ende. Kalau pada Temu 1 sekitar 40 orang sastrawan NTT yang hadir, pada Temu 2 ini diperkirakan lebih banyak lagi sastrawan NTT yang hadir.
Temu 2 Sastrawan NTT di Uniflor merupakan amanat/rekomendasi Temu 1 Sastrawan NTT di Kupang. Kantor Bahasa Provinsi NTT menjadi penyelenggara pertemuan sastrawan NTT sekali dalam dua tahun secara berkala. Terima kasih kepada Kantor Bahasa Provinsi NTT lewat pimpinannya, Muhamad Luthfi Baihaqi, yang memberi perhatian besar pada pengembangan potensi sastra anak tanah Flobamora ini.
Temu 2 Sastrawan NTT tahun 2015 ini
disatukan dengan festival sastra, sehingga nama besar hajatan bermartabat ini adalah
“Festival Sastra dan Temu 2 Sastrawan NTT.” Dilaksanakan selama satu minggu,
Senin sampai Sabtu (5-10 Oktober 2015). Ada empat jenis kegiatan, yakni
perlombaan sastra yang melibatkan 200-an siswa dan mahasiswa, bengkel
(pelatihan) penulisan karya sastra (cerpen, novel sejarah, kritik sastra) yang
melibatkan 300-an peserta, temu 2 sastrawan NTT, dan safari sastra para
sastrawan NTT.
Tujuh mata perlombaan sastra berupa (1) lomba membaca puisi bagi siswa SD/MI, (2) lomba menulis opini/esai sastra bagi siswa SMA/MA/SMK, (3) lomba bercerita cerita rakyat bagi siswa SMP/MTs, (4) lomba mendongeng bagi guru TK/PAUD/SD/MI, (5) lomba musikalisasi puisi bagi siswa SMP/MTs dan siswa SMA/MA/SMK, (6) lomba majalah dinding bagi siswa SMA/MA/SMK, dan (7) lomba menulis kritik cerpen bagi mahasiswa. Para pemenang tujuh mata lomba ini akan mendapatkan hadiah uang tunai, tropi, dan setifikat dari Kantor Bahasa Provinsi NTT yang nilainya hampir Rp 50 juta.
Kegiatan pelatihan (bengkel) penulisan sastra meliputi penulisan cerita pendek (bersama Gerson Poyk dan Fanny Poyk), penulisan kritik sastra (A.S. Laksana dan Yoseph Yapi Taum), dan penulisan novel sejarah (Tasaro GK dan Seno Gumira Adjidarma). Pada malam hari diisi dengan diskusi sastra dan peluncuran buku sastra.
Puncak kegiatan berlangsung pada Jumat (9 Oktober 2015) berupa Temu 2 Sastrawan NTT, dibuka Gubernur NTT/Bupati Ende. Para narasumber adalah Mahsun (Kepala Badan Bahasa, Kemendikbud RI), Stephanus Djawanai, (Rektor Uniflor), Yoseph Yapi Taum (kritikus/pakar sastra dari Universitas Sanata Dharma), Cecep Samsul Hari (pakar sastra digital), Hermin Y. Kleden (redaktur budaya Tempo Media Grup), dan Narudin Pituin (sastrawan/penerjemah sastra).
Hari terakhir Sabtu kegiatan safari sastra ke Danau Kelimutu, Situs Bung Karno, dan Taman Renungan Bung Karno. Para sastrawan NTT akan menulis berbagai jenis karya sastra, mengangkat citra dan kekayaan alam, lingkungan, dan keunikan budaya dan masyarakat Kabupaten Ende. Karya sastra mereka akan dibukukan.
Banyak manfaat dan nilai yang diperoleh dalam hajatan berbudaya ini, antara lain (1) kesempatan memperkenalkan sastra NTT dan para sastrawannya kepada masyarakat luas, baik di tingkat regional NTT maupun di tingkat nasional, (2) kesempatan menggali potensi kekayaan lokal anak NTT di bidang sastra dan budaya yang dapat dijadikan sebagai sarana diplomasi budaya Provinsi NTT di tingkat nasional dan internasional, (3) mendorong generasi muda NTT agar tertarik menggeluti dan mencintai dunia sastra, baik sastra dalam pengertian khusus maupun sastra dalam pengertian luas.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir setelah saya mundur dari gebalau politik sebagai anggota DPRD Provinsi NTT (1999-2009) saya masuk kampus Uniflor dan melakukan penelitian tentang sastra dan sastrawan NTT. Lewat penelusuran data sejarah sastra NTT, saya menemukan sastra NTT lahir pada tahun 1961, yakni pada saat orang NTT pertama menulis karya sastra dan mempublikasikannya untuk masyarakat umum. Orang NTT yang berjasa itu adalah Gerson Poyk. Beliaulah perintis sastra NTT.
Data otentik karya Gerson Poyk sebagai karya awal sastra NTT berupa cerita pendek berjudul “Mutiara di Tengah Sawah,” dimuat dalam majalah Sastra (edisi Tahun I, Nomor 6, Oktober 1961) dan mendapat hadiah sebagai cerpen terbaik pada tahun 1961 itu. Majalah Sastra adalah majalah bulanan yang khusus menerbitkan karya-karya sastra, terbit pertama kali tahun 1961, dipimpin H.B. Jassin dan M. Balfas. Di samping sebagai perintis penulisan cerpen, Gerson Poyk juga perintis penulisan novel dengan novel pertamanya berjudul Hari-Hari Pertama (BPK Gunung Mulia, 1964).
Setelah Gerson Poyk merintis penulisan cerpen (1961) dan novel (1964), muncul perintis penulisan puisi, yakni Dami N. Toda. Dami Toda menulis dan mempublikasikan karya puisi pertamanya pada tahun 1969. Data otentik yang saya temukan, judul puisi pertama Dami Toda adalah “Sesando Negeri Savana” dimuat dalam majalah Sastra (edisi Juli, Nomor 7, Tahun 1969). Puisi Dami kedua tahun 1973 berjudul “Epitaph Buat Daisia Kecil” dimuat dalam majalah sastra Horison (edisi Desember, Nomor 12, Tahun VIII, 1973). Dan puisi Dami Toda yang ketiga pada tahun 1977 berjudul “Pidato Kuburan Seorang Pembunuh (Tragedi Pendendam Tua di Adonara)” dimuat Majalah Dian (Nomor 1, Tahun V, 24 Oktober 1977). Pada bagian akhir puisi ini tertulis, Mei 1967, artinya puisi ini diciptakan tahun 1967. Dari segi penciptaannya, puisi dimuat Majalah Dian (terbitan Ende, Flores) ini adalah puisi pertama Dami, namun dilihat dari segi tahun publikasinya, puisi yang dimuat majalah Sastra (1969) adalah puisi pertama Dami.
Pada tahun 2015 ini, usia sastra NTT 54 tahun terhitung sejak tahun 1961. Berdasarkan hasil penelitian yang tertuang dalam buku terbaru saya Sastra Indonesia Warna Daerah NTT (2015) diterbitkan Penerbit Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, sampai dengan tahun 2015 ini sebanyak 44 sastrawan NTT yang berkarya dalam bidang sastra dan budaya. Mereka telah berjasa mengangkat citra Provinsi NTT dalam panggung sastra Indonesia. Mereka adalah para duta besar kita yang telah memainkan peran diplomasi budaya NTT di tingkat nasional dan internasional.
Dalam buku yang telah disebutkan di atas, saya mencatat 135 judul sastra yang telah dihasilkan para sastrawan NTT selama 54 tahun terakhir ini. Adapun perinciannya, 56 judul buku novel, 37 judul buku kumpulan cerpen, dan 42 judul buku kumpulan puisi. Sastrawan NTT yang paling poduktif adalah Gerson Poyk, kemudian diikuti Maria Matildis Banda, John Dami Mukese, dan Mezra E. Pellondou. *
Oleh Yohanes Sehandi
Penulis Buku Sastra Indonesia Warna Daerah NTT
(Telah dimuat harian Pos Kupang, terbitan Kupang, pada Sabtu, 3 Oktober 2015)
Post a Comment for "Festival Sastra dan Temu 2 Sastrawan NTT 2015"